M. Syafi'i Saragih, M.A

M. Syafi'i Saragih Guru di Pesantren Modern Al Barokah Kab. Simalungun dan Dosen di PT Di Simalungun Sumatera Utara. Buku yang sudah diterbitkan 1. Kon...

Selengkapnya
Navigasi Web
SIAPA BILANG ANDA CERDAS

SIAPA BILANG ANDA CERDAS

Dulu, setiap selesai bagi raport, setiap orang pasti bertanya, "kamu rangking berapa nak?", "Dapat hadiah apa?", "Nilaimu gak ada yang merah kan?, Ibu bisa malu nanti," sederet pertanyaan mendarat, padahal si anak baru saja pulang sekolah, belum ganti baju, malah belum makan siang. Anak yang kebetulan gak dapat juara, nilainya banyak yang merah mulai stress dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka berharap andai saja tidak ada ujian dan bagi rapot.

Sebaliknya, anak yang dapat juara dan nilainya tidak ada merahnya, bisa pulang ke rumah dengan sumringah. Pasalnya, mereka sudah siap lahir dan bathin menjawab deretan pertanyaan tadi. Apalagi anak yang juara dan membawa pulang hadiah. Waaah, makin pede dong. Dia bakal jadi artis idola seharian. Puja dan pujipun berdatangan, menjadi buah bibir di kalangan emak-emak dan komunitas guru dan sekolah, Hmmmm... Senangnya jadi mereka. Tapi, kasian juga ya mereka yang gak dapat juara. Label "bodoh" sudah melekat di jidatnya. Walhasil, karena iklim yang membuat mereka harus menerima "stigma bodoh" itu, mau tak mau harus menelan pil pahit dalam sejarah pendidikannya, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan juga perguruan tinggi. Sepertinya, mereka sia-sia saja sekolah kalau kata "bodoh" terus disematkan hanya karena nilai pelajarannya ada yang merah.

Toh, faktanya ada orang yang gak pernah juara, gak pernah punya nilai bagus, (he he he.. karena memang gak pernah sekolah), kok karirnya sukses?. Ada yang sukses sebagai pengusaha, musisi, seniman, teknisi, pemborong, pelukis, designer, tokoh agama, tokoh politik, dan masih banyak lainnya. Kok bisa ya?.

Menurut saya, pendidikan kita sudah cukup lama terjebak dengan defenisi pintar dan cerdas, bahkan hingga hari ini, walau tak sekejam masa lalu. Orang pintar itu ukurannya nilai sekolah. Kalau juara, nilainya gak ada yang merah, itu orang pintar dan cerdas. Sebaliknya, ya orang bodoh. Padahal, makna cerdas itu tidak sesempit itu. Dalam konsep multiple intelligent, atau yang dikenal dengan istilah kecerdasan majemuk, semua orang, semua anak itu cerdas. Tapi, cerdasnya beda-beda. Dalam pelajaran di sekolah saja, anak yang juara satupun, belum tentu cerdas dalam semua bidang. Mesti ada kelemahannya, demikian seterusnya. Nah, ada juga anak yang gak cerdas pada hampir semua mata pelajaran, eh, tapi kalau dia maen gitar dan bernyanyi, semua teman kelas, sekolah, bahkan guru dan kepala sekolahnya terpana mendengarnya, sangkin merdu dan lihainya jemarinya memetik setiap senar. Ada juga tu, anak yang gak pernah juara, boro-boro dapat rangking, nilainya bebas merah saja sudah Alhamdulillah, tapi, semua orang mengakuinya kalau ia anak yang baik dan suka menolong. Ada juga tu, anak yang nilainya hampir merah semua, plus bolosnya gak ketulungan, dicap bandel lagi, eh, kalau lagi Pramuka, dia yang paling bisa diandalin jadi pemimpin regu. Ada juga tu, yang kerjaannya corat coret dinding sekolah, meja, bahkan kalau gurunya menerangkan pelajaran, eh, malah menggambar Bu guru idolanya.

Suatu ketika ada seorang ibu yang kekeh memprivatkan putrinya. Mulai dari mata pelajaran matematika, kimia, biologi, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, sampai basa basi,.. ha..ha..ha. hingga tiba saatnya bagi raport, sang anak tak kunjung juara. Si ibu kesal dan marah sampai akhirnya ia berkonsultasi dengan seorang psikolog mengeluhkan perihal putrinya. Singkat cerita, sang psikolog membuat semacam psikotest di kelas putri ibu tersebut. Setelah selesai, si ibu dipanggil oleh psikolog dan berkata, "seharusnya ibu bangga punya putri seperti dia", si ibu heran tak mengerti, kok?, "Putri ibu", lanjut psiokolog, "adalah anak yang paling disenangi dan diidolakan oleh semua teman kelasnya", si ibu bertambah bingung. "Dari sekian banyak pertanyaan yang saya ajukan, ada satu pertanyaan tentang siapa teman yang paling mereka sukai, semua teman kelas, menulis nama Putri ibu, karena putri ibu sangat baik, suka menolong, mementingkan kepentingan orang lain, dermawan, tidak egois, penyayang, dan banyak lagi yang semua mereka tuliskan itu adalah kelebihan putri ibu yang tidak semua anak memilikinya". Si ibu pun sadar, kalau apa yang dilakukannya selama ini untuk putrinya kurang tepat dan bijaksana.

Nah, sekarang anda kategori yang mana?, hahaha, yakin kalau anda cerdas? Pastinya...semua kita cerdas, semua guru cerdas, begitu juga anak-anak kita. Butuh orang yang tepat untuk melejitkan kecerdasan kita menuju kejayaannya.

Wallahu A'lam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju pak setiap org punya kelebihan masing-masing, sukses itu bukan dilihat dari angka-angka. Banyak macam kecerdasan ya kan, pak. Salut buat bapak, gurusiana semakin menantang ya, pak, untuk menulis

16 Mar
Balas

Hehe.. iya Bu, sepertinya candunya sagusabu bak virus Corona. Hehe.. yg paling menantang ini blog gurusiana ini Bu. Keren

16 Mar

Kren tulisannya pak tambah ilmunya deh

16 Mar
Balas

Alhamdulillah, tapi masih biasa2 aja ni Bu , masih belajar. Ibu juga keren tulisannya. Salam kenal Bu

16 Mar



search

New Post