Pentigraf

SUARA -SUARA

# 34 : 365

Sepi mencekam. Gerimis pun datang. Sendiri menanti Mas Suami pulang. Sementara anak -anak sedang menginap di rumah budenya. Suara hujan menyamarkan pendengaran. Tak bisa menyimak berita atau apapun yang tertayang di televisi karena terkalahkan oleh deru hujan , maka Markonah mematikan televisinya. Sunyi.

Entah dari mana datangnya suara. Suara itu memangil - manggil namanya. Markonah makin resah, dan gelisah. Berbagai perasaan menghimpit di dada. Nah, suara itu... terdengar timbul tenggelam, "Mar..Mar...Mar..." terus berulang. Markonah semakin takut, dia tengok ke kanan , ke kiri, lalu berlari masuk kamarnya. Namun di dalam kamar pun suara itu masih terdengar. Masih memanggilnya. Markonah beristigfar, membaca doa- doa yang Ia bisa. Menyalakan semua lampu yang ada di rumahnya. Air mata mulai meleleh , sedih tak terperi. Berkali Ia telfon Mas Suami, berulang dia WA namun tak terjawab.

Akhirnya Markonah lega, terdengar olehnya suara Mas Suami. Orang yang dinanti - nanti sudah pulang. Plong. Beban berat rasa takutnya sedikit menguap. Segera Markonah bertutur tentang rasa takutnya. Belum selesai Markonah mengadu, terdengar lagi suara itu, " Mar...Mar...Mar...!" Mereka menyimak dengan seksama. Mas Suami tersenyum lalu diseretnya Markonah ke luar pintu. Sambil berpayung Mas Suami menunjuk sesuatu, " Lihat itu...mau beli Martabak tidak ?" Tanya Mas Suami dengan mimik serius. Markonah tak mampu menjawab. Lidahnya kelu, diam seribu basa. "Martabak....Martabak! " suara tukang Martabak sedang menjajakan Martabaknya di tengah hujan deras yang mengguyurnya. Untuk kedua kalinya Mas Suami bertanya, "Mau martabak tidak ?" Markonah pun mengangguk tersipu. Heeeem Gr Markonah, siapa pula yang memanggilnya. Haduh.

04 juli 2020

Susmiyati