Ana yang Baik Hati (Tantangan Gurusiana, Tantangan Hari Ke-25)
Pagi itu Ana sudah bangun pagi-pagi sekali, karena dia sudah berjanji dengan ibu dan ayahnya untuk membantu bekerja di sawah. Di dapur ibu sudah sibuk memasak lauk pauk yang akan mereka bawa ke sawah sebagai bekal makan siang nanti.
“Ana tolong kamu kupas bawang merah dan langsung kamu giling bersama cabe ini ya, ibu mau mengangkat air panas dulu” ujar ibu kepada Ana.
“baik Bu” ucap Ana sambil duduk di tempat ibunya semula.
Ibu langsung beranjak mengambil satu buah termos dan satu buah cerek. Sedangkan Ana sudah sibuk dengan bawang dan cabe yang diuleknya sampai halus.
Ikan yang sudah dalam penggorengan langsung diangkat Ana karena warnanya yang sudah kuning keemasan. Setelah selesai, cabe yang halus sudah langsung berenang dalam minyak yang sedikit panas.
“kecilkan apinya Ana, nanti cabenya gosong” ujar ibu dari belakang Ana.
Ana kaget, tanpa menjawab, Ana lagsung mengecilkan api kompor minyak usang mereka.
Dari kejauhan sudah terdengar suara azan subuh. Ana beserta kedua orang tuanya berangkat bersama menuju mushola yang berada ditepi tanjung desa mereka.
Udara pagi yang cukup dingin, membuat Ana sedikit menggigil. Ibu yang melihat hal itu, langsung menyuruh ana agar memakai mukenanya dan langsung sholat sunah sebelum subuh.
Dua puluh menit kemudian Ana dan kedua orang tuanya langsung berangkat menuju sawah mereka yang berada cukup jauh dari rumahnya. Persawahan itu berada di tepi bukit dan disampinya mengalis air yang sangat jernih.
Segala perlengkapan mereka diletakkan Ana di dangau kecil dekat sawahnya. Ibu langsung mengambil cangkul dan masuk ke sawah, sedangkan ayah berkeliling dahulu melihat persawahan mereka mana tau ada pematangnya yang jebol terbawa arus hujan yang sangat deras malam tadi. Ana mengkuti ibu yang telah mulai mencangkul sawah mereka.
“Ibu..... kenapa kita harus mencangkul seperti ini bu? Tanya Ana
“lihat pak Bayu Bu, beliau menggunakan traktor untuk membajak sawahnya, nanti Ibu dan Ayah capek” tambah Ana.
Ibu memandang Ana dan tersenyum mendengar pertanyaan anak gadisnya yang baru berusia 10 tahun itu.
“Nak, jangan pikirkan Ibu dan Ayah yang capek, Ibu dan Ayah senang kok bekerja seperti ini. Lagi pula Ayah dan Ibu tidak punya pekerjaan lain, lebih baik kita sendiri yang mengerjakannya bukan? Sebagai ganti olah raga. Lagi pula uang ibu dan ayah tidak cukup, untuk membayar upah traktor nak, sawah kita ini hanya cukup untuk memenuhi dapur kita sehari-hari.” ucap ibu
Ana menganggukkan kepalanya karena da mengerti dengan apa yang diucapkan oleh ibunya, kemudian merekapun saling ternyenyum.
“ayo ibu, kita harus semangat” ucap Ana yang sangat kagum kepada kedua orang tuanya yang sangat gigih dalam bekerja dan mencari nafkah untuk dirinya. Ana bertekat dalam hati agar dia bis membanggakan orang tuanya, dan bisa membahagiakan mereka kelak. Dan dia bertekat untuk belajar lebih giat lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar