( #Tantangan Menulis Gurusiana ke - 29)

Berkali kali kuucapkan terimakasih kepada Allah yang Maha Baik, atas kakiku yang kembali ringan setelah semalam sakit usai umrah keduaku. Akhirnya pagi ini, hari Senin tanggal 22 Januari 2019,aku kuatkan niatku ikut tawaf sunah yang kedua di dekat kabah. Sedang tawaf sunah pertama kami lakukan di lantai dua Masjid.

Kami tawaf berdelapan orang. Awal tawaf bisa jalan satu rombongan, memasuki putaran ketiga kami sudah mulai tercerai berai, namun tetap berpasangan. Hal ini terjadi karena pelaku tawaf makin semrawut, mereka sedang sangat ambisi bisa menyentuh hajar aswad dan sholat di makom ibrahim.

Aku dan suami tetap konsentrasi tawaf, hingga usai pada putaran ketujuh. Setelah itu, kami berusaha mendekati Ka'bah. Alhamdulillah betapa mudahnya bagi kami, kami bisa mendekati ka'bah, hingga ka'bah dapat ku elus dengan penuh syukur. Aku menyentuh ka'bah, bagai mimpi, dream come true.

" Aku mau sentuh hajar Aswad Yah, " rengekku kepada suamiku.

" Jangan memaksakan diri, tidak mudah kita ke sana, tuh.. lihat orang yang di sana, gede semua. " kata suamiku.

Sejenak aku termangu, masih ingin rasanya aku berusaha menjangkau hajar aswad, dan sholat di wilayah makom ibrahim, tapi apa dayaku, suamiku tidak berani karena kawatir denganku.

Kuurungkan niatku merangsek ke arah hajar aswad, aku menepi saja untuk sholat sunah tawaf dua rakaat dan kulanjutkan dengan sholat tahajud 8 rakaat empat salam dan witir tiga rakaat. Usai sholat, aku berdoa sekuat hatiku, kubiarkan menangis sepuasnya. Air mata, benar - benar tumpah. Tiba - tiba rombongan orang besar - besar melompatiku, aku segera berdiri melindungi diri. Tepat pada saat itu azan subuh pertama berkumandang. Aku mencari posisi aman untuk bisa sholat subuh tetapi tetap di halaman ka'bah.

Kembali aku bersyukur, kudapatkan tempat sholat yang nyaman. Kugelar pasminaku. Kujadikan sajadah. Tepat di sampingku, ada seorang ibu. Dengannya aku sulit berbicara. Kutanya dengan Bahasa Inggris sebisaku, dia diam tidak bisa menjawab. Maka kuabaikan saja tanpa obrolan apapun. Tapi aku tahu, dia senang saat kugelar pasminaku sampai ke depannya.

Menunggu azan subuh kedua aku isi dengan membaca Alquran, dan zikir. Hingga sholat subuh berakhir, aku tidak tahu kakak - kakakku di mana saat ini.

Aku tidak tahu lagi di mana mba titi, dengan Mas Dady, di mana Mba Idang dengan Mas Mardi, di mana pula Mas Narko dengan Mba Sri.

Suamiku sudah berada di depanku, mengajak aku keluar dari tempatku sholat yang dibatasi dengan pagar pembatas. Keluar dari sana aku memvidio ka'bah, lalu aku memberikan komentar dan laporan menyerupai reporter siaran langsung.

Foto dan vidio tersebut kukirim kepada saudaraku di group wa, juga ke group teman dekatku. Berharap mereka ingin bersegera datang ke sini.

Di restoran kami saling berbagi pengalaman pagi ini. Ternyata mereka bisa sentuh hajar aswad dan juga sholat di makom ibrahim.

Aku iri, tapi aku sadar, kondisiku berbeda dengan mereka. Ya... Sudahlah aku terima takdirku ini sebagai ketentuan dari Allah.

Hajar Aswad berada di tempat di mana posisinya selalu menjadi permulaan tawaf, yaitu terletak pada bagian sudut timur laut dari bangunan Ka’bah. Sedangkan semua orang tawaf selalu memulai tawafnya dari situ.

Minggu, 16 Februari 2020

Pukul 19.20

Susmiyati

SMP YADIKA 8

JITU