Cikgu Atan bernama asli Muhammad Soleh. Berjuluk Atan karena merupakan satu-satunya anak jantan (laki-laki) dari tujuh anak pasangan Tok Anjang dan Mak Senah. Tinggal di pulau bernama Tanjung Intan. Sudah kurang lebih sebelas tahun setiap hari harus menyeberangi selat kecil dengan Boat Pancung menuju Pulau Siakap tempat ia mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa sebagai guru SD. Cikgu Atan sangatlah ramah dan suka bergurau. Dengan kacamata hitam yang selalu terpasang di wajah guna mengurangi silaunya sinar matahari pesisir, ia sangat iconic. Berangkat pagi dari pelabuhan kecil di Tanjung Intan dengan menggendong tas ransel yang berisi laptop dan perangkatnya, alat tulis, power bank, handuk kecil, sisir, dan sedikit bekal makanan yang telah dipersiapkan istri tercinta, Cikgu Atan siap melompat dari ujung papan lantai pelabuhan ke boat yang sudah dicarternya selama sebulan. "Semangat betul Cikgu. Hari mau hujan ni. Balek ajalah! Anak-anak kan tak masuk sekolah," sapa salah seorang kru yang berdiri di samping pintu kendaraan antar pulau itu. "Tentulah. Walau corona menggempur, semangat pantang kendur! Tarik, Bro ...!" sahut Cikgu Atan sambil mengangkat tangannya yang dikepal tanda bersemangat disertai tawa renyahnya. Cikgu pun duduk di salah satu dari dua tempat duduk yang berjajar. Satu tempat duduk bertanda silang. Ia memilih tempat duduk yang tidak bertanda silang tentunya. Sambil menunggu deru mesin boat berbunyi tanda keberangkatan, Cikgu Atan memandang ke arah hutan bakau di seberang pulau di balik kacamatanya yang belum berubah warna.

Karimun Island, medio November 2020