Yang Tak Lekang

Masa di rumah aja membuat benda bernama televisi menjadi kembali berarti. Meskipun banyak orang sudah lebih asyik bermain gawai. Ketika jenuh, atau jemari yang letih menekan keyboard, televisi menjadi alternatif pengganti.

Demikian pula yang terjadi di rumah. Anak - anak mulai kembali banyak menyaksikan siaran televisi. Salah satu tayangan favorit adalah Si Doel Anak Sekolahan. Tayangan yang sudah diputar entah untuk keberapa kali.

Tayangan ini memang menghibur. Menyajikan kehidupan nyata rakyat biasa pada zamannya. Kehidupan sederhana keluarga Si Doel. Anak Betawi Asli.

Mengapa tayangan ini bisa bertahan begitu lama? Tidak hanya pada zamannya. Akan tetapi sampai tayangan ulangnya. Jika baju, gawai, kendaraan  atau barang  punya mode mutakhir dan terkini, namun sinetron Si Doel ya begitu - begitu saja.

Di tahun 90 - an pada waktu sinetron ini tayang, ia mampu mewakili gambaran real kehidupan orang biasa. Sehingga hampir semua orang bisa menerimanya. Alhasil sinetron ini menghipnotis jutaan mata pemirsa bertahun - tahun lamanya.

Hingga berlanjut di angkat ke layar lebar, menyesuaikan perkembagan keadaan. Namun sinetron yang asli hingga kini masih saja dinanti. Menjadi nostalgia.  Sebagai   kerinduan akan sederhananya kehidupan.  Lewat karakter tokoh - tokohnya. Kejujuran dan idealisme Si Doel yang dulu bahkan kini, mungkin hanya mimpi. Kekhasan karakter masing - masing tokohnya yang luar biasa. Hingga keluguan dan kepolosan Mandra. Atau  visualisasi latar cerita. Sungguh suguhan yang melawan zaman. Namun justru jadi penawar kerinduan.

Apakah masih ada karya - karya besar seperti Si Doel Anak Sekolahan. Kita tunggu saja.

Tantangan ke – 51

#TantanganGurusiana