Susi Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Proteksionisme Si Pemicu Perang Dagang

Proteksionisme Si Pemicu Perang Dagang

Jika elite politik nasional diriuhkan dengan kegaduhan perang kata “Pengibulan”, maka ekonomi global pun tidak kalah gaduhnya dengan adanya perang dagang. Munculnya Perang dagang (Trade War) beberapa minggu yang lalu diawali dengan adanya kebijakan proteksionisme yang diusung Amerika Serikat (AS). Pencetus kegaduhan ekonomi global tidak lain adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif impor baja sebesar 10% dan alumunium sebesar 25%. Penegasan proteksionisme Trump diucapkan dalam pidato inagurasi kepemimpinannya pada 20 Januari 2018 yang mengatakan, "From this day forward, a new vision will govern... it's going to be only America first, America first."

Seperti kita ketahui AS mengalami defisit perdagangan yang cukup besar yakni USD 566 miliar. Secara alamiah negara yang mengalami kondisi seperti ini tentunya akan memilih mementingkan keselamatan dirinya sendiri (self-help ) melalui kebijakan proteksionisme. Itu merupakan jalan keluar yang logis, mungkin akan diterapkan juga oleh negara-negara yang mengalami defist perdagangan yang cukup besar.

Retorika kepentingan nasional “America First” rupanya cukup menganggu keharmonisan hubungan dagang antar negara dunia baik secara bilateral maupun multilateral. Kebijakan tersebut akan memukul Mexico dan Kanada sebagai negara eksportir aluminium dan baja ke Amerika Serikat.. Reaksi lain yang muncul yaitu Australia, Jepang, Korea Selatan, Brasil, dan Uni Eropa sedang mengajukan pembicaraan ulang. Sedangkan China berencana akan melakukan kebijakan balasan untuk merespons kebijakan tarif baja dan alumunium Trump.

Sebelas negara yang tergabung dalam Trans-Pacific Partnership (TPP) yaitu Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam resmi meneken revisi perjanjian perdagangan Trans-Pacific Partnership. Mereka memposisikan diri sebagai benteng kritis untuk melawan kebijakan proteksionis Amerika Serikat yang digagas Presiden Donald Trump. Seperti diketahui, kesebelas negara tersebut jika digabungkan menyumbang 15% dari perdagangan global.

Bagaimana dengan reaksi Uni Eropa (UE) ? Uni Eropa (UE) mempertimbangkan untuk menerapkan tarif impor tinggi sebesar 25% untuk produk celana Jeans Levis dan minuman keras dari Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk balasan atas kebijakan proteksionisme Trump.

Namun bukan Trump namanya jika tidak melancarkan serangan balasan terhadap rencana Uni Eropa (UE) ini. Serangan balik disiapkan dengan cara memajaki impor mobil dari Eropa dengan tinggi. Amerika Serikat (AS) sendiri merupakan pasar yang penting untuk mobil UE. Tercatat permintaan AS untuk mobil Inggris meningkat 7% pada 2017, dengan ekspor mencapai hampir 210.000, dan AS sekarang merupakan mitra dagang terbesar kedua di Inggris setelah Uni Eropa, dengan mengambil 15,7% ekspor mobil.

Dalam pidatonya Trump seolah menantang dunia, ia mengutarakan bahwa perang dagang itu sangat baik dan mudah untuk dimenangkan. Komentar tersebut telah mendorong reaksi keras dari seluruh dunia. Donald Trump menegaskan bahwa perang dagang akan melukai lawan-lawan Amerika, dan bukan negaranya terkait penerapan tarif impor baja dan aluminium.

Kondisi yang demikian tentu tidak menguntungkan baik bagi ekonomi global negara manapun. Pasar terbuka dan perdagangan bebas yang mana setiap negara bermain secara affair sesuai aturan. Pemaksaan sepihak tarif berisiko memunculkan pembalasan dan mendestabilisasi ekonomi global. Bagi ekonomi global, di tengah gejala tak menentu yang serba ambigu dan kompleks serta kecenderungan global mengalami stagnasi sekuler (secular stagnation ), perang dagang jelas bukan kabar baik bagi perbaikan ekonomi global.

Dalam menghadapi situasi perang dagang seperti ini, negara akan berusaha memilih pilihan rasional untuk kepentingan nasional. Indonesia tidak boleh tinggal diam. Butuh diplomasi ekonomi yang komprehensif dengan roadmap yang jelas dan penuh perhitungan agar bisa survive dalam situasi global yang serba kompleks dan ambigu.

Sumber : diolah dari Sindo News

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih pak Edi atas supportnya

24 Mar
Balas

Alhamdulillah muncul lagi. Ayo terus semangat!

22 Mar
Balas



search

New Post