Susmintari Dwi Ratnaningtyas

Karena yang terucap akan mudah lenyap dan yang tertulis akan abadi seperti prasasti....

Selengkapnya
Navigasi Web
MAAF

MAAF

GORESAN PENAKU / H-439

Gema takbir mulai berkumandang kala tapak kakiku menjejak halaman rumah ini. Rumah yang telah kutinggalkan lebih dari dua tahun sejak peristiwa itu. Peristiwa yang memancing amarah hingga tak ada lagi yang bisa kupikirkan selain menjauh dan menganggap semuanya menjadi sudah.

--

Perlahan kuketuk pintu depan dengan debar hati yang semakin tak menentu. Berkali kubujuk ego hatiku agar tak semakin mengemuka. Kebencian yang pernah menggunung kepada ibu tiriku harus kubabat habis hingga tak sanggup lagi melukiskan jelaga hitam dalam interaksi baik yang aku tahu sudah dengan susah payah dibangun oleh ayahku.

--

"Maafkan Bunda, Nak." Bisik lirih ibu tiriku meluruhkan jumawaku. Kami tergugu dalam peluk hangat ayahku yang terduduk di atas kursi rodanya. Perempuan yang selama ini kubenci itu, justru telah dengan tulus merawat ayahku yang jatuh sakit usai pergiku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post