Mendadak Nikah

Kita pernah bertemu tapi tidak saling mengenal. Menikahimu adalah jalanku untuk mengenal dan mencintaimu. Menerimaku sebagai suami adalah caramu mengenalku apa adanya tanpa aku perlu mengumbar rayuan palsu. (hal 55)

Menikah. Tentunya menjadi dambaan setiap insan. Fitrahnya pun menyukai lawan jenis. Dalam setiap diri pasti ada keinginan untuk disayang, diperhatikan, dimanja, bersentuhan tangan dan lainnya sehingga hati menjadi tenang. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar rum yat ke 21 yang artinya “”

Namun, takdir tiap manusia untuk memenuhi hal tersebut memiliki proses yang berbeda. Ada yang berjalan sesuai dengan tuntunan syariat, tapi tidak sedikit pula yang menempuh jalan sebaliknya.

Menikah sesuai tuntunan syariat tentunya harapan setiap orang tapi bagaimana rasanya menikah tanpa tahu calon suami. Itulah yang dialami Quinsha.

“Dek, malam jumat ini, papa bermaksud menikahkan kalian. Calon suamimu setuju, keluarga besarnya juga setuju. Kakak harap kamu pulang secepatnya.” (hal. 18)

Petir siang bolong masih kalah mengagetkan demi mendengar kabar ini. Badan Quinsha semakin melemah. Butiran bening dari matanya semakin deras. Malam jumat ini? Berarti nanti malam?

Malam ini dia akan menikah? Sementara dirinya masih di sini? Baru membaca pemberitahuannya.

Dia akan menikah dengan laki-laki yang bahkan namanya saja tidak tahu. (hal. 19)

Pernikahan berjalan lancar. Quinsha dapat menyaksikan kalimat akad untuknya melalui video streaming sesuai alamat yang diberikan

Aku berhaap lebih cepat mengenalnya. Mencintainya. Bukan sekadar cinta, tapi passion. Menjalankan kewajiban sebagai istri tanpa passio. Aku tidak bisa membayangkannya. Jangan dikata aku ngebet atau apalah istilahnya, aku sendiri tidak bisa memahaminya. Mungkin ini efek ijab qabul. Allah menyusupkan sedikit mawaddah dalam hati. (hal 49)

Dalam novel ini terselib kisah sahabat seperti Umar bin Khattab yang bernama asli Abdullah. Namun, untuk mengetahui keshahihan kisah yang diceritakan mengharuskan kita membuka lagi kita tentang para shahabat karena tak sedikit kisah-kisah palsu beredar di sekitar kita, seperti, kisah Rasulullah bertemu dengan pengemis yahudi.

Pertemuan pertama mereka terjadi di kosan Quinsha ketika Al datang mengunjunginya di Malang. “Tangisanmu kali ini, semoga aku bisa memenuhi semua harap dan cemasmu.” (hal 77)

Banyak nilai-nilai religius yang akan kita dapatkan ketika membaca novel ini, misalnya, apa itu jilbab, apa itu khimar, efek buruk bergaul bebas, bagaimana rasanya ta’aruf dan menikmati prosesnya. Selain itu, novel ini menawarkan sejarah Blambangan yang merupakan kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang ditaklukkan VOC pada tahun 1771 M.

Tak hanya itu, penulis Bondowoso ini menawarkan perjalanan bulan madu yang seru di Ijen dengan menikmati blue fire yang hanya ada 2 di dunia. Perjalanan ke ijen dilalui dari Banyuwangi. Ijen merupakan wilayah perbatasan Bondowoso-Banyuwangi dengan desa Belawan sebagai perbatasannya. Menikmati kopi luwak yang khas dan kopi lanang yang menggugah rasa para penikmat kopi.

Di akhir cerita, berkisah tentang perayaan pernikahan yang dihadiri oleh seluruh keluarga besar dan teman-teman dari Quinsha dan Al. Jika ingin tahu kisahnya secara detail silakan baca novel Quinsha Wedding Story yang tak bertabur konflik namun asyik dibaca

Selamat Membaca

JUDUL

:

Quinsha Wedding Story

PENULIS

:

Niamaharani

PENERBIT

:

Zahira

TAHUN TERBIT

:

Cetakan pertama, 2016

JUMLAH HALAMAN

:

ix & 396 halaman

BENTUK BUKU

:

Cetak

JENIS BUKU

:

Fiksi

ISBN

:

978-602-372-081-1

PERESENSI

:

SUSI HARTATIK (PENGAJAR DI SMK N 1 TAPEN)