AJARKAN SEJARAH LOKAL KEPADA SISWA
Penelitian Profesor Badriah tahun 2000 di Sekolah Menengah di negara-negara Melayu seperti Malaysia, Brunei Darussalam termasuk Indonesia menunjukkan bahwa prestasi siswa mundur. Kemunduran prestasi ini disebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap nilai, norma, dan pelajaran sejarah. Menyikapi ini, para pakar sejarah dan pemerintah di Malaysia dan Brunei mewajibkan pelajaran budaya dan sejarah lokal di sekolah-sekolah mereka. Hasilnya, Malaysia dan Brunei punya generasi hebat. Tahukah anda, yang dipelajarinya ternyata sejarah Kesultanan Serdang. Sebuah sejarah lokal di Indonesia.
Pembelajaran sejarah memang mempunyai fungsi penting. Dia bisa memupuk spirit dan mampu membangun jati diri bangsa (nation building). Apalagi di era otonomi ini sangat perlu pengetahuan sejarah untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam membantu kebijakan pemerintah dengan jiwa dan perilaku kolektif masyarakatnya. Sebab pengetahuan ini adalah bagian dari kearifan tradisi, ia merupakan ciri pokok era otonomi.
Sejarah lokal adalah kisah masa lampau dari kelompok masyarakat tertentu yang berada pada geografis terbatas. Sejarah lokal dikatakan sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam lokasi yang kecil, baik pada nagari atau kabupaten/kota tertentu. Taufik Abdullah (2005) mengatakan bahwa pengertian kata lokal tidak berbelit-belit, hanyalah ‘tempat, ruang’. Jadi sejarah lokal hanyalah berarti sejarah dari suatu tempat, atau suatu ‘lokaliti’. Batasan geografisnya dapat suatu tempat tinggal suku bangsa, kabupaten atau propinsi dan dapat pula suatu kecamatan, atau malahan suatu nagari (desa).
Buku dan penulisan sejarah nasional, sering kurang memberi makna bagi sejarah lokal (daerah). Penulisan sejarah nasional tidak menggali lebih mendalam tentang kajian lokal. Oleh karenanya sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita, termasuk generasi muda. Agak ironi bila siswa lebih hafal sejarah Majapahit dari pada Sejarah Kerajaan Jambu Lipo di Lubuok Tarok, Sijunjung. Atas alasan itulah sejarah lokal perlu ditulis dan diajarkan kembali kepada generasi muda, pewaris kita ini.
Untuk pengajaran sejarah lokal di sekolah, dapat dipilih tiga alternatif. Pertama, membawa siswa kepada apa yang disebut dengan ‘living history’, yaitu sejarah dari lingkungan sekitar dirinya. Membawa siswa secara langsung mengenal serta mengayati lingkungan masyarakat, di mana mereka adalah bagian dari padanya. Sehingga mampu menerobos batas antara ‘dunia sekolah’ dengan dunia nyata. Kedua, mengajak siswa keluar sekolah untuk mengamati secara langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulkan data sejarah misalnya pergi ke museum, situs-situs sejarah, atau bahkan mewawancarai pelaku sejarah yang ada di daerah. Berikutnya ketiga, melakukan studi kasus. Yang ini, memang perlu persiapan lebih lama dan bertahap karena siswa dilibatkan dalam memilih topik, membuat perencanaan penelitian, melaksanakan penelitian hingga menulis sejarah.
Mengajarkan sejarah lokal akan mengantarkan siswa untuk mencintai daerahnya. Kecintaan siswa akan mewujudkan ketahanan daerah. Hanya saja, sejarah lokal sering dilupakan oleh masyarakat pendukungnya. Maka segeralah beraksi. Come on..!!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap p Ucok ...udah mengalir seperti sungai aja inspirasi nya..
Hahahaha... Terimakasih uni Evi. Mengalir bak Batang Antokan membawa segerombolan semut yang jatuh dari batang durian