Susi Hart

guru d SMK N 1 tapen...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERPEN ANAK

CERPEN ANAK

SESAL AKIBAT AMARAH

“Adekkkkk.....” Sofi berteriak lantang

Bunda Sofi berlari tergopoh-gopoh. “Ada apa, Kak?”

“Adek ni, Bund. Bukuku dirobek-robek” Sahut Sofi sembari menunjukkan bukunya yang sudah sobek di beberapa bagian. Bunda mengalihkan pandangan pada Alfa, adik Sofi, yang tersenyum dengan lugu melihat kehadiran bundanya di sana. Didekatinya Sofi, diusap lembut kepalanya sambil berkata “Kakak Sofi, maafkan adik ya sayang. Adik belum tahu jika buku itu penting buat kakak. Adik hanya ingin bermain. Sebenarnya adik ingin bermain dengan kakak. Adik sayang loh sama kakak.” Ujar Bunda Sofi berusaha menenangkan.

“iya. Tapi ini kan buku kesayangan Sofi, Bunda.”

“Bunda tahu sayang. Maaf ya. Bunda sedang memasak, tidak bisa mengawasi adik dengan baik.” Masih dilihat wajah putri kesayangannya sedang cemberut.

“Emmoh (tidak). Sofi malas bermain dengan adik.” Ujarnya sambil masuk kamar dan membanting pintunya tanpa melihat jika tangan adiknya terselip di antara daun pintu. Adiknya menjerit bersamaan dengan suara pintu ditutup.

“aaa...” Alfa menjerit lantang sambil menangis kencang. Airmatanya berjatuhan. Bunda yang kaget langung membuka pintu dan meraih tangan Alfa yang berdarah.

“Astaghfirullah (aku memohon ampunan-Mu Ya Allah). Kakak lihat, Nak, jika kakak marah membabi buta. Akibatnya dirasakan adik. Kakak mau menghukum adik seperti ini?” ujar bunda pada sofi.

“Sofi tidak tahu bunda kalau tangan adik di daun pintu.” Ucapnya membela diri

“kakak temani Bunda ke dokter! Ayo, bergegas! Kasihan adik menangis terus menerus” Ajak bunda

“ya. Cup cup Sayang. Maafkan kakak dan bunda ya! Cup cup...” bunda mencoba menenangkan Alfa

Bunda keluar rumah dengan tergesa. Dia berusaha berlari secepat mungkin. Sampai di jalan raya tak didapatinya satu pun tukang becak. Sofi mencoba menjajari langkah bunda.

“Kakak, tetap di sebelah Bunda. Jangan jauh-jauh!” perintah bunda denga tegas

“iya, bunda.” Ujarnya penuh penyesalan

“Sssttt...cup cup, Sayang.” Bunda terus berusaha menenangkan Alfa

“SubhanAllah, mana ya tukang becak. Kok tidak ada yang lewat.” Bunda bergumam sambil terus berjalan diiringi Sofi

“Kakak, berdoalah supaya adik baik-baik saja!” pinta bunda

“iya, Bund. Adek, kakak minta maaf ya!”

Setelah berjalan hampir lima belas menit mereka bertemu dengan tukang becak. Dimintanya tukang becak berhenti dan mengantarkan mereka menuju rumah sakit. Sampai di rumah sakit, bunda dan sofi langsung menuju unit gawat darurat (UGD). Mereka bertemu dokter dan beberapa perawat di sana. Salah seorang perawat mendatangi mereka. Menanyakan perihal yang terjadi. Bunda mencoba menjelaskan peristiwa yang dialami Alfa. Dengan sikap perawat mendatangi dokter dan menjelaskan sebagaimana cerita bunda. Dokter mendatangi mereka dan memeriksa kondisi tangan Alfa. Dilakukannya beberapa tes.

“Kami coba redakan nyerinya dulu, ya, dek...”

“Alfa, dokter”

“iya. Adik Alfa yang kuat ya!”

Aku hanya bisa terdiam.

“Bunda, kami sarankan untuk di rontgen!”

“Apakah parah dokter?”

“Kami hanya berjaga-jaga. Semoga tidak ada hal yang serius.”

“Baik, Dokter, Lakukan yang terbaik untuk Alfa.”

“Iya, Bunda.”

“Candra, bawa adik Alfa ke ruang rontgen! Kakak, tunggu di sini dengan ya! Ditemani tante. Mbak Devi, temani ya!” ujar dokter sembari mngajakku ke ruang perawat di sebelah ruang UGD.

Kulihat adik Alfa menuju ke ruang rontgen sambil digendong ibu. Tubuh mereka perlahan mengecil dan hilang dari pandangan. Dia masih terus saja menangis sejak di rumah tadi. Wajahnya memerah. Airmatanya terus mengalir. Sesakit itukah? Tiba-tiba rasa perih menjalar di hatiku. Aku bingung. Semuanya serba mendadak untuk kucerna. Aku yang marah. Suara keras pintu yang kubanting disertai teriakan dan tangis adik Alfa. Ibu yang panik. Dan kini, aku di rumah sakit.

“Kakak, mau permen?” tante Devi menawarkan padaku. Aku hanya mampu menggelengkan wajah sambil tertunduk lesu. Rasanya ingin menangis. Memeluk bunda.

“Kakak kenapa? Sedih ya?” tanya tante Devi lagi. Aku terdiam. Tak mampu menerjemahkan rasa yang kupunya. Lalu lalang orang yang ada di sekitar mengaburkan pandanganku. Mataku menerawang. Kurasakan tangan tante Devi menggenggam tanganku. Mencoba memberi kekuatan. Ku ayun-ayunkan kakiku ke depan belakang. Aku menundukkan wajah. Rasanya ingin tenggelam ke dasar bumi. Ku remas-remas bajuku dengan pikiran yang masih kosong. Detik berjalan lama. Tante devi mengelus punggungku.

“Sabar ya, Sayang.” Ucapnya

Setelah lama menunggu, kulihat ibu bersama om Candra. Mereka menuju dokter Ana. Sejenak kulihat om Candra bicara pada dokter. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang kulihat hanya wajah sedih ibu. Tampak ia pasrah dengan diagnosa dokter. Kulihat ibu jari tangan adik mulai dibalut perban.

Aku turun dari kursi yang kududuki.

“Tante, aku mau ke bunda.” Ucapku pada tante Devi

“iya, Sayang. Mari, tante temani.”

Tante Devi berjalan mengiringi langkah kecilku yang menapaki lantai UGD dengan cemas. Tiba di samping ibu dokter Ana menyapaku.

“Kakak, bantu bunda ya, sayang. Jagain adek.”

“Adek kenapa dokter?” tanyaku. Dokter Ana hanya membalas dengan senyuman. Tangan ibu mnyentuh kepalaku dan mengelus dengan perlahan.

“Adek harus menginap di sini beberapa hari. Adek harus dirawat supaya sehat lagi. Supaya bisa main dengan kakak lagi. Sebentar ya, bunda hubungi ayah.”

Kulihat bunda bicara dengan ayah di telpon. Tak lama ayah datang dengan wajah cemas. Setelah mengurus administrasi rumah sakit, adik dipindah ke kamar rawat inap. Bunda menemani adik di rumah sakit, sedangkan aku pulang bersama ayah. Ayah bilang kalau adik harus dirawat karena ibu jarinya retak akibat benturan keras.

“Ayah tahu, kakak marah karena adik merobek buku kakak. Apa sekarang kakak sudah memaafkan adik?” kata ayah

Aku menganggukkan kepala perlahan

“Kakak sayang pada adik Alfa?”

Aku menganggukkan kepala lagi

“Adik Alfa juga sayang pada kakak. Sebenarnya, adik ingin bermain dengan kakak. Karena kakak tidak ada, makanya adik mengambil buku kakak dan tidak sengaja merobeknya.”

“Ayah....maaf...”

Kubenamkan wajahku dipelukan ayah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post