Susi Mariani

GURU SD NEGERI 025 SUNGAI PENUH...

Selengkapnya
Navigasi Web

kisah Para Tetua (bagian 5)

Gadis belia tertunduk diam, membiusu seribu tanya. Mendengar pengakuan ibunya.

“baiklah bu, aku tak akan memaksakanmu menjelaskannya padaku”

Sejenak mereka saling berpandangan. Isak tangis itu berlahan membisu, disambut gerimis malam yang berlahan turun, ditambah dinginnya malam yang kian menusuk membuat ibu dan anak itu saling bergelut, penuh kesedihan di peraduan malam.

“sudahlah nak sebaiknya kau kembali tidur.” Suara ibu gadis belia memecahkan keheningan.

“baiklah bu” jawab lirih gadis belia.

Malam itu seperti menjadi malam yang terasa amat panjang bagi gadis belia. kesedihan itu rasanya tak pernah usai, sama seperti gerimis tipis yang turun tanpa permisi, ia datang dan pergi sesuka hati.

Sekelibat waktu ia memikirkan kembali ucapan ibunya, membuat dua bola matanya nanar. Rasanya sulit sekali memejamkan mata, bahkan sampai terasa perih. Sesekali ia menoleh keluar jendela, yang tampak hanya bayangan pohon di balik meredeupnya cahaya rembulan, serta suara jangkrik mendesing keras. Ingatan akan kata-kata bahadur terus saja bermunculan, bergelayut di benak-benak kecil memori otaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post