Susi Purwanti

Berusaha memaknai hidup, seorang guru di SMPN 1 Kotabaru - Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Positif dan Aksi Nyata

Budaya Positif dan Aksi Nyata

Budaya positif di sekolah sangatlah penting, mengerakkan dan menerapkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berpihak pada murid agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis dan bertanggung jawab. Nilai, keyakinan, dan kebiasaan tersebut akan membentuk karakter yang positif bagi murid. Lantas nilai, keyakinan, dan kebiasaan apa saja yang dapat membentuk karakter positif pada murid? Atau sudahkah Anda menjalankannya di sekolah terutama di kelas yang Anda ajar? Baiklah, saya akan berbagi mengenai itu semua yang pernah saya lakukan di sekolah dan kelas.

1. Budaya Positif di Sekolah

a. Senyum, sapa, dan salam

Di tempat saya mengajar di SMPN 1 Kotabaru Karawang Jawa Barat, budaya senyum, sapa, dan salam sudah lama dibiasakan oleh semua warga sekolah ketika memasuki lingkungan sekolah. Setiap hari guru atau murid menyajikan senyum, sapa, dan salam.

b. Menjaga kebersihan

PTM terbatas di sekolah setiap hari dibiasakan untuk selalu menjaga kebersihan diri, dimulai dengan cuci tangan, memakai masker dan berusaha menjaga jarak. Kebiasaan hidup bersih lama kelamaan akan diyakini oleh murid akan jauh lebih menyehatkan.

c. Pembiasaan di setiap hari Jumat

Di sekolah saya setiap hari Jumat ada pembiasan kegiatan religius seperti doa bersama di lapangan yang diawali mengaji bersama terlebih dahulu. Minggu berikutnya adalah kegiatan kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.

2. Budaya Positif di Kelas

a. Saya mengajar sebanyak enam kelas (IX g, IX h, IX i, IX j, IX k, dan VIII k)dalam setiap mengajar diawali dengan pembiasaan seperti:

1. Berdoa, salam, sapa.

2. Tebak-tebakan dengan beberapa petunjuk agar murid menjawab tebak-tebakan yang kontennya tentang pelajaran.

3. Literasi.

b. Menerapkan keyakinan kelas dengan restitusinya

c. Mengajar dengan permainan dan menyelipkan numerasi, seperti anak membuat lingkaran kemudian bisa dengan melemparkan bola atau menembaknya dengan telunjuk dan anak yang di kiri kanan yang tertembak kemudian beradu kecepatan untuk menyebutkan atau menjelaskan materi, kalau bersamaan maka akan diberlakukan suit jari kemudian dikalikan.

Untuk memudahkan melakukan pembiasaan atau merubah kesepakatan kelas menjadi keyakinan kelas tentu saja ini dibutuhkan diskusi dengan stakeholder, rekan sejawat dan warga sekolah lainnya. Belajar membuat rangkaian kalimat keyakinan kelas agar mudah dipahami oleh murid. Menselaraskan juga keyakinan kelas dengan restitusinya yang ketika ada yang melanggar keyakinan kelas, restitusinya yang bisa membangun karakter murid lebih kuat. Seperti keyakinan kelas “Datang tepat waktu adalah murid yang berdisiplin hebat”. Restitusinya adalah ketika murid tersebut datang terlambat diajak berbincang-bincang oleh guru yang tanpa disadari murid tersebut sedang melakukan restitusinya. Seperti menghitung jarak dari rumah ke sekolah yang dikaitkan dengan waktu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post