Menjadi seorang muslim seharusnya menjadi makhluk yang cerdas, bukan makhluk yang bodoh apalagi dungu. Islam selalu menyemangati kita untuk membaca dan menuntut ilmu. Hal ini jelas tersirat dari turunnya wahyu pertama yang diterima Rasulullah shallallhu wa’alaihi wa sallam, yaitu Q.S. Al-Alaq pada ayat pertamanya yang menuliskan iqra’ dan diulang lagi di ayat ketiga. Allah juga mengingatkan hamba-Nya agar tidak sekadar membaca, namun diiringi dengan bismirabbikalladzi khalaq. Agar apa yang kita baca bermanfaat dan tidak melenceng dari esensi mencari ilmu, yaitu semakin bertakwa kepada Allah. Apabila terlupa segera istighfar. Namun, jika kita membaca buku lepas dari bismillah, bisa jadi kita akan punya pemahaman yan keliru, sebagaimana yang dialami tokoh utama, Karman, dalam novel Kubah karya Hamka.

Buku ini mengangkat esensi pentingnya mencari ilmu. Bukan hanya ilmu dunia, namun juga ilmu akhirat. Tidak mengenal usia, mulai dari anak-anak hingga yang tua renta.

“masih muda, belajar yang semangat ya, Cu. Nenek ini sudah tua, tetapi masih inin terus belajar. Ingin terus menuntut ilmu,” pesan nenek tanpa diminta

Akan tetapi butuh usaha dari orang tua untuk memotivasi agar anaknya senang belajar, senang ke sekolah, senang mencari ilmu. Seringkali anak malas bangun pagi, tak jarang juga mereka enggan sekolah karena banyaknya tugas dari guru. Memotivasi ini bisa dengan memberikan makanan kesukaan, mainan kesayangan, atau apapun yang disukai sang anak.

Buku ini pun mengusung pesan dari hadist nabi yang bermakna:

“Barangsiapa yang menempuh jalan ilmu, niscaya akan Allah mudahkan jalan menuju jannah (H.R. Muslim no 1390)”

Selain itu

“Rasulullah kan berpesan tuntutlah ilmu sampai liang lahat. Orang yang senang menuntut ilmu banyak pahalanya” jawab nenek. Fawwaz dan Shofwa menggangguk-angguk kagum. (hal 13)

Rasulullah mengetahui esensi menuntut ilmu sehingga banyak hadist yang berisi motivasi untuk membakar semangat agar tidak lelah menuntut ilmu. Ketika kita lelah atau futur dengan kegiatan menuntut ilmu kedua hadist di atas dapat menjadi cambuk untuk kita bergerak ke majelis ilmu.

“oh ya, orang yang menuntut ilmu banyak yang mendoakan lho. Para malaikat bahkan ikan-ikan di lautan,” ujar nenek (hal 15)

Mendengar tuturan nenek yang panjang lebar Fawwaz sempat malu karena pagi tadi dia bermalas-malasan pergi sekolah. Bahkan berniat bolos karena banyaknya pekerjaan yang diberikan guru.

“ngomong-ngomong, kakak kalah semangat sama nenek tadi. Hihihi. Ledek Shofwa yang hanya dijawab cengiran lebar Fawwaz. (hal 19)

Fawwaz berjanji untuk lebih semangat ke sekolah. Semangat menuntut ilmu seperti nenek. InsyaAllah. Bismillah. (hal 21)

Dalam riwayat lain (Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah), Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meniti sebuah jalan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada pencari ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan. Sesungguhnya seorang alim dimohonkan ampunan untuknya oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan-ikan dalam air. Dan keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris nabi, sesungguhnya Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.”

buku yang tepat untuk dibacakan kepada buah hati kita agar gemar membaca dan sekolah.

selamat membaca

JUDUL

:

Serial anak Sholeh Didoakan Mailakat:

Ikan-Ikan Ikut Mendoakan : Keutamaan Menuntut Ilmu

PENULIS

:

Fadila Hanum dan A.W. Wbowo

PENERBIT

:

Gema Insani

TAHUN TERBIT

:

Cetakan pertama, 2017

JUMLAH HALAMAN

:

24 halaman, 21 x 20 cm

BENTUK BUKU

:

Cetak

JENIS BUKU

:

NonFiksi

ISBN

:

9786022503699

PERESENSI

:

SUSI HARTATIK (PENGAJAR DI SMK N 1 TAPEN)