Suwarni Azis

Guru di SMA Islam Hidayatullah, Semarang, Jawa Tengah. Penulis nasional soal AKM di SIAP Pusmenjar....

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru, Awal dari Semua Profesi, tapi Nasibnya Kian 'Ngenesi'

Guru, Awal dari Semua Profesi, tapi Nasibnya Kian 'Ngenesi'

Jika berbicara siapa yang ingin menjadi guru, pasti tak banyak anak zaman sekarang yang berminat menjadi guru. Survei di lapangan saat aku bertanya pada anak-anak kelas 12 tentang jurusan dan profesi yang mereka inginkan, hanya sekitar 10-20 persen yang ingin menjadi guru. Rata-rata dalam angan mereka pastilah profesi ekonom, arsitek, dokter, pegawai bank, atau pebisnis. Profesi yang buat mereka menjanjikan uang banyak dan pekerjaan yang enak.

Guru bagi mereka hanyalah sebuah profesi yang kurang menjanjikan dari sisi ekonomi dan kemewahan. Alasan mereka tentu tidaklah salah karena memang begitulah kenyataannya. Jika melihat dari sisi penghasilan atau gaji bagi seorang sarjana, gaji guru sangatlah minin sekali. Sangat berbeda dengan profesi lainnya yang tentunya gajinya lebih besar. Padahal, jika melihat kerjanya, gurulah orang yang sangat berjasa dalam membentuk calon dokter, pegawai, menteri, hingga presiden. Namun, kenyataannya gaji mereka tidak sebanding apa yang dilakukan.

Sebagai seorang guru itu benar saya rasakan. Saya yang sudah hampir 18 tahun mengajar, gaji tidak banyak berubah dari dulu sampai sekarang. Berbeda dengan murid saya yang baru dua tahun bekerja di salah satu BUMN, yang hanya lulusan D3, gajinya sudah mencapai puluhan juta. Sangat berbeda banget dengan guru. Satu hal lagi, mereka yang bekerja di perusahaan negara itu, bisa dibilang hanya berkecimpung dengan benda mati.

Pekerjaan guru tidak hanya pada benda hidup, tetapi juga pada banyaknya administrasi yang harus ditanggung. Hampir selama 24 jam guru harus siap menjadi seorang pendidik bagi para siswanya. Siap menjawab semua pertanyaan dengan segala permasalahannya. Namun, bagaimana nasib guru di lapangan? Hanya mau naik golongan saja, administrasi dipersulit dengan birokrasi yang 'mbulet.' Karena 'mbuletnya' inilah banyak dari teman yang malas untuk mengurus kenaikan golongan ini. Berbeda dengan dahulu yang bisa naik secara berkala dari masa kerja. Dan jika sudah isa naik pun, berapa penambahan gajinya? Hanya terhitung ratusan. Belum lagi sulitnya mengajukan tunjangan profesi yang masih saja dibebani dengan administrasi terus menerus. Yang menunggu turunnya saja tidak menentu waktunya.

Bayangkan dengan mereka di profesi lain di pemerintahan? Tunjangan bisa mencapai jutaan hingga puluhan juta dengan tanpa birokrasi dan administrasi yang ribet dan 'mbulet.' Mereka dengan hanya 'duduk' tanpa pemberkasan sudah mendapat tunjangan. Belum lagi sekarang guru tidak bisa ikut libur seperti dahulu. Guru sekarang jika ingin libur harus mengajukan cuti. Jika pun harus mengajukan cuti juga masih dipersulit dan tidak diperbolehkan mengambil pada saat KBM aktif. Padahal, berapa banyak guru di sekolah? Jika mereka harus mengajukan cuti pada saat liburan, tentu saja tidak bisa secara bersamaan. Mereka harus bergiliran.

Kini semuanya menjadi lebih sulit. Meskipun gaji kecil, dahulu guru masih bisa menikmati liburan tanpa harus mengajukan cuti dahulu. Sekarang gaji masih saja kecil dan ditambah untuk liburan saja harus dengan mengajukan cuti. Ironis memang! Sekarang guru yang bisa dikatakan sebagai pencetak dari semua profesi, nasibnya kian 'ngenes' dan kian tak diminati oleh generasi muda.

Namun, dengan segala kekurangan di sana-sini, dengan segala keterbatasan pada finansial, guru tetaplah seorang guru yang bisa 'digugu lan ditiru.' Jiwa 'nrimo' dan sabar masih selalu melekat pada jiwanya. Meski dengan segala tekanan dan keterbatasan, mereka tetap saja tidak banyak protes. Mereka hanya diam dengan kenrimoannya. Karena bagi para guru, profesi ini adalah profesi panggilan jiwa. Profesi yang dari awal sudah menjadi tekad sebagai sarana mencari keridhoan dari Tuhan. Profesi yang mendapat kedudukan istimewa di sisi Tuhan. Tugas dan perannya dalam membentuk generasi yang khoiru ummah itulah yang menguatkan mereka. Meski dengan finansial yang 'pas-pasan', mereka tetaplah bersyukur. Inilah yang mungkin menjadikan guru sebagai profesi 'spesial.' Profesi yang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah sebagai profesi yang mampu membentuk profesi lain di semua bidang.

#TantanganGurusiana#HariKe-295

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post