ADA YANG HILANG DI TENGAH MALAM

( #Tantangan Menulis Gurusiana hari ke-8)

Acara Family Gathering Keluarga besarku sudah terlaksana dengan closing acara cukup meriah. Foto bersama untuk 27 keluarga dari satu Kakek, yang bernama Uda Menawi. Andai semua hadir tentu personilnya dua kali lipat banyaknya. Karena ada yang berhalangan hadir jadi hanya 85 orang yang bisa melewati satu malam bersama di Patuha Resort Ciwiday Bandung.

Hujan mengguyur sepanjang perjalanan keberangakatan kami yang terbagi dalam 15 mobil. Hujan terus mengguyur hingga malam tiba. Tanggal 25 Januari 2020 bertepatan hari imlek. Konon imlek tanpa hujan maka pertanda kurang baik bagi mereka yang merayakannya.

Rupanya hujan tidak mengurangi keseruan berkupulnya keluarga besar. Menunggu Magrib tiba, kami berkumpul di beranda, menikmati lagu jawa. Aku dan seorang kakakku, Mas To namanya menari mengikuti irama musik campursari. Bagai sejoli penari Ronggeng Dukuh Paruk. Penonton mungkin terkesima pada penari pria, yang tiba-tiba menjadi gagah perkasa. Lupa sama tongkatnya. Siapa sangka Mas To, menari ceria, namun akhirnya tarian tak dapat dilanjutkan karena sakit di kaki mulai terasakan. Maka penonton bersorak kecewa. Haha

Seusai makan malam bersama, acara keakraban pun dimulai. Agar acara makin memikat maka doorprice pun dibagikan. Barang elektronik sebagai hadiah doorprise mampu membuat hati peserta harap- harap cemas. Harusnya setiap keluarga membawa pulang hadiah satu macam doorprise andai kami sebagai panitia teliti dalam menginput data jumlah keluarga. Atas keteledoran kami ada tiga kelurga yang terlewatkan tidak terdaftar sebagai peserta yang berhak menerima doorprice tersebut. Semoga tidak adanya doorprise yang dibawa pulang tidak mengurangi makna kebersamaan tersebut.

Pada akhirnya, menangis sebagai ungkapan semua rasa. Ketika games dipandu oleh pemandu acara. Games sederhana. Games yang dikemas untuk mengaduk berbagai rasa. Ada tiga kata yang tersedia dalam bentuk stiker. Kata pendek saja. Kata pertama adalah " Terima Kasih ". Ketika Eko sebagai pemandu acara menginstruksikan dengan jelas, maka stiker yang bertuliskan terima kasih tersebut harus diberikan kepada orang yang menjadi prioritas bagi kita . Kepada orang terpilihlah kita tempelkan stiker terima kasih tersebut. Saat stiker tertempel, saat itu juga kita ungkapkan kepada orang terpilih alasan ucupan terima kasih kita sampaikan.

Begitu stiker bertuliskan ucapan terimakasih dibagikan, secara serentak semua peserta menghampiri atau mendekat kepada orang terpilih. Pada bagian tubuh orang terpilih stiker ditempelkan. Ada yang menempelkan di dada, dan di lengan. Stiker pertama sudah tertempel, diikuti suara termehek mehek, tangisan mulai terdengar dari beberapa penjuru. Ungkapan terima kasih berhamburan. Sepertiku yang berterima kasih pada Mbak Rum,karena dia selalu ada bersamaku, khususnya dalam dukaku.

Stiker kedua adalah stiker yang bertuliskan kata" tolong ". Stiker tolong ini pun ditempelkan di bagian tubuh orang yang menjadi pilihan kita. Orang tempat kita minta tolong mewujudkan harapan kita di masa depan kita. Kepada suamiku kutempelkan stiker tersebut. Bagiku suami adalah tempat sandaranku. Bersamanya kugantungkan harapan masa depan ,demi esok lebih baik.

Stiker terakhir bertuliskan kata "maaf". Saat stiker ini tertempel pada sasaran, tangisan makin terdengar memilukan. Saling maaf- memaafkan layaknya sungkeman saat idul fitri. Keharuan, kebahagiaan menjadi sangat bermakna.

Usai acara, barulah kita sadari, banyaknya stiker tertempel di setiap orang. Ada yang mendapat kata terima kasih lebih dari satu bahkan sampai lebih dari lima. Begitu pun dengan stiker yang lainnya. Malam itu terkemas dengan apik, selanjutnya masing- masing menuju kamar. Kamar berjumlah 18 dan setiap kamar maksimal berkapasitas 5 orang. Namun pada akhirnya pembagian kamar yang sudah diatur panitia tidak semua terisi sesuai personil yang seharusnya.

Ada keluarga yang memilih berkumpul dalam satu kamar meskipun harus uyel- uyelen. Ada yang memilih sewa kamar sendiri agar lebih privaci dan tentunya lebih nyaman. Hal ini tidak menjadi masalah. Namun perlu diketahui bahwa tujuan dibaurkanya keluarga satu dengan yang lainnya agar makin terjalin keakraban. Seperti Ghian dan Kinan, sudah memberi contoh tetap bertahan di kamar miliknya. Begitu juga dengan Agni, Sasa dan Naya, mereka bertiga menjadi tiga kesatuan, tiga serangkai yang saling setia. Kadang anak- anak lebih dewasa daripada orang dewasa. Betul? Hehe.

Satu petistiwa yang tidak semua orang tahu, ada yang hilang di tengah malam. Handaru tidak ditemukan di kamarnya. Ayahnya mencari ke setiap kamar tetapi tak ada satu kamar pun terlihat dia. Pikirin negatif melintas- lintas di benak. Maklum, Patuha letaknya di tengah hutan pinus. Mungkinkah Handaru yang sedang bersedih itu hilang dibawa kalong ?

Pukul sebelas malam waktu hilangnya Handaru, yang akhirnya ditemukan di kamar Mas Toro yang hanya dihuni oleh dua orang. Handaru yang sempat merengek minta tidur dengan ayahnya, ditemukan asyik menyelinap dengan Mas Toro. Pilihan kamar yang tepat , pinternya Handaru. Di saat penghuni kamar yang lainya hengkang, dia menggantikannya.

Tak ada kesempurnaan di setiap acara apapun. Semoga yang tidak sempurna tetap terselip kesan. Terimakasih untuk para peserta, terimakasih untuk pemerhati, yang sudah berkorban demi terlaksananya acara indah ini. Semoga masih banyak kesempatan untuk sua kita lagi. Aamiin.

Senin, 27 Januari 2020

Pukul 09.49.

Susmiyati.