SAYUR AJAIB
#TantanganGurusiana hari ke-20
Kelor yang biasa di sebut juga marungga atau di kenal dengan nama latin Moringa Aloifera ini sekarang banyak peminatnya.
Hampir semua menanam sayur ini. Bahkan pemerintah mendukung program ini dengan menghimbau kepada warga masyarakat NTT pada umumnya untuk menanam marungga di setiap rumah penduduk bahkan di kantor-kantor dan lembaga pendidikan seperti sekolah- sekolah.
Teringat waktu dulu di kampung halaman sayur ini memang paling sering di konsumsi oleh masyarakat di desa. Termasuk saya sekeluarga. Dulu masyarakat mengkonsumsi sayur ini bukan karena mengetahui manfaatnya yang luar biasa seperti sekarang ini, namun karena memang sayur ini paling banyak tumbuh di rumah-rumah penduduk. Dan tidak ada pilihan lain kecuali mengkonsumsi sayur ini.
Hingga merantau kuliah di Kupang masih mengkonsumsi sayur ini. Hingga ada teman yang meledek. Ini daun kelor ini untuk memandikan mayat tapi kenapa di buat sayur. Saya terperangah heran begitu mendengar itu. Heran karena baru tau juga kalau itu sayuran kok di buat untuk mandi mayat. Yang jelas saya tidak terpengaruh karena saya dari kecil hidup dan dewasa hingga kini selalu mengkonsumsi sayur itu dari masakan ibu saya.
Sekarang baru terbelalak kaget akan khasiat sayur daun kelor ini.Pohon kelor tersebar luas di padang-padang Afrika, Amerika Latin, dan Asia. National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008, seperti dapat dibaca di Wikipedia, menyebutkan pohon kelor “telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit”. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun kelor.
Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelentang, yang dimanfaatkan sebagai bahan sayur asem.
Penelitian terhadap manfaat daun, kulit batang, buah sampai biji tanaman ini sudah dilakukan sejak awal tahun 1980-an. Tim peneliti Jerman, contohnya, mengkaji dan mengembangkan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan serta penahan penggurunan di Ethiopia, Somalia, dan Kenya.
Kelor dipilih karena penduduk di wilayah-wilayah itu sudah sejak lama menanam pohon kelor, mengingat pohon tersebut sudah menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan.
Di kawasan Arba Minch dan Konso,di Ethiopia, pohon kelor digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering.
Khasiat daun kelor sebagai hepatoprotektor (pelindung hati) dibuktikan oleh C Senthil Kumar, peneliti dari Anna Technology University, Tamil Nadu, India.
Sementara itu, Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada menyebutkan kelor mengandung kombinasi senyawa yang unik, yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC), zat yang juga terdapat dalam berbagai tanaman, memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker.
Efektivitas tanaman ini sebagai agen antikanker juga terbukti dari beberapa publikasi penelitian yang menyatakan bahwa benzyl isothiosianat (BITC) secara in vitro mampu menginduksi apoptosis terhadap sel kanker ovarium. Penelitian yang dilakukan Chinmoy K Bose itu, dipublikasikan pada 2007 dengan judul “Possible role of Moringa Oleifera L. Root in Epithelial Ovarian Cancer”.
Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia, menyebutkan daun kelor berkhasiat sebagai obat kurap dan bahkan obat herpes dengan cara mencampurnya dengan kapur. Air rebusan akar kelor punya khasiat obat sebagai obat rheumatik.
Demikian besar khasiatnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan dianjurkan mengkonsumsi daun kelor. Perbandingan gram, daun kelor mengandung 7 x vitamin C pada jeruk, 4 x calcium pada susu, 4 x vitamin A pada wortel, 2 x protein pada susu, dan 3 x potasium pada pisang.
WHO, menurut Wikipedia, juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara termiskin di dunia.
Dengan melihat manfaat yang luar biasa, masyarakat kita sudah mulai sadar dan mengkonsumsi daun kelor dengan berbagai macam menu masakan.
Dari daun kelor itu banyak menghasilkan varian masakan yang unik dan enak. Selain sebagai sayuran dengan berbagai macam menu seperti sayur bening, sayur urap, tumis daun kelor, sup daun daun kelor dan jenis sayuran lainnya.
Ada juga yang membuat keripik daun kelor, agar- agar daun kelor, bermacam- macam kue berbahan dasar kelor. Maka pantas di nobatkan menjadi pohon Ajaib atau sayur Ajaib yang paling ampuh mengatasi segala macam penyakit. Mari kita perbanyak makan daun kelor agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Semoga bermanfaat.
Kupang, 04 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kalau di kampung saya namanya barungge bu....Mantap tulisannya, jadi pengen nyoba masak daun kelor ini
Keren buk, banyak khasiatnya
Katanya bijinya pun bermanfaat ya bu, saya pernh makan biji kelor rasanya pahiit banget tpi wktu dibawa minum air putih atau teh tanpa gula, air putih dan tehnya langsung berasa manis di mulut