Telinga Pena Setia
60 menit sebelum pertemuan dimulai, segala perbekalan sudah kusiapkan. Buku dan alat tulis, handphone, sebotol air putih, dan segelas racikan madu jahe hangat. Fisik dan mental sudah siap 100 persen. Tidak sabar rasanya menunggu jurus-jurus baru dari Sang Rajawali. Semangat 45 sudah membara dalam dada.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 WITA. Kelas dimulai "Assalamualaikum Alaikum Wr.Wb". Semua peserta menjawab balik. Surah Al Fatihah sudah kami lantunkan. Kusematkan dalam-dalam sebagai pembuka kejernihan berpikir. Beberapa menit berlalu, aroma Sang Rajawali belum juga tercium. Kepakan sayapnya juga belum terdengar. "Wah jangan-jangan dia nggak datang, karena kelas nampak sepi lengang", bisikku dalam hati. Namun aku sangat yakin ia akan muncul dengan membawa segunung semangat kemerdekaan.
"Assalamu Alaikum", suara itu menyapa kelas. Semua peserta menjawab salam dan bersorak sorai. Riang gembira, terpana memandang kegagahan Sang Rajawali.
"Apa warna kemerdekaanmu"? Pertanyaan pertama yang dilayangkan. "Ternyata benar, tema malam ini adalah kemerdekaan", lirihku dalam hati. Bertubi-tubi pertanyaan dan pernyataan silih berganti. Hingga hampir memutarbalikkan otak. Aku diam tanpa kata-kata. Jawaban ku telah terukir dalam coretan penaku. Hingga memenuhi ruang lembaran-lembaran kertas kosong ku.
Suasana kelas sempat hening, tanpa suara. "Mana suaranya?, kalau gak ada suara nanti Sang Rajawali pergi loh". Duh, aku tak mau ditinggal Sang Rajawali, jawabku". Aku ingin tetap bersamanya. Dalam dekapan hangat sayapnya. Bersama benih-benih kebajikannya.
Kelas kembali ramai dengan pertanyaan dan celotehan ringan. " Ingat ini tetap fokus, santai, enjoy dan jujur", Ya alhamdulilah, kami semua tetap bisa fokus.
"Aku harus merdeka, harus merdeka", suaraku lirih samar-samar. Saya harus merdeka agar bebas dari segala belenggu kebencian dan kejengkelan. "Aku harus bebas dari semua yang mengotori hati" teriak ku. Agar bisa menghasilkan warna kemerdekan. Warna putih bening, yang memantulkan cahaya kebahagiaan. Menebarkan aura positif bagi seluruh alam.
Kumulai menyelami hati dan pikiran. Aku harus ikhlas menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain. Kan kutapaki lorong-lorong kemerdekaan dengan caraku. Berzikir, bermeditasi, membaca, dan mengikat makna. Kan ku terjang, cadas-cadas kedamaian. Dan kuraih kemerdekaan yang hakiki.
" Wow, tidak terasa 120 menit berlalu, ucapku". Sambil kuteguk racikan penghangat badan yang berada di sampingku. Mata penaku tetap setia merangkai kalimat. Dan sungguh luar biasa, hormon endorfin ku tersembur seketika.
Benar saja kata Sang Rajawali, bahwa rangkaian kata bisa mempengaruhi hormon dan pikiran. Gunakan kalimat aktif, efektif, dan perhalus dengan majas. Gunakan kalimat lezat dan paragraf memikat untuk mempengaruhi memori pembaca. Kalimat lezat ibarat makanan yang selalu dirindukan. Itulah pesan-pesan Sang Rajawali. Kelas pun ditutup dengan Al Fatihah.
*******
Kemerdekaan itu sangat mahal harganya . Hingga tak dapat dijangkau oleh rupiah maupun dollar. Ia tidak dapat di gadaikan. Ia butuh diperjuangkan. Kemerdekaan adalah kesadaran. Kemerdekaan adalah bebas dari segala belenggu jiwa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar