Bicara tentang palestina, seperti bicara tentang luka berjuta muslim yang kian hari kian menganga. HAM menjadi bungkam, padahal kejahatan perang terjadi di sana. Di tanah para Nabi. Di tanah yang dijanjikan. Perang berkecamuk sejak tahun 1967 dan berakhir di waktu yang tak seorangpun tahu. Entah sudah berapa ribu korban perang yang berjatuhan. Tak sedikit juga anak-anak yang kehilangan impian mereka. Bahkan, Ramadhan kali ini juga disambut dengan serbuan bom di rumah-rumah. Semuanya hancur, berantakan.

Buku karangan Vanny C.W. menjadikan tokoh utama berwatak kuat dan tangguh yang tercermin dalam diri seorang wanita yang bernama Palestine. Sejak kecil, Palestine ditinggalkan ayahnya untuk berjihad bersama pasukan hamas untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Ibu dan kedua kakaknya syahid dalam dentuman bom yang dilancarkan pasukan Israel secara membabi buta. Dia hidup sebatang kara sejak dia berusia 7 tahun. Dia dibawa ke Kamp pengungsian bersama anak-anak lain yang senasib dengannya. Di Kamp pengungsian itulah, ia mengenal laki-laki yang melindungi dan mencintainya hingga dewasa bernama Yanan. Di sana jugalah , ia memiliki tekad kuat bertemu sang ayah.

Kehidupan yang keras dimulai dari sejak ia tinggal di kamp. Dia pernah diculik dan ditelantarkan hingga tak makan berhari-hari sampai Allah mendatangkan jiddah penolong baginya. Namun, nasib baik tak lama berpihak dengannya. Ketika ia ikut menemani jiddah yang berkunjung ke penjara Israel, Palestine mencoba menemukan ayahnya dan menitipkan surat sarat kerinduan yang berlinang air mata. Namun, karena kejadian itu anak jiidah mengusirnya. Kemalangan demi kemalangan yang dirasakannya membuatnya menyesal mengapa ia tak ikut mati saja bersama Ibu dan saudara-saudaranya

Kebengisan orang-orang Israel dipampang dalam novel ini secara deskriptif sehingga pembaca seolah-olah melihat langsung kejadian tersebut. Ketika seorang balita yang sangat lucu terlepas dari pantauan ibunda menjadi santapan anjing-anjing lapar hingga pembunuhan ayah Palestine, Yahded, menggunakan anjing-anjing yang juga kelaparan sepertinya karena tak makan berhari-hari. Anjing-anjing lapar itu mencabik-cabik tubuh Yahded sepotong demi sepotong hingga Yahded meregang nyawa dalam penjara.

Penjara islael diperuntukkan bagi siapapun penduduk Palestina meski mereka tak jelas kesalahannya apa, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan, perempuan-perempuan yang terpenjara lebih naas lagi nasibnya. Mereka tak jarang menjadi korban pelampiasan nafsu tentara israel secara bergilir.

Novel setebal 366 halaman ini sarat akan nilai-nilai religius. Adapun nilai-nilai itu antara lain; 1. Wajibnya bagi seorang perempuan baligh menutup auratnya secara sempurna, 2. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis, 3. Dilarang meratap kematian, 4. Tidak boleh bunuh diri meskipun ditimpa kemalangan yang teramat sangat, 5. Wajibnya membela harta dan jiwa dengan sungguh-sungguh, 6. Wajibnya menempatkan kecintaan pada Allah dan rasul-Nya di atas segala-galanya.

Novel ini akan sempurna jika dilengkapi dengan daftar isi sebagai petunjuk bagi pembaca berkenaan dengan gambaran umum isi buku.

Penulis : Vanny C.W

Judul : Cahaya Palestine

Penerbit : Sinar Kejora

Cetakan : Pertama, 2017

Halaman : 366 halaman

ISBN : 978-602-5492-00-6