Syafaat

Analis Data dan Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi....

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku dan Anak Lelakiku

Aku dan Anak Lelakiku

Kata orang Jawa, aku dan anak lelakiku dilahirkan dengan weton yang sama yakni Minggu Pahing, aku sendiri tidak tahu darimana perhitungan neton berdasarkan hari pasaran ini dimana ada tujuh hari dan lima pasaran. Dimana weton Minggu adalah 5 sedangkan Pahing 9, jadi jika dijumlahkan ada 14. Aku tidak mengerti maksud hitungan tersebut, katanya semakin tinggi hitungan weton semakin baik, aku tidak mempercayai sepenuhnya dengan hitungan seperti ini, namun faktanya banyak orang yang mempercayainnya. Tidak salah jika beberapa orang dengan perkembangan tehnologi melakukan rekayasa agar dapat melahirkan anaknya pada hitungan hari yang menurutnya baik. Aku tidak tahu apakah melahirkan dengan rekayasa ini juga masih berpengaruh dengan hitungan weton dan hari baik tersebut. Aku hanya menghamparkan doa agar anak pertamaku laki-laki, dan Alhamdulillah doaku dikabulkan ketika menjelang subuh anak lelakiku lahir, kulitnya putih, kata orang mirip denganku ketika waktu kecil. Lahirnyapun pada hari minggu dimana aku sedang libur sehingga aku dapat menungguinya detik detik dia untuk pertama kalinya menikmati udara dunia. Sudah saya siapkan nama untuknya sebelum dia dilahirkan, meskipun beberapa bulan sebelumnya pernah aku periksakan ketika masih dalam kandungan untuk mengetahui jebbis kelaminnya, namun aku masih mempersiapkan nama untuk laki laki dan perempuan untuk anak pertamaku. Karena aku tidak mau mendahului takdir. Aku tahu bahwa alat tehnologi sudah canggih, perkembangan pengetahuan terus berkembang. Kita dapat mengupayakan untuk mendapatkan anak laki laki maupun perempuan, dunia kedokteran bisa memprediksi anak dalam kandungan akan lahir laki laki ataukah perempuan. Namun aku harus mempersiapkan dan menerima segalanya, karenanya meskipun doa dan keinginanku adalah anak laki laki, hasil pemeriksaan juga laki laki, namun selain nama laki laki, aku juga mempersiapkan nama perempuan. Aku menyadari bahwa karakter anakku tidak jauh berbeda denganku, karenanya aku memperlakukannya sebagaimana aku ingin diperlakukan. Ketika kecil seringkali ketika aku menanyakan sesuatu padanya, aku mmendapatkan jawaban yang tidak saya duga sebelumnya. Menurut bapakku, aku dulu juga seperti itu, ketika kecil pinter diplomasi ala jendral kancil. Aku tidak mau menjadikan dia sebagai edisi kedua dariku, aku membiarkan dia tumbuh dan berkembang sesuai dengan liminasinya, karena bagaimanapun miripnya aku dengannya, atau miripnya dia denganku, namun sidik jarinya tetaplah berbeda, dan Tuhan memang membuat sidik jari yang berbeda dari milyaran manusia yang hidup di Bumi. Anakkku tidak menonjol saat sekolah, kecuali dia dianggap jajaran laki laki ganteng di sekolahnya, sama dengan bapaknya. Kemampuan akademik tidaklah menonjol meskipun tidak terlalu rendah. Ketika anakku duduk di bangku MTs, aku selalu duduk paling belakang ketika rapat wali murid untuk penerimaan raport. Dan memang biasanya aku dipanggil paling akhir atau mendekati akhir dalam penerimaan raport tersebut, karena penerimaan raport berdasarkan peringkat dalam kelas. Dan beberapa kali aku harus pulang paling akhir ketika penerimaan raport tersebut. Aku hanya tersenyum ketika wali kelas atau pembimbing akademik menitipkan salam agar aku menasehati anakku agar belajar lebih giat lagi. Biasanya aku hanya tersenyum tanpa berkomentar, karena menurutku sekolah bukan hanya untuk mendapatkan deretan nilai nilai bagus, namun sekolah untuk mengembangan diri. Aku tidak melarang anakku aktif di kegiatan Intra mauoun ekstra sekolah, karena hal tersebut meskipun mengakibatkan nilai akademiknya turun, namun ada pengalaman lain yang akan berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Anakku remaja ketika aku sudah dewasa, dan ketika aku remaja, anakku belum ada. Karenanya kami adalah generasi yang berbeda, meskipun sama gantengnya, kalaupun anakku lebih ganteng dariku, juga harus disadari bahwa gizi anak sekarang lebih baik dari generasi sebelumnya dimana dulu sebuah telur dadar harus dibagi lima agar cukup untuk satu keluarga. Begitulah nasib kita dimana dulu kita tidak dapat makan enak karena kondisi orang tua yang masih kekurangan, dan ketika kita sudah berumah tangga, kita harus berhemat agar dapat memberikan gizi yang cukup untuk anak anak nan nantinya ketika anak anak kita sudah dapat hidup mandiri, ketika kita bisa membeli makanan enak, mungkin kesehatan kita yang menghalangi kita untuk makan enak. Aku memberikan kebebasan anakku untuk memeilih tempat menuntuk ilmu selepas MTs, karena itulah janjiku dulu, memberikan kebebasan kepadanya untuk menentukan pilihaan SLTA maupun perguruan tinggi. Karenanya aku mengiyakan saja ketika anakku ingin ke SMAN tertua di Kabupaten Banyuwangi. Aku berharap mungkin dengan sekolah pada pilihannya sendiri, dia akan lebih giat belajar, namun begitulah yang terjadi, suatu hari anakku bercerita bahwa dia dan teamnya menang dalam pertandingan tingkat Kabupaten, aku tersenyum padanya, mungkin seumur hidup baru kali ini aku mendengar kabar bahagia tersebut, dalam hati aku bertanya pertandingan akademik apa yang dimenangkan anak lelakiku tersebut. Dan aku masih tetap bangga ketika anakku menyampaikan bahwa pertandingan yang diikutinya adalah pertandingan Game Online, atau mungkin yang sekarang disebut e-Spot. Mengenai peringkat akademik, masih tetap seperti pada jenjang sebelumnya, mendekati peringkat akhir, syukur bukan peringkat terakhir seperti pada jenjang sebelumnya. Aku juga tidak marah, tidak juga menasehati anak lelakiku untuk meninggalkan kebiasaannya main game, aku hanya nerpesan padanya bagaimana caranya dia bisa diterima di PTN. Bagiku masa anak anak atau remaja adalah dunia permainan, karenanya jika kita menjauhkan anak anak dari permainan, mana kita menjauhkan dia dari dunianya. Masih kuingat ketika dia minta izin untuk pindah dari Fakultas Syariah UIN malang dengan alasan dia tidak bisa membaca kitab kuning, aku mengizinkannya karena sekarang aku juga nggak bisa membaca kitab tanpa harokat tersebut. Dia masuk UIN Malang juga bukan sepenuhnya kehendaknya, ketika itu dia diterima di Fakultas Tahnik Sipil sebuah PTN dan juga diterima di UIN Malang, dan ketika anak lelakiku menyerahkan pilihannya padaku untuk memilihkannya, aku memilihnya untuk belajar di UIN Malang, meskipun aku tahu bahwa dia akan berat kuliah disana, maklumlah dia dari SMA. Aku tahu betapa sulitnya bagi lulusan SMA jurusan IPA untuk belajar Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits maupun membaca kitab kuning. Saat itu aku tidak memberitahukannya bahwa di Fakultas Syariah nantinya seperti itu, karena aku yang mendaftarkannya di UIN, anakku baru aku beritahu sehari sebelum tes.

Aku menangis ketika bersimpuh Di Raudloh Masjid Nabawi, anakku Pantukir di IPDN, dia berangkat sehari setelah aku berangkat Tugas di Saudi Arabia memandu jamaah haji, aku hanya bersimbah doa untuk anak lelakiku yang berjuang meraih cita citanya, dia hanya ingin lebih baik dari ayahnya, meskipun terbukti dia lebih ganteng dari ayahnya. Aku tidak sanggup membayangkan jika dia harus gagal dari pantukir sedangkan ayahnya tidak berada dirumah, bagaimana kecewanya dia jika harus gagal, sementara dua PTN yang ditinggalkannya belum tentu mau menerimanya kembali. Aku sangat bahagia ketika berada di Kota makkah, aku melihat pengumuman bahwa anakku yang selama ini berada di peringkat di sekolahnya, dapat diterima sebagai praja IPDN.(Jumat, 20-09-2019)
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak tulisannya, dan memang lebih ganteng anaknya... Hehehe... Selamat buat ananda yag lulus IPDN.. Semoga lancar dan sukses. Aamiin

28 Jan
Balas

Srlamat untuk anaknya bahagian untuk orang tuanya. Barakallah Pak Syafaat

20 Sep
Balas

Sekolah bukan sekedar mencari deretan nilai dan ranking,

20 Sep
Balas

Subhanallah.. orang tua dan anak yang luar biasa. Salut...

20 Sep
Balas

Cukup banyak pengulangan kata ganteng pada tulisan ini. Dan Alhamdulillah nya itu fakta.. sukses buat Bapak dan anak Ganteng. Semoga tetap ganteng dan sukses...

21 Sep
Balas



search

New Post