Suwarni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Elegi Sei Batang
Gambar diunduh dari Google.com

Elegi Sei Batang

Menulis hari ke-67 (1500)

Episode Akad Nikah

Bagian 177

Derai airmata membasahi netra Wirma dan Nesa dan semua yang hadir di acara akad nikah Wirma tunduk, nanar, terpaku menatap Wirma seolah tak berkedip. Seakan hari ini hari di mana seseorang kehilangan pegangan hidup padahal sejatinya hari ini hari kebahagiaan Wirma dan suaminya kak Rian.

Otot-otot serasa lemah, lunglai, lesu, letih, dan lemoy melihat kejadian ini. Seiring hari yang semakin siang menambah hati semakin pilu dan hati yang semakin porak-poranda. Hancur luluh semua rencana dan kebahagiaan bertukar dengan deraian air mata. Rasanya semangat yang tadi menyala kini lemah tak berdaya. Wirma lesu mendengar kabar bahwa calon imamnya tidak juga datang sampai sekarang pukul 11.30 WIB. Musnahlah harapan Wirma untuk menjadi bidadarinya kak Rian.

Kak Rian sudah senang dan damai di surga-Nya Allah bersama orang-orang yang baik dan orang-orang yang peduli dengan kesedihan orang lain. Nesa mengajak Wirma untuk ke kamarnya agar Wirma bisa istirahat untuk menghilangkan segala pengap dan penderiaan batinnya yang kian makin terasa.

Tamu undangan satu persatu berpamitan kepada tuan rumah. Tuan rumah mempersilakan mereka untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan tuan rumah tetapi mereka menolak dengan alasan mereka belum lapar. Tak mungkin rasanya di jam makan siang para tamu belum lapar tetapi merek tidak mau dan tak bisa menelan makanan jika kondisi di sohibul hajat seperti sedang mendapat musibah.

Tuan rumah juga lama-lama merasakan kelaraan nestapa hati yang dialami Wirma dan keluarga besarnya, baik orang tuanya atau calon mertuanya. Mereka semua terdiam dan terduduk melihat yang terjadi pada Wirma. Orang tua kak Rian tidak sampai tega melihat calon menantunya yang berlinang air mata dan sembab matanya. Semua itu sudah diperkirakan oleh keluarga kak Rian agar Wirma membatalkan saja acara ini atau Wirma bisa melanjutkan acara ini denga syarat ada calon imam Wirma yang lain. Tapi nasi sudah menjadi bubur, apa mau dikata semua sudah terjadi dan tak bisa diulang lagi.

Orang tua Wirma juga sudah menyarankan Wirma untuk membatalkan saja acara ini tetapi Wirma mengharap ada keajaiban dari Allah SWT ketika dia akan melangsungkan akad nikah bari ini. Namun, semua terlambat, ludah yang sudah dimuntahkan tak mungkin dijilat lagi. Ini semua sudah kehendak Yang Maha Kuasa dan sudah merupakan ketetapan dari-Nya.

bersambung . . .

Salam literasi

Tandan, 8 Maret 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Puisi yang keren

08 Mar
Balas



search

New Post