M. Syafi'i Saragih, M.A

M. Syafi'i Saragih Guru di Pesantren Modern Al Barokah Kab. Simalungun dan Dosen di PT Di Simalungun Sumatera Utara. Buku yang sudah diterbitkan 1. Kon...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENJADI GURU YANG DIRINDU

MENJADI GURU YANG DIRINDU

Mau jadi guru yang dirindu?, pastilah.. saya yakin semua guru pingin jadi guru yang dirindu. Tidak ada guru yang malah mau sebaliknya. Itu fitrah. Ya.. Fitrahnya manusia ingin dirindu kehadirannya, bukan malah dibenci. Sudah kebayangkan? Kalau kehadiran kita malah jadi musibah bagi orang lain. Apalagi bagi murid. Coba aja bayangin, setiap kali anda masuk kelas, murid-murid pada cemberut, pada lesu, pada gak senang, pada hancur hatinya. Betapa malangnya nasib guru seperti itu. Kehadirannya sangat tak diharapkan. Malah kalau bisa, tak pernah datang lagi. Wah, apakah anda termasuk guru yang seperti ini?. Kalau iya, segeralah bertaubat, kalau tidak, ya syukur Alhamdulillah.

Terus, dari mana kita tau kalau kita guru yang dirindu itu?..

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya sebagai guru. Awalnya sih iseng buat angket untuk memastikan betapa saya adalah guru yang disenangi dan dinanti oleh anak murid. Dengan "pe de" nya, sambil senyum tersungging, saya membagikan angket kepada anak-anak sambil berkata, "anak-anak, mohon angketnya diisi sejujurnya ya. Karena angket ini penting untuk bapak ke depannya".

Malam harinya, saya baca satu persatu lembar jawaban angket murid. Betapa terkejutnya saya kalau jawaban mereka meleset dari perkiraan saya. Dengan berbagai alasan dan masukan, saya simpulkan bahwa ternyata anak-anak kurang senang dengan saya, dari cara saya mengajar, cara saya bersikap pada mereka, dan dari cara saya berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Saya tertunduk lesu, dan menyadari betapa sumringahnya saya selama ini, menyangka bahwa dengan ke "pe de" an saya selama ini karena merasa bahwa saya adalah guru favorit, disenangi banyak murid, dan dirindu kehadirannya. Saya langsung bertaubat dan berusaha menjadi yang terbaik untuk mereka.

Coba deh, saran saya sesekali buat angket untuk melihat sejauhmana kita di mata anak-anak. Jangan-jangan ya Seperti yang saya alami tadi. Kasiankan mereka? Hayo, jujur dong. Coba balikin aja ke kita. Ingat-ingat waktu masih murid dulu, bagaimana perasaan anda ketika guru yang anda tidak sukai masuk ke ruangan dan mengajar. Jangan-jangan belum apa-apa, baru hitungan menit, mulut sudah menguap dan pengen tidur. Ruang kelas terasa jenuh dan membosankan. Ingin segera mendengar bunyi "bel" tanda Habisnya jam pelajaran sang guru.

Kalau kita masih seperti itu, yok mari segera bertaubat. Banyak-banyak beristighfar, bahwa betapa selama ini kita telah menyia-nyiakan amanah yang mulia ini, amanah yang tidak semua Allah pilih untuk digantungkan kepadanya. Yakinlah, bahwa ketika kita ditakdirkan menjadi guru, sesungguhnya Allah SWT mempercayai kita bahwa kita termasuk orang-orang yang mampu menjalankan misi mencerdaskan manusia, dari jutaan manusia lain yang Allah anggap tidak mampu. Semestinya kita harus bangga dan sangat bersyukur atas amanah itu. Kenapa?, Karena salah satu amalan yang terus mengalir meskipun sudah wafat, adalah ilmu yang bermanfaat. Bukankah guru menjadi profesi yang paling memungkinkan untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat itu?, Nah... Bagi anda yang hari ini masih belum menerima dengan ikhlas takdir sebagai guru, lagi-lagi saya harus katakan, bertaubatlah.

Terus?, Ya itu.. jadilah guru yang dirindu. Kedatanganmu kutunggu, begitu kata bang Rhoma dalam lagunya.

Jadilah guru yang bukan cuma menyentuh otak anak, tapi jadilah guru yang menyentuh hatinya. Ini yang paling penting, dan ini pula yang hari ini mulai sirna. Perlahan, tugas guru mulai menyempit ruangnya. Yang dulu tugas guru bahkan sampai ke rumah-rumah murid, kini terbatas di kelas-kelas saja, itupun hanya mengajar, tapi tak mendidik. Kini, guru mulai acuh dengan kehidupan muridnya. Mulai tak peduli keadaan hatinya. Kini guru mulai lebih mengedepankan hubungan-hubungan transaksional yang kering dari nilai-nilai ikatan emosional. Kini guru lebih mementingkan "materi" daripada "harga diri".

Sudah saatnya, kita bertaubat secara berjamaah, berusaha menyadari dengan sepenuh hati bahwa kita adalah orang-orang yang Allah pilih untuk memanusiakan manusia. Kita adalah orang-orang yang mampu membangun hubungan yang harmonis dan indah dengan anak-anak murid kita. Sentuh hati dan jiwanya, sehingga kitapun ada di hatinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Kolom inspiratif

19 Feb
Balas

Temksh pak.. salam kenal pak

19 Feb
Balas



search

New Post