sutini sarwono

Guru SDN LIMPUNG 03, Kabupaten Batang, Jawa Tengah Hanya ingin melakukan apa saja yang baik dan benar....

Selengkapnya
Navigasi Web
KAMI TITIP MURID KAMI YA, MAK.

KAMI TITIP MURID KAMI YA, MAK.

KAMI TITP MURID KAMI YA, MAK.

Membaca sebuah postingan gambar di beranda FB baru saja, membuat saya tertawa terpingkal - pingkal. Entah itu luapan rasa asli dari seorang wali siswa, atau bukan. Tetapi benar - benar membuat saya tak bisa menahan tawa.

Kalimat - kalimat tersebut bisa mewakili suara hati para ibu se - Indonesia. Betapa susah mereka merasakan tugas tambahan. Pekerjaan utama harian sebagai ibu rumah tangga sudah melelahkan. Masih ditambah dengan menjadi guru privat tanpa bayaran bagi anak mereka sendiri.

Belum lagi para ibu atau emak yang punya karier di luar rumah. Niscaya pulang kerja bukan istirahat yang didapat, namun pusing kepala berlipat - lipat.

Ada keluhan dari wali murid yang saya terima secara langsung.

" Wah, pusing Bu Guru, ngajari anak belajar di rumah."

" Kata anak saya, kalau sama Bu Guru, soal ini selesai satu jam. Tapi kalau sama Mama, butuh waktu seharian"

Begitu keluhan yang disampaikan. Belum lagi pertanyaan bertubi - tubi dari grup WA yang semula sepi. Meskipun lebih banyak si anak sendiri yang bertanya. Mungkin sang emak tak lebih mampu bertanya dibanding anaknya.

Kini para orangtua sadar. Betapa berat tugas seorang guru. Mereka baru merasakan sulitnya membimbing putra - putri mereka sendiri. Bayangkan betapa tidak mudahnya para guru harus membimbing sekian siswa dalam satu kelas. Dengan berbagai perbedaan kemampuan anak.

Apalagi untuk anak - anak usia Sekolah Dasar yang notabene masih butuh banyak bimbingan dan pendampingan. Anak tak mungkin bisa menyelesaikan semua tugas tanpa bantuan orang disekitarnya. Terlebih anak - anak yang masih duduk dibangku kelas rendah. Kelas satu hingga kelas tiga SD. Bimbingan orang tua masih sangat dibutuhkan.

Mungkin ini hikmah dari belajar di rumah. Memaksa orangtua khususnya emak untuk terlibat. Mengetahui secara langsung perkembangan belajar anak - anak mereka. Yang biasanya hanya mereka lakukan ketika menerima buku raport saja. Ternyata semua butuh proses. Anak - anak mereka harus melalui kegiatan belajar yang demikian panjang.

Kini para emak tak sempat lagi asyik memikirkan dirinya sendiri. Waktu selfi tersita. Waktu ngrumpi di grup WA, terkurangi. Atau mungkin justru makin menjadi? Bisa jadi. Karena para emak butuh tempat curhat. Agar rasa penat mereka terobati. Rasa lelah menjadi guru privat bagi anak - anaknya sendiri.

Semoga wabah corona segera teratasi. Kami para guru akan siap menerima putra - putri mereka kembali. Murid - murid yang kami titipkan sementara. Pada sebuah lembaga pendidikan bernama keluarga.

Tantangan ke - 35

#Tantangan Gurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hehehe. Semoga Lockdown ini ada hikmahnya bgi kita ya bu. Orangtua tidak memandang guru sebelah mata. Amin

30 Mar
Balas

AamiinBetul betul

31 Mar

Orang tua yang seperti itu berarti ada perhatian untuk anaknya,

31 Mar
Balas

MantapOrtu pendampianganRumah Madrasatul ula...

31 Mar
Balas

Setuju Pak Dedi

31 Mar

Yah itu orang tua yang peculiar sama anaknya mantap jeng

31 Mar
Balas

Makasih buk

31 Mar



search

New Post