MARIMAR GAGAL PUASA
MARIMAR GAGAL PUASA ( Tantangan Menulis Gurusiana hari ke-78 ) Hari Senin ini, Marimar sudah mengagendakan ke BJB dan ke BRI, urusan keuangan sekolah. Dari rumah sengaja berangkat pagi. Sudah terbayang antrian yang panjang di sana. Apalagi untuk transaksi di dua bank sekaligus. Betul prediksi Marimar. Antrian sudah panjang. Bu Cucu, bendahara sekolah mendapatkan nomor antrian 21 di BJB Metland Tambun. Tepat pukul 8.00 wib, nasabah dilayani. Nasabah yang sudah mendapatkan giliran masuk diukur suhunya. Marimar sempat deg -degan kurang percaya diri. Sebentar - sebentar Marimar usap dahinya, meraba lehernya , menerka -nerka suhu badannya dengan telapak tangannya. Marimar tiba - tiba merasa jadi kurang sehat. Batuk- batuk, dan bersin - bersin. " Waduh gawat, gimana ni Bu Cucu , saya kok tiba - tiba berasa mriyang ya." " Ibu ,ngadem dulu di dalam mobil, nyalain AC, ntar tubuh jadi dingin. Semoga tidak lewat 37 derajat, klo lewat, ya gawat, kita ditolak masuk BJB itu Bu." Mengikuti saran Bu Cucu, Marimar masuk mobil, berharap kedinginan , karena AC nya sudah ditambah dinginnya. " Mungkin Ibu sedang puasa, jadi berasa kurang sehat." Kata Bang Radot, supir sekolah , mendengar keluhan Marimar. " Ya kali ya Bang. " jawab Marimar ragu. Saatnya Marimar dipanggil, pengukur suhu ditembakkan di kening Marimar. Marimar tersenyum manis,ternyata yang ditakutkan tidak terjadi. Suhu tubuhnya normal. Begitu sudah di depan teller, Marimar jadi lemas mendapat informasi Teller. " Bu, Rekening BJB Ibu masih terblokir oleh BJB Setu. Coba Ibu hubungi BJB Setu, bisa tidak minta di buka blokirannya." Kata mbak Cantik petugas teller BJB Metland Tambun. Marimar melongo. Begitu Marimar sadar dari keterkejutannya Marimar segera hubungi BJB Setu. Jawaban via telfon dari BJB Setu, sistem sedang off line. Suara petugas Costumer Service di seberang sana hanya minta maaf. Sungguh aneh dan menyedihkan untuk Marimar. Sejak selasa lalu, SI sudah disampaikan, berarti sudah enam hari, masa belum juga tertransfer ke rekening yang dituju. Marimar menerima berita menyedihkan ini dengan pasrah, hanya istigfar yang mampu terucapkan. Perjuangan mengantri, menjadi sia -sia. Marimar akhirnya berpindah ke BRI. Pemandangan antrian di BRI, lebih parah, mengular sangatlah panjang. Tanpa nomor antrian, Marimar ikut berdiri mengantri di halaman BRI. " Gusti Allah sedang menguji kesabaran kita ,Bu Cucu, " kata Marimar , yang sebenarnya untuk menguatkan diri. Bagai mendapatkan air surga, begitu tiba giliran Marimar dan Bu Cucu masuk ke dalam gedung BRI setelah dijemur sekitar 2 jam lamanya. Rupanya air surga tersebut belum bisa langsung diteguk, karena di dalam pun masih harus antri lagi. Marimar coba mendekati tempat duduk yang kosong, begitu mau duduk, securitynya langsung menahan Marimar. " Maaf Bu, tempat duduk ini khusus untuk yang berkepentingan dengan CS, yang mau ke teller tetap berdiri." kata Si Security berwajah lumayan tapi berhati batu. "Teganya- teganya - teganya pada diriku" batin Marimar ,mengikuti syair lagu dangdut terpopuler itu. Marimar menciut hatinya, sedih juga diperlakukan tidak adil sebagai sesama nasabah BRI. Tapi Marimar tetap santai meskipun dongkol juga. Satu demi satu antrian pun berlalu. Marimar senang , akhirnya selesai sudah transaksi di BRI. Tiba-tiba terdengar dering panggilan pada HPnya. " Bu...blokiran rek BJB sekolah Ibu, sudah dibuka ya, silakan bertransaksi."suara seorang ibu dari BJB Setu menginfokan kabar yang sangat pas dan tepat waktu. Pas karena disaat itu pas baru selesai transaksi dari BRI, jadi Marimar tinggal geser ke BJB yang jaraknya hanya beberapa blok saja. Pas di saat itu sedang istirahat karena waktu menunjukan pukul 12.30.wib. Pas ada satu teller BJB yang sudah usai istirahat. Pas si Teller tersebut yang menerima Marinar tadi pagi, sehingga Marimar tidak berpanjang lebar lagi menjelaskan a sd z . Transaksi di BJB berjalan singkat, selanjunya Marimar mengajak Bu Cucu dan Bang Radot makan siang. " Tapi Ibu puasa kan ?" tanya Bu Cucu " Ya, niatnya tadi puasa, tadi....sekarang mah, batal saja puasanya. Kaki pegel, kepala pusying, perut lapar, sementara demi menjaga diri dari virus corona kita kan harus fit." Jawab Marimar terkesan membela diri banget. Bu Cucu tertawa saja mendengar penjelasan Marimar. Satu piring nasi goreng sudah mengenyangkan Marimar. Sampailah Marimar kembali ke sekolah, langit sudah berubah mendung dan gelap, bahkan terdengar suara guntur yang mengejutkan. Bergegaes Marimar turun dari mobil menuju ruangannya untuk shokat dzuhur pada pukul 14 .00 wib. Luar biasa, hujan yang Allah turunkan begitu lebatnya, menghadang Marimar menuju pulang. Motor dipacu dengan hati- hati menyusuri sepanjang jalan yang sudah tergenang air hujan. Dingin menerpa tubuhnya yg mulai basah, walau jas hujan sudah dikenakan. Jalanan yang sepi Marimar lalui dengan debaran kengerian. Tekad Marimar sudah sangat kuat , dia harus segera sampai ke rumah. Lega hati Marimar motornya tepat berhenti di depan rumahnya saat azan ashar berkumandang. Lelah yang dirasakanya masih tersisa hingga Marimar usai mandi . Marimar memang segera membersihkan diri dari air hujan yang mengguyurnya tanpa mereda sedikit pun. " Alhamdulillah, terima kasih Rabb, urusanku hari ini akhirnya selesai. " Hari ini Marimar belajar lebih sabar, meskipun melewati hari yang tidak dia harapkan. Senin,6 April 2020 Pukul 16.38 Susmiyati SMP YADIKA 8 JITU
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap bun
Alhamdulillah. Aamiin. Trimakasih