Suwarni Azis

Guru di SMA Islam Hidayatullah, Semarang, Jawa Tengah. Penulis nasional soal AKM di SIAP Pusmenjar....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tren YOLO dan FOMO Pemicu Gaya Hidup Boros Gen Y dan Z

Tren YOLO dan FOMO Pemicu Gaya Hidup Boros Gen Y dan Z

Tren YOLO dan FOMO Pemicu Gaya Hidup Boros Gen Y dan Z

oleh Suwarni, S.Pd.

Pernah mendengar dua istilah YOLO dan FOMO tersebut? Dua istilah yang saat ini sedang ngetren itu seolah sudah menjadi mantra utama generasi muda saat ini. YOLO merupakan singkatan dari prinsip You Only Live Once (nikmatilah hidup saat ini tanpa perlu mengkhawatirkan masa depan). Sebaliknya, FOMO adalah singkatan dari Fear Of Missing Out (ketakutan ketinggalan tren yang tengah berlangsung di komunitas atau peer group) di mana generasi Y dan Z tergabung di dalamnya.

Dua istilah tersebut seolah sudah menjadi gaya hidup anak-anak sekarang yang kita kenal dengan Gen Z atau Generasi Z dan Gen Y (Generasi milenial). Jika kita lihat, Gen Y dan Gen Z ini lebih suka menghabiskan pendapatan atau uangnya untuk menikmati tempat-tempat eksotis daripada untuk menabung. Mereka akan lebih bahagia jika bisa ngeksis dan bisa membagikan waktu liburannya ke medsos daripada harus memikirkan menabung atau menyisihkan uang untuk pensiun.

Pola pikir YOLO membuat generasi Y dan Z ini selalu ingin menghabiskan uang saat itu juga tanpa memikirkan bagaimana di masa yang akan datang. Mereka akan lebih memilih liburan, jalan-jalan ke tempat eksotis sambil bersenang-senang, atau nonton konser bareng. Tentu saja, jika ini dibiarkan mereka akan terjebak pada kesulitan dalam mengatur keuangannya. Selain itu, pola hidup boros akan menjadi gaya hidupnya.

Begitu pun dengan gaya FOMO yang tanpa disadari akan mendorong para generasi ini untuk menghabiskan uang atau pendapatannya untuk membeli hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Mereka hanya terdorong untuk mengikuti tren kekinian. Mereka pasti akan merelakan uangnya habis hanya untuk memburu sneaker bermerek, gadget paling canggih, atau baju yang bermerek, dan lain sebagainya.

Kebutuhan generasi ini lebih pada bagaimana mereka bisa menikmati hidupnya saat ini dengan kesenangan. Kebutuhan untuk menikmati hangout selepas jam kerja, menonton konser, traveling, atau membeli barang-barang sedang tren seringkali menjebak generesi ini pada kebangkrutan uang. Risiko yang kadang akan membuat generasi ini mencari cara bagaimana bisa memenuhinya. Jika tidak terkendali, tentu saja akan berdampak negatif. Namun, ini juga memberikan dampak positif jika bisa dimanfaatkan dengan baik. Misal, dengan hobi travelingnya, mereka membuat ulasan di web atau blok sehingga bisa dinikmati banyak orang sebagai referensi traveling dan ini bisa menghasilkan uang.

Nah, kedekatan generasi Y dan Z ini dengan pola YOMO dan FOMO tentu saja tidak terlepas dari adanya kecanggihan teknologi dalam bidang komunikasi. Ini tentunya sangat mempengaruhi sektor ekonomi juga. Menurut sebuah survei, Geberasi Z ternyata sangat mempengaruhi perputaran ekonomi karena 63% konsumen pembeli produk elektronik adalah mereka. Ini sangat dipengaruhi oleh adanya kemudahan dalam bertransaksi yang semuanya terkoneksi dengan internet. Hal inilah yang akhirnya menjadikan mereka menjadi generasi yang konsumtif dan boros. Untuk itu, perlu ada pengelolaan keuangan yang baik agar keuangan tetap baik, yakni dengan cara menyisihkan uang untuk ditabung atau dibuat investasi.

#TantanganGurusiana#HariKe-144

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post