Susanah

Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung...bekerja dengan ihklas untuk menjadi berkat bagi sesama ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Saya Lupa...!

Suatu siang saya memeriksa hasil Ulangan Harian kelas IX (masih KTSP)..

Ada yang menggelitik rasa canda karena dikertas ulangan seorang siswa tertulis jawaban," Maaf bu ..kali ini saya tidak dapat menjawab soal no 5..karena saya lupa.." Wow...! Dan dengan ringan saya beri komentar.." Dimaafkan Nak..namun lupa tidak boleh lagi jadi alasan!

Siswa seringkali memakai kata "lupa" untuk beralasan ketika tak dapat merespon pertanyaan atau soal yang diajukan oleh guru..bahkan kadang dijadikan alasan ketika ditanya, mengapa tidak mengerjakan PR.

"Lupa" mungkin hal remeh..namun jika dibiarkan akan menjadi penyakit. Bahkan sering dijadikan tameng untuk menghindari suatu permasalahan. Lupa mungkin juga hal yang manusiawi (untuk usia tertentu). Namun dalam proses belajar mengajar "lupa" sedapat mungkin dihindaari

Bagaimana siswa menjadi lupa ketika harus mereproduksi materi yang telah dia dapatkan selama proses belajar?? Karena ada kebocoran konsentrasi. Kebocoran ini sangat mungkin terjadi sebab kapasitas konsentrasi seseorang ada batasnya. Orang dewasa dapat berkonsentrasi penuh sekitar 30-45 menit...sedangkan anak-anak lebih rendah. Siswa yang berumur 11-15 tahun bisa bertahan dalam konsentrasi sekitar 20-30 menit (menggunakan metode ceramah). Karena itu maka beberapa hal yang diperlukan untuk mengatasi kebocoran konsentrasi adalah :

variasi metode mengajar dalam kelas sangat dibutuhkan perasaan nyaman siswa saat menerima informasi dari guru dan saat siswa menggali informasi secara mandiri (Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan: hukum Thorndike) pengulangan pada materi pokok yang harus diterima siswa dalam pertemuaan saat itu faktor internal siswa yang harus mendapat perhatian guru (sakit atau sehat, problem yang dihadapi siswa dll)

Hal yang harus dipertimbangkan adalah peranan media sosial yang saat ini sedang "digandrungi" para siswa. Terkadang anak-anak harus begadang karena telah diperhamba oleh media sosial. Bahkan ada yang kucing-kucingan dengan guru ketika mereka memaksa diri membawa peralatan canggih "gadget"..Percakapan atau tayangan yang membuat siswa penasaran memungkinkan siswa tak dapat konsentrasi penuh dalam mengikuti tuntutan pembelajaran

Bagaimana peran kita sebagai guru mengatasi kebocoran ini??dan siswa tak lagi menjawab '" Maafkan saya lupa!"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post