KUPER

Siang itu terjadi diskusi yang serius antara dua tokoh yang mempunyai latar belakang berbeda. Mengawali pembicaraan, mereka membuat kesepakatan terlebih dahulu tidak memanggil menggunakan sebutan "Jo". Sebab, mereka berdua namanya Paijo dan Tejo. "Begini Jo, sory Tej, aku kemarin mampir di lestoran minta makan gokil, e.... malah aku diusir oleh pelayanannya, bingung aku Tej", ujar Paijo mengawali kisahnya. Mendengar penuturan Paijo itu, Tejo pun tertawa terbahak-bahak. "Mana ada makanan gokil Pay, yang ada gokil artinya gila, pantas saja kamu diusir", kata Tejo meledek. Padahal, Paijo bermaksud minta makan sego kikil. Tetapi, dia membuat singkatan sendiri, mana orang lain tahu?

Maklum saja kalau Paijo tampak kuper, kurang pergaulan. Dia hanya tamatan Paket A. Sehari-hari dia bekerja bercocok tanam di ladang tengah hutan. Jangkauan bepergiannya jauh perginya ayam. Berbeda dengan Tejo, dia taman SLTA dan berprofesi sebagai penjual jasa pengurusan akte cerai. Tiap hari dia selalu berdampingan dengan calon janda-janda muda nan cantik.

"Aku heran saja Pay, dua orang tetanggaku yang bisu mempunyai anak dan semua anak-anaknya ikut bisu", kata Tejo melanjutkan pembicaraan. Paijo pun bingung memikirkannya. Menurut pengalamannya, beberapa orang tua bisu yang dia jumpai anaknya baik-baik saja. Mereka tidak ada yang bisu. "Masak toh Tej....anak tetanggaku yang bisu kok ya baik-baik saja tidak ada yang bisu", sanggah Paijo. Dasarnya kuper, maka dia susah memahami perkataan Tejo. "Siapa yang bilang anaknya menjadi bisu Pay?" Kata Tejo memahamkan. Tetap saja Paijo bengong. Padahal sangat jelas apa yang dimaksud olehTejo. Anak itu umumnya ikut bersama orang tuanya. Kalau orang tuanya bisu berarti mereka ikut bersama orang bisu. Paham!