Beberapa hari yang lalu mendapatkan email dari Gurusiana, masuk sebagai penulis harian populer dengan pembaca sekitar 341 orang dan tentu saja mendapat bonus 1000. Konyolnya email itu baru saya tahu sekarang (malam.ini) karena memang baru saya buka. Lantas muncul keinginan buka tulisan-tulisan saya sendiri di Gurusiana yang sudah sangat terlupakan. Untung masih ingat cara masuk ke blog dan cara menulis artikelnya. Seperti sekarang yang sedang saya lakukan.

Sempet mikir, kok bisa ya, saya dulu menulis? Kok ada saja ide yang keluar dan menuangkannya tanpa rasa malas? Ga kayak, sekarang, hehe. Sok sibuk, padahal aslinya malas!

Menulis identik dengan membaca, menurut pendapat saya. Lho bukankah setelah menulis kita swasunting membaca kembali tulisan kita? Ya, kan? Iyaa dong, masa tidak. Sebelum menulis jbagi para penulis yang baik, yaa, harus rajin membaca terlebih dahulu agar referensi tulisan kita "ada isinya gituuuuh" Hehe.

Menulis menurut saya juga mengasah otak (maafkan pendapat ini kalau salah). Yaitu tadi kaitannya, sebelum menulis harus rajin membaca. Bukankah membaca itu mengasah otak? Tak terbayang kalau manusia otaknya tanpa di asah, ibarat pisau bisa karatan. Nah, mungkin termasuk otak saya juga sudah karatan! Apa ciri-cirinya? Mudah lupa susah ingat, lemot dengan tiga perintah sekaligus, apalagi lima. Atau, pernah gak sih waktu posisi kita ada di ruang tamu kemudian berpikir akan ambil sesuatu di dapur. Lantas kaki melangkah ke dapur dan terdiam bengong, eitttt, tapi lupa apa yang harus diambil! Nah, itu saya! Karatan alias tumpul kali nih otak sepertinya. Hehe. Semoga Anda tidak seperti saya.

Yang pasti, saya rindu menulis di Gurusiana. Kalau hanya sekedar menulis sih sering saya lakukan, bahkan setiap hari. Menulis balasan chat WA.

Salam!