[email protected]

Belajar tidak mengenal usia. Lahir di Gombong Kebumen, 29 Juni 1971. Pernah bersekolah di SPGN Kebumen. Sekarang Pendidik di SDN Mardharjo, Musi Rawas, Sumater...

Selengkapnya
Navigasi Web
Communication Skills

Communication Skills

Beberapa waktu yang lalu mengikuti bincang edukasi dengan tema 21st Century Skills for Young Learners dengan topik perbincangan seputar communication skills. Pada saat itu, narasumber webinar adalah Any Sulianti, ACT Regional Account Director (Indonesia). Beliau senang dipanggil dengan nama Anti.

Awalnya tidak terlalu tertarik. Materinya cukup berat bagi saya. Banyak menggunakan istilah bahasa Inggris. Saya memang tuna kemampuan dalam berbahasa Inggris. Jika pun ada, sedikit sekali. Tetapi narasumbernya, Mba Anti, pandai menerjemahkan istilah bahasa Inggris yang baru saja diucapkannya. Lama-lama saya “nyambung” juga. Toh, topik perbincangan tentang Communication Skill bagi guru lama seperti saya masih sangat relevan.

4 Cs Rubric Performance Area

Sebelum menerangkan tentang komunikasi, Mbak Anti menerangkan 4 kemampuan abad 21 yang dalam bahasa Inggris disebut 4 Cs Rubric Performance Area. Keempat “C” beserta bagian-bagiannya adalah sebagai berikut.

Critical thinking (berfikir kritis) information and discovery interpretation and analysis reasoning constructing argumen problem solving system thinking Collaboration (kolaborasi) leadership and initiative cooperation flexibility responsibility and productivity collaborate using digital media responsiveness and constructive feedback Creativity (kreativitas) idea generation idea design and refinement opennes and courage to explore work creatively with others creative production and innovation Communication (komunikasi) effective listening delivering oral presentations communicate uisng digital media engaging in conversation and discussions communicating in diverse environments

4 “C” tersebut kelihatannya tidak bersentuhan dengan bidang kognitif atau akademik. Namun mengapa hal ini digaungkan sebagai kemampuan di abad 21 ini?

Hal utama yang menonjol pada abad 21 adalah pesatnya perkembangan bidang teknologi dan komunikasi. Hal itu mempengaruhi bidang pekerjaan. Pekerjaan pada abad 21 besifat internasional, multikultural, dan saling terkoneksi. Oleh karena itu, seseorang dituntut memiliki kemampuan tertentu yang dibutuhkan. Kemampuan itudijabarkan dalam 4 Cs 21st Century Skills tersebut.

Dalam hal berfikir kritis, misalnya. Memberi alasan tepat atau reasoning adalah bagian dari kemampuan abad 21 pada bidang itu. Demikian juga pemberian umpan balik atau feedback yang konstruktif. Itu adalah bagian dari kemampuan berkolaborasi. Selanjutnya seseorang diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kaya akan ide. Mampu menyempurnakan ide yang sudah ada. Memiliki sikap terbuka dan berani mengeksplorasi. Dapat bekerja secara kreatif bersama orang lain. Mampu memprodusi serta memiliki inovasi yang kreatif. Nah, last but not least, kemampuan abad 21 adalah kemampuan berkomuniasi.

Communication (Komunikasi)

Komunikasi itu apa, sih? Sederhananya, komunikasi itu ngomong, bicara. Komunikasi adalah tentang mengirim dan menerima pesan. Bisa saja secara verbal atau nonverbal, dengan atau tanpa bahasa tubuh (bodylanguage).

Ada tiga pertanyaan yang berkaitan dengan komunikasi, yakni:

Mengapa kita berkomunikasi? Apa saja tipe-tipe komunikasi dan apa perbedaannya? Bagaimana jenis komunikasi tertentu cocok dalam beberapa situasi, sementara yang lain tidak? Apa saja contohnya?

Kita berkomunikasi karena ada pesan yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Komunikasi membutuhkan kejelasan. Oleh karena itu komunikator perlu menyampaikan lagi maksudnya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Dengan demikian, komunikan memahami dengan mudah. reaksinya adalah dengan memberikan respon atau feedback tanda ia paham.

Implikasinya dalam dunia pendidikan adalah bahwa seorang guru tidak boleh menuntut peserta didik bisa memahami apa yang disampaikannya. Selama sang guru tidak bisa menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti peserta didik, ia tidak boleh melakukan itu.

Contoh kecil lain misalnya, guru masuk ke dalam kelas tanpa ekspresi. Memberikan pelajaran dengan kalimat tanpa intonasi. Jika itu dilakukan jangan harap peserta didik mau mengikuti pelajaran dengan baik.

Types of Communication (Jenis-jenis Komunikasi)

Terdapat empat tipe komunikasi: verbal, nonverbal, tertulis, dan visual. Hal yang umum dilakukan adalah komunikasi verbal. Communicating by way of spoken language atau berkomunikasi dengan bahasa lisan. Dalam ilmu bahasa, keterampilan berbahasa lisan adalah keterampilan berbahasa kedua setelah mendengarkan, yakni keterampilan berbicara. Sebagai kawan bicara orang dengan tipe komunikasi verbal, hendaknya kita menjadi pendengar yang baik.

Tipe komunikasi yang kedua adalah komunikasi nonverbal. Communicating by way of body language, facial expressions, and vocalic atau berkomunikasi melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan vokal. Adanya bahasa tubuh (body language) akan memperjelas maksud yang ingin disampaikan.

Tipe komunikasi ketiga adalah written. Communicating by way of written language, symbols, and numbers atau komunikasi dengan bahasa tulis, simbol, dan angka. Karena kedua belah pihak tidak bertemu, penting untuk memperhatikan pemilihan simbol, pemilihan bahasa. Sebab penulis tidak bisa mengontrol pembaca untuk paham atau tidak hal yang diinginkan penulis. Pesan yang diterima tergantung penafsiran pembaca berdasarkan kekuatan bahasa tulis yang digunakan. Penggunaan simbol-simbol tertentu misalnya menulis dengan huruf kapital, pembaca boleh saja menafsirkan sebagai “kemarahan”.

Tipe komunikasi keempat adalah visual. communicating by way of photography, art, drawings, scetches, charts, and graphs. Tipe ini berkomunikasi dengan cara fotografi, seni, gambar, sketsa, bagan, dan grafik. Misalnya poster, iklan, dan baliho di tepi jalan adalah bentuk komunikasi tipe keempat ini.

Effective Verbal Communiaction (Komunikasi Verbal yang Efektif)

Berkomunikasi itu tidak sekedar ngomong. Dalam komunikasi verbal ada perpindahan pesan. Oleh karena itu, komunikasi verbal mencakup keduanya yaitu, pengiriman pesan dan penerimaan pesan. Dalam proses penyampaian pesan, kadang-kadang terdapat gangguan atau noises. Ganguan itu misalnya physical noise, segala hal di luar yang bersifat fisik seperti musik latar, suara yang mengejutkan, orang yang berbicara keras di belakang, dan lain sebagainya. Internal noise, seperti rasa lapar dan gangguan dari dalam lainnya. Emotional noise, seperti rasa tidak senang, tidak bahagia, ketakutan, depresi, kemarahan, atau kegembiraan yang berlebihan. Ketiga hal tersebut memengaruhi efektivitas komunikasi verbal.

Verbal and Non-Verbal Communication Skills (Kecakapan Komunikasi Verbal dan Nonverbal)

Agar komunikasi verbal efektif, komunikator perlu menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Oleh karena itu, pemilihan bahasa dan gestur perlu diperhatikan. Contoh verbal communication skills misalnya komunikasi yang ditujukan untuk atasan atau supervisor, rekan atau team member, relasi atau client, maupun sebagai presenter jika mendapat kesempatan mempresentasikan sesuatu.

Sementara itu, komunikasi nonverbal mengacu pada gerak tubuh, ekspresi wajah, nada suara, kontak mata, bahasa tubuh, postur tubuh, atau cara lainnya. Bayangkan misalnya kita diajak berbicara oleh anggota keluarga sementara pandangan mata kita ke mana-mana. Tentu konumikasi tidak akan berlangsung dengan baik.

Gestur untuk meyakinkan komunikan juga perlu diperhatikan. Jika pembicaraan kita penting dan ingin dipahami, posisi badan merendah lebih disukai ketimbang kepala kita menengadah terhadap lawan. Apalagi berbicara dengan gestur terkesan arogan.

Written Communication Skills (Kemampuan Komunikasi Tertulis)

Keterampilan komunikasi tertulis adalah keterampilan menyampaikan maksud Anda secara tertulis. Keterampilan komunikasi tertulis tidak didapatkan serta merta. Mengembangkannya membutuhkan latihan. Selain itu memerlukan perhatian yang baik terhadap detail.

Penggunaan mind map untuk memetakan pikiran sangat diperlukan. Misalnya pikirkan dulu apa yang mau ditulis, tentukan segmen pembacanya, pastikan bahwa apa yang anda tulis (pembukaan, inti, penutup) itu penting, ikuti proses (misalnya membuat kerangka sebelum menulis), berhati-hati menggunakan bahasa yang berpotensi menimbulkan konflik, menulis secara konsisten, dan bahasanya otentik.

Communication Mistakes (Kesalahan Komunikasi)

Berbagai hal dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Hal itu berpotensi menimbulkan konflik dan kesalahpahaman. Beberapa hal yang dapat menimbulkan kesalahan komunikasi yaitu: interuption (memotong pembicaraan), fidgeting (sikap gelisah seperti membuat gerakan-gerakan kecil yang tidak perlu), continues subject change (mengubah topik pembicaraan), inapropriate language (penggunaan bahasa yang tidak tepat atau tidak dipahami), poor eye contact (kurangnya kontak mata karena kurang percaya diri atau hal lainnya), dominating the conversation (mendominasi percakapan), speaking too slowly or quickly or loudly (bicara terlalu lambat, cepat, atau terlalu keras).

Dysfunctional Listening Behavior (Kebiasaan Mendengarkan yang Tidak Tepat)

RehearsingArti harfiahnya adalah berlatih. Rehearsing dalam komunikasi artinya ketika terjadi pembiacaaraan. Alih-alih memperhatikan atau fokus dengan apa yang disampaikan, malahan bersiap-siap memberikan komentar. “Aku komen apa, nih“. Jadi, nyambung nggak nyambung pokoknya kasih komen.

JudgingSikap judging di sini bukan berarti menghakimi. Judging dalam komunikasi adalah sikap menganggap apa yang disampaikan oleh lawan bicara selalu salah. Selalu dianggap negatif. Menganggap orang yang menyampaikan itu incompetent (tidak berkompeten).

IdentifyingDalam berkomunikasi, pembicaraan orang selalu dihubungkan dengan pengalaman diri sendiri. Jeleknya adalah, sebelum teman selesai bicara ditimpali dengan cerita yang dihubungkan dengan kejadian yang dialami sendiri. Misalnya, teman bercerita tentang sakit gigi. Ia belum selesai bercerita lalu menimpali dengan kalimat seperti:

“O,iya. Saya juga mengalami. Lalu bla, bla, bla.”

Kadang cerita kita melebihi panjangnya dari lawan bicara yang bercerita tentang sakit gigi tadi. Itulah identifying.

AdvisingAdvising adalah peberian saran atas pembicaraan orang lain. Misalnya seorang teman curhat tentang suatu hal. Tanpa disadari teman kita belum selesai kita sudah kasih saran. Padahal belum tentu si teman mengharapkan saran. Bisa jadi hanya ingin didengarkan.

SparringSparing adalah sikap suka mendebat. Mendengarkan teman bebicara, namun tumbuh dalam pikiran untuk mendebat. Jika ada kesempatan teman tersebut langsung didebat atau disanggah.

DerailingDerailing adalah sikap mengganti topik pembicaraan. Ia ingin menjadi orang yang dominan dalam pembicaraan

PlacatingPlacating adalah sikap pendengar dengan selalu menimpali dengan kata-kata atau komentar yang menunjukkan seolah-olah terlihat bagus. Seolah-olah senang. Komentar seperti: o iya, bagus, benar itu, dan sebagainya sementara lawan bicara itulah placating.

DreamingKadang kadang kita berbicara, teman bicara kita seolah memperhatikan. Gestur yang ditunjukkan pun meyakinkan. Tiba-tiba ketika kita memita pendapat, teman bicara terlihat kaget. Balik bertanya.

“Tentang apa ya?”

“Bagian mana yang kamu ceritakan tadi?”

Sikapnya terlihat mendengarkan tetapi perhatian ternyata bukan pada topik pembicaraan. Pikirannya ke mana-mana.

Itulah beberapa kesalahan dalam berkomunikasi dan beberapa kebiasaan mendengar yang tidak berfungsi dengan benar. Kedua hal di atas mengganggu proses komunikasi, harus dihindari.

Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi?

Tujuh kesalahan berkomunikasi dan delapan kebiasaan keliru dalam mendengar adalah penghambat komunikasi. Harus dihilangkan. Untuk itu, seseorang perlu meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi, terutama dalam berbicara. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara kita. Misalnya dengan mengamati komunikator di sekitar kita. Tentukan dan pilihlah seorang orator ulung. Tonton video ketika ia menyampaikan pemikiran/pembicaraan lalu pelajari kekuatan dan kelemahannya.

Cara berikutnya adalah dengan meminta bantuan teman dekat atau kolega. Berlatih berbicara di depan teman atau kolega. Lalu memintanya untuk mencatat dan mengamati kelemahan di sana sini. Kemudian teman kita memberikan kritik yang membangun. Teman berperan sebagai pemberi feedback yang baik.

Berlatih meningkatkan kebiasaan komunikasi juga dapat dilakukan dengan mengikuti kelas atau grup workshop komunikasi. Langkah terakhir dalam upaya meningkatkan kemampuan bebricara adalah memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menjadi pembicara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

13 Nov
Balas

Susanto Pak bukan Susanti hehehe. Saya laki-laki Pak

13 Nov
Balas



search

New Post