Malam, sekitar jam 02.00 wib seorang mahasiswa menelponku. Suaranya terasa berat seperti menaggung beban yang besar. Betul saja, ternyata ia sedang dalam kesusahan ekonomi belakangan ini, sejak orang tuanya bangkrut. Al hasil kuliahnya hampir terancam, bahkan untuk biaya makan sehari-hari selama berada di kota pun mulai sulit. 

Malam itu, aku tak banyak bicara. Kubiarkan saja dia bercerita tentang keadaannya dan orang tuanya, kesulitan ekonominya. Mudah-mudahan saja, dengan ia cerita kepadaku, sedikit berkurang sesak di dadanya. Sesekali aku menjawab, untuk menunjukkan betapa aku berempati kepadanya. Namun, aku juga tak banyak bisa membantu. Dan iapun memang tak meminta bantuanku. Entah kenapa, ia bercerita saja kepadaku. "itulah pak, keadaanku sekarang, aku bingung pak, kuharap bapak bisa memberiku pandangan", katanya lirih menutup ceritanya. 

"Nak, Allah lah tempat sebaik-baik kita mengadu", kataku memulai. "mengadulah pada-Nya, shalatlah di tengah malam, mintalah apa yang kau inginkan, pasti Allah akan kabulkan dan beri jalan keluar". 

Selang dua hari kemudian, akupun mengajar di ruangannya. Setelah salam, aku tidak memulai pelajaran. Aku berdiri tepat di hadapan mahasiswa, "Saudaraku sekalian, hari ini, Allah sedang membuka kesempatan kepada kalian, untuk membuka perdagangan dengan-Nya, yang kalau kalian menerima transaksi ini Allah akan mudahkan rezeki kalian, dan mudahkan urusan kalian". Ucapku dengan suara lantang. "Hari ini, seorang dari kalian , saudara kita, sedang dalam kesusahan, kalau kalian berkenan, mari kita sama-sama membantu meringankan bebannya, jika kalian tak memiliki apapun untuk diberikan, doa yang ikhlas sudah cukup sebagai sedekah". Lanjutku. "nak, majulah dan ceritakanlah kesusahanmu, berbagilah kepada kami, mudah-mudahan kami bisa sedikit meringankan". Dengan sedikit kaget, ia maju menceritakan kesusahannya. Aku ingin mahasiswa yang lain mendengarkan dan bisa merasakan kesulitan orang lain, agar tumbuh dan besar rasa empati mereka pada orang lain. 

 Kuletakkan beberapa lembar uang di atas meja, "ayo, siapa lagi yang mau berniaga di jalan Allah?, Majulah, letakkanlah seikhlasmu untuk saudara kita ini, apa yang kalian pikirkan lagi, apakah kalian takut akan berkurang uangmu? Yakinlah, Allah akan menambahnya tanpa kalian duga, karena Allah sendiri yang berjanji, apapun yang kalian infakkan dalam kebaikan, maka Allah akan ganti" 

Masya Allah, aku terharu, seketika semua mahasiswa maju satu persatu dan meletakkan uang di atas meja, bahkan sebagian mereka menangis merasakan beban temannya. Allah.. bahkan, aku hampir tak kuasa menahan air mataku. Seketika ruangan menjadi hening. Kulihat ia meneteskan air matanya, ia tak sanggup berkata-kata lagi. Tanganku direngkuh dan diciumnya. "Berterimakasih lah kepada Allah nak, karena Allah bukakan jalan pertama untukmu, insyaallah Allah akan bukakan jalan selanjutnya untukmu dan orang tuamu. Mintalah di tengah malam, Allah akan kabulkan.". 

Hari itu, aku sama sekali tak mengurai materi. Aku hanya mendidik hati mereka untuk lebih bisa merasakan kesusahan orang lain, yang dengannya, mereka bisa lebih mendekatkan diri kepada sang Rabb pemilik segalanya. Hari itu, aku juga belajar, betapa sesungguhnya hati bisa diketuk dengan kekuatan ikhlas. Hari itu aku juga belajar dan yakin, bahwa pembelajaranku itu jauh lebih baik dari semua materi kuliah yang pernah aku jelaskan kepada mereka. Hari itu, aku telah mendidik hati mereka, bukan hanya pikiran mereka. 

Allahu A'lam 

Sys, 17 okt 20