H-1 menuju Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2022, mataku tak mau terpejam. Hal yang paling kutakuti adalah ketinggalan pesawat. Jarak dari Solok ke Bandara International Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman ditempuh dalam waktu tiga jam saat waktu sibuk, namun bisa lebih jika Sitinjau Lauik mengalami longsor, ada kecelakaan lalu lintas atau truk tidak bisa menanjak yang menyebabkan kemacetan parah. Sehingga aku memutuskan untuk berangkat lebih awal, walaupun tiket keberangkatan pukul 11.15 WIB.

Di bandara, aku bergabung dengan rombongan penulis Sumatera Barat lainnya. Ruang tunggu menjadi tempat beristirahat sejenak, sambil mengabadikan moment langka bersua di dunia nyata.

Pak Irwanto, penulis produktif dari Padang Pariaman bersedia membantuku dan beberapa teman lain untuk pengurusan tiket, penginapan dan transportasi selama di Jakarta.

Dari Bandara Soekarno Hatta, rombonganku menaiki kereta api layang, untuk perpindah ke kereta api jurusan Manggarai. Perjalanan ditempuh selama 50 menit. Hari berangsur sore. Sebelum menuju Hotel New Idola, aku dan rombongan mampir di Senayan Park (Spark). Naik ke lantai atas menikmati malam, dikelilingi lampu-lampu dari gedung percakar langit.

Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu 12 November 2022 adalah hari yang dinanti. Dari kejauhan terlihat orang-orang yang mengenakan batik seperti yang aku pakai, bearti tempat yang aku tuju sudah dekat. Gedung megah dengan panggung menterang mulai terlihat. Aku segera mencari tempat duduk, setelahnya baru menuju meja registrasi.

Acara dibuka oleh Mas Eko Prasetyo dan Bu Wiwik Puspita Sari. Ada penampilan musik angklung dari SD Al Islam Al Ikhlas Jakarta yang membuatku berdecak kagum.

Ajang TNGP yang dihelat setiap tahun, menjadi pesertanya tahun ini adalah mimpi yang terwujud bagiku. Setelah beberapa tahun hanya menyaksikan euforianya melalui foto dan video di dunia maya. TNGP 2022 adalah apresiasi, selebrasi, sinergi kolaborasi dan rekreasi bagi pesertanya.

Setelah di JCC dan menyaksikan langsung Indonesia International Book Fair (IIBF) di ruang pameran, aku beranjak mengikuti rombongan Sumatera Barat ke Perpustakaan Nasional yang merupakan perpustakaan tertinggi di dunia dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah.

Aku bergegas menuju pelataran Perpusnas, berkumpul dengan peserta lain untuk berfoto bersama. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Alhamdulillah. Foto dengan latar Perpusnas ini adalah juga mimpiku. Berfoto dengan memegang cover buku karyaku.

Tim fotografer MediaGuru mengabadikan keceriaan hari itu, dilanjutkan dengan menyanyikan bersama Hymne Guru, karena tanpa kuasa Allah SWT dan jasa guru tentu kami tidak bisa berada di sini.

Setelah berkeliling dan menaiki beberapa lantai gedung Perpusnas, aku dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Monumen Nasional (Monas) dan Kota Tua. Batik Literasi dengan jilbab kuning terlihat serasi dengan payung kuning yang dipakai saat berfoto di Kota tua saat gerimis mulai turun.

Gedung A Kemdikbudristek lantai 3 adalah tempat kegiatan selanjutnya. Berfoto adalah moment yang tak mungkin di lewatkan begitu saja. Kapan lagi bisa mejeng dengan cover buku di tangan di depan gedung Kemdikbudristek ini.

Bagaimana perasaan anda sebagai orang tua, saat menyematkan pin anak anda mengikuti pelatihan menulis? Bagaimana perasaan anda sebagai orang tua hadir saat launching cover buku? Bagaimana perasaan anda sebagai guru saat menyaksikan launching buku siswa anda? Pertanyaan-pertanyaan menantang yang dilontarkan CEO MediaGuru, Muhammad Ihsan pada acara ini

Pasti sangat senang dan bahagia, menyematkan pin anak mengikuti pelatihan menulis, pasti bangga sebagai orang tua hadir pada saat anak launching cover buku dan sebagai guru, pasti berlinang airmata menyaksikan siswa punya buku karyanya sendiri.

Pesan beliau yang lain adalah ajaklah siswa menulis. Jika orang lain tidak peduli. Jangan kita berhenti peduli. Tulislah apa yang bermanfaat, yang akan menjadi pahala jariyah.

Ada penghargaan Tokoh Penggiat Literasi Nasional tahun 2022 (kategori: siswa, guru, kepala sekolah, penggiat literasi dan keluarga). Masya Allah. Apresiasi yang luar biasa. Apalagi jika aku yang menyabet salah satu penghargaan. Aamiin.

Pesawat Super Air Jet kembali membawaku ke Ranah Minang dengan tekad, membangkitkan literasi di lingkungan terdekat. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Perkenankanlah, ya Allah.

Profil Penulis

Perempuan yang lahir di Muaro Paneh ini, biasa dipanggil Santi. Nama lengkapnya Susanti, S.Pd. Dia adalah anak kedua dari Syahrul Chan dan Anisma, menempuh pendidikan di SDN 1 Muara Panas, SMPN 1 Muara Panas, SMAN 1 Bukit Sundi, melanjutkan studi D II ke IKIP Padang, S1 Adminstrasi Pendidikan di UNP.

Dia sudah memiliki 3 orang anak. Saat ini dia bertugas sebagai Kepala Sekolah di SDN 01 Muara Panas Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok. Dia mulai menulis sejak Mei 2020 dan mengikuti tantangan di blog gurusiana dan berhasil menulis tanpa jeda selama 365 hari. Dia sudah menghasilkan satu buku solo yang berjudul Mengeja Bahagia dan buku antologi, beberapa diantaranya buku pemenang menulis di MediaGuru yang diadakan setiap bulannya. Dia bisa dihubungi di 085274546444 dan email [email protected]. Dia meminjam quotes Pramoedya Ananta Toer sebagai motivasi: Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah.