KACANG GORENG

Dari ruang tengah aku bisa melihat sosok simbok di dapur. Dalam hati, aku bertanya-tanya " Tumben Simbok sibuk di dapur. Biasanya yang masak di dapur Mbak Rum atau Mbak iparku. "

Rasa penasaranku mendorongku ke dapur, sekedar ingin tahu Simbok masak apa.

" Asyik, makan enak, nih" godaku .

Simbok memalingkan wajahnya ke arahku, sesaat kemudian sibuk lagi. Aku kaget melihat apa yang sedang Simbok lakukan. Karena Simbok mau masak pasir. Wajan itu penuh dengan pasir.

" Mbok ini apa-apaan si.. masa pasir dimasak !" tanyaku menyerupai teriakan sebagai pertanda betapa kagetnya aku.

Anehnya simbok tenang saja. Tanpa respon. Tentu saja aku kesal diacuhkan seperti ini.

" Mbok, sebenernya Simbok mau ngapain ? "

" Kamu pasti nggak tahu,wong bisamu kur makan. " jawab simbok tanpa mengurangi kebinganku.

" Kamu nggak tahu ya pasir itu buat apa? " tiba- tiba Bapane sudah ada di sampingku. Aku sempat kaget mendengar suaranya.

" Simbok mau nggoreng kacang. Kacangnya nanti disangan pakai pasir. Bukan dimatengin pakai minyak. " kata bapane lagi menjelaskan.

" Masya Allah... Baru tahu Pa, jadi kacang kulit goreng itu, digoreng pakai pasir Pa ?" tanyaku kemudian masih dengan rasa penasaran tingkat tinggi.

"Ntar, kamu lihat saja , biar nggak penasaran, biar nggak nanya melulu. " jawab Simbok.

Simbok mengangkat wajan yang terbuat dari tanah liat yang sudah setengah penuh dengan pasir. Sepertinya pasir itu simbok ambil dari rumah tetanggaku yang sedang renovasi rumah. Aku memperhatikan dengan seksama.

Wajan tersebut sudah simbok letakan di atas tungku yang terbuat dari tanah juga. Biasanya aku menyebutnya pawon. Bahan bakarnya dari kayu, bambu, blukang, atau batang daun kelapa, serta klari, yaitu daun kelapa yang mengering pada lidinya.

Bapane rajin membuat bahan bakar, di sela - sela waktunya, jika sedang tidak ke sawah dan ladang, kegiatannya membuat kayu bakar dari batang-batang kayu, bambu, atau blukang dan klari tersebut. Bapane dengan mudah mendapatkan bahan bakar tersebut di pekarangan seputar rumah.

Kembali simbok mengaduk pasir , begitu dirasa sudah cukup panas, maka kacang tanah berkulit yang sudah mengering itu dimasukan ke dalam pasir yang panas. Tak henti-hentinnya simbok mengaduk- aduk, membalik- balikan kacang tersebut agar mendapatkan panas yang merata, sehingga hasilnya akan bagus , berharap kulit kacang, tidak tampak menghitam dan gosong.

Peluh Simbok makin bercucuran, basah di sekujur wajah dan lehernya. Melihat Simbok aku malah tertawa.

" Mbok, tumben semangat, biasanya malas di depan pawon, tapi aku si tahu, alasannya. " kataku dengan nada ngeledek. "

" Hem, klo sudah tahu, wis ra sah brisik, sana pergi. " hardik simbok padaku. Kesal juga kali lihat aku yang hanya bisa ngeledek tanpa membantunya.

" Kira kira, kacang sebanyak itu, nanti bisa bertahan sebulan tidak Mbok?”

" Nggak , biarin simbok abisin langsung, kamu nggak usah kubagi. " jawabnya nggak mau kalah, ikut ngeledek juga.

Begitulah Simbok. Penyuka kacang goreng. Simbok kuat menghabiskan satu toples kacang goreng sendiri dalam satu waktu. Biasanya simbok membeli sendiri kacang goreng, sekitar setengah kilo gram. Lalu Simbok tuangkan ditoples kaca yang tebal dan berat itu. Sambil nonton televisi, atau menyimak ketoprak di radio, tak hentinya Simbok mengunyah kacangnya. Kulitnya dibiarkan berantakan di meja, atau berjatuhan di seputar kakinya. Jika acara ngunyah kacangnya selesai, barulah simbok membersihkannya.

Aku meninggalkan simbok sendiri lagi di dapur. Hari itu aku dapat pengalaman baru dari Simbokku.

Vila nusa indah 3

Minggu, 18 Agustus 2019