Susanah

Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung...bekerja dengan ihklas untuk menjadi berkat bagi sesama ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TIRAI (4)

TIRAI (4)

TIRAI (4)

Oleh: Susanah

#Tantangan Gurusiana hari ke-8#

Malam berganti pagi. Mentari mulai menyorot seolah memberi pengharapan pada semua mahkluk hidup. Mentari yang beranjak meninggi mengajak insan untuk segera memeras keringat dan menjalani takdirnya.

Lala memacu cepat langkah kakinya menyusuri koridor kampus. Aktivitas pagi dirumahnya sering membuatnya terlambat. Sang ibu yang telah setahun terserang stroke mengharuskan Lala bangun lebih cepat untuk menyiapkan semua keperluan sosok yang sangat dicintai sekaligus dia hormati. Lala selalu ikhlas merawat ibunya. Kendati ia harus tidur lambat dan bangun sangat pagi. Lalu harus segera menyetor proposal penelitiannya karena sudah mencapai batas akhir tanggal pengumpulan. Mendekati kantor jurusan langkah kakinya makin cepat,beruntung sepatu flat yang dia pakai sehingga ringan tapak kakinya berlarian dilantai yang sedikit berdebu. Bukkk…diujung lorong gedung tubuh mungil Lala menubruk badan gempal. Tubuh Lala hampir terpental jika tangan kekar itu tidak segera menangkapnya. Lala masih meringis menahan sakit dilengannya namun dengan cekatan ia segera berdiri tegak,menyibak rambutnya yang mendadak tergerai karena penjepitnya terlempar. “Sial!” umpatnya dalam hati. “Sorry,Mbak!” suara bernada bass terdengar. Lala hanya mendengus kesal. “No problem!,sahut Lala. Pria bertubuh atletis itu hanya melongo. Mungkin takjub,mungkin juga heran. Ah…apa pedulinya…Lala melanjutkan langkahnya tanpa berkata-kata lagi. Untung hanya berserak sedikit kertas dan map yang dia bawa. Lala tak menoleh lagi,dia harus tepat waktu menghadap dosen killer-nya.

Matahari sudah tegak dan puas mencurahkan panas ke bumi. Kampus yang mencetak calon-calon guru itu makin ramai. Tampak Lala keluar dari halaman kantor jurusan dengan wajah sumringah. “Sedikit waktu lagi kamu berhasil,La!”gumamnya dalam hati. Ya proposalnya sudah mendapat persetujuan. Dan sekarang ia harus pulang sebelum sore menghantar malam. Ya malam ini dia harus membawa ibunya kedokter langganan. Lala mengetik sesuatu diponselnya lalu bergegas menuju halte. Namun langkahnya terhenti sesaat melihat sosok dikejauhan menuju tempatnya. Otaknya segera bekerja mencari cara menghindar agar tak bertemu dengan laki-laki itu. Namun terlambat,Tony telah memergokinya. Dan pria itu mempercepat langkahnya karena tak mau lagi kehilangan jejak Lala. Dan pertemuan itu tak terelakkan.

Kini mereka duduk beradapan di café kampus. Tony memandanginya seolah hendak menguras isi kepala Lala. Yang ditatap hanya menunduk tak berdaya. Terlanjur ada sekat dibatin Lala. Sekat yang menjauhkan hatinya dari hati Tony. Penampilan gadis di halte yang sungguh elegan dengan segala pakaian dan asesoris branded menghancurkan keberaniannya berjalan sejajar dengan Tony. Lala hanya menakar dari sisi hatinya tanpa menimbang perhatian Tony selama ini kepadanya. Dan Lala terlanjur memutuskan untuk segera menjauh. Lala terlanjur memasang tirai dihatinya. Kasihan!!!Tony bisa apa???(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

04 Feb
Balas

Makin asyik kisahnya, Bu. Lanjutt...

08 Feb
Balas



search

New Post