KALAMKU KEKUATANKU
Setelah mengikuti proses penguburan ibunya lalu Rani dan kedua adenya serta keluarga dan para pelayat lainnya bersiap untuk beranjak pulang. terlihat para pelayat satu persatu meninggalkan kuburan.
Namun Faisal ade bungsunya Rani tak mau beranjak dari situ. Dia tetap duduk menangis tersedu-sedu di samping nisan kuburan ibunya.
"Dek, ikhlaskan ibu pergi. Ade sayangkan sama ibu?." Tanya Rani
Faisal menganggukkan kepalanya pertanda isyarat mengiyakan pertanyaan kakaknya Rani.
"Kalo begitu Ade berhenti nangis. Sekarang kita doakan ibu agar ibu di lapangkan kuburnya dan diampuni segala dosa-dosanya." Ucap Rani
Rani menghapus airmata Ade bungsunya itu. Dia tidak mau memperlihatkan kesedihan di depan ade-adenya.
Dari samping sebelah kuburan itupun terlihat Ayah Rani juga duduk termenung seorang diri. Seolah-olah tidak mau beranjak dari tempat itu.
Rani menggandeng tangan Ade bungsunya dan Papanya agar mereka bisa pulang dengan tenang.
"Ayo Papa, Ade kita pulang ya. Banyak para pelayat sepertinya masih ada di tenda duka. Kalo kita lama-lama di sini kalau mereka mau pamit pulang nanti cari-cari kita." Ajak Rani berusaha tegar
Sampai di rumah, terlihat banyak para pelayat yang masih duduk, ada yang sudah mau pamitan.
"Rani, jaga ade-ademu, dan terus doakan ibumu selalu ya. Jangan banyak bersedih. Kamu harus kuat karena kamu anak pertama. Harus menunjukan bahwa kamu tegar supaya ade-ademu jangan larut dalam kesedihan." Pesan bibi maryam.
"Iya bibi. Insya Allah. Terimakasih bi'. Balas Rani.
Azan Ashar juga berkumandang, Rani bergegas mengambil air wudhu untuk sholat ashar.
Rani sholat di kamar depan yang biasanya ibunya baring-baring untuk istirahat siang. Dalam sholatnya Rani tak mampu membendung rasa sedihnya setelah habis sholat. Di sela-sela doanya, Rani menangis tersedu-sedu.
Rani mengambil Al-Quran dan membacanya ayat demi ayat namun airmata juga jatuh beriringan saat mengucapkan Kalamullah. Nampaknya airmata Rani tak bisa terelakan. Namun makin lama Rani baca, semakin kuatlah hatinya menerima takdirNya. Dia baca terus menerus ayat hingga kering airmatanya.
"Untung ada kamu (Al-Quran). Kalau tanpa kamu apa jadinya saya. Memang kamu adalah sumber kekuatanku."bisiknya dalam hati.
Rani menutup kitab itu dan kembali ke tenda duka karena masih ada keluarga yang belum pamitan.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar