SYAFRUDDIN, S.Pd,MM

Syafruddin, S.Pd, MM., lahir pada tanggal 8 April 1970 di Rao Kab...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPATU DIPLOMASI
FOTO KOLEKSI SYAFRUDDIN

SEPATU DIPLOMASI

“Saya tidak usahlah kamu pergarahkan (olok-olok) ya, sudah pernah kamu melihat sepatu melayang?”, begitu dialog dalam bahasa Indomi (Indonesia Minang) dua orang sahabat di kedai kopi di simpang rumah saya. Mereka bercanda ria. Keduanya tertawa terkekeh-kekeh karena topik pembicaraan lainnya yang saya tidak tahu. Yang jelas sampai mereka berpisah tidak pernah sepatu melayang.

Tapi hari Senin 15 Desember 2008 dunia geger. Hari itu Muntadar Al-Zaidi, seorang wartawan Irak, benar-benar melemparkan sepatunya kepada Presiden Amerika Goerge W. Bush. Dia ini bukan sembarangan orang lho. Bukan hanya satu tetapi keduanya sepatunya terbang. ”Ini ciuman perpisahan dari rakyat Irak,” teriak Zaidi saat melemparkan sepatu pertamanya. ”Sedang yang ini untuk para janda dan anak yatim dan semua orang yang tewas di Irak!,” pekiknya lagi saat melemparkan sepatu lokak-nya yang kedua. Suasana jadi gaduh. Al-Zaidi diamankan sedangkan Goerge W. Bush hilang melarikan diri (atau memang diamankan paspamresnya).

Sepatu adalah alas kaki. Fungsi pokoknya untuk melindungi kaki dari benda tajam seperti pecahan batu, kerikil atau duri. Bisa juga berfungsi fashion, kerja, olah raga dan lainnya. Tapi sejak itu Al-Zaidi telah menambah dua fungsi sepatu yang baru yaitu sebagai senjata dan untuk diplomasi.

Fungsi sebagai senjata ketika Al-Zaidi menjadikan sepatunya sebagai alat pelempar. Cukup efektif. Goerge W. Bush lari potang panting. Dia segera meninggalkan Irak hari itu juga. Kunjungan yang dimaksudkan untuk waktu yang lama akhirnya disudahi sebelum waktunya.

Sedangkan fungsi diplomasi, Al-Zaidi berhasil mendapat perhatian dunia. Di berbagai kawasan dunia aksi Al-Zaidi mendapat respon. Presiden Venezuela, Hugo Chavez, mengatakan tindakan Al-Zaidi adalah tindakan heroik, gagah dan jantan. Tanpa rasa takut Al-Zaidi mempermalukan Bush dihadapan kalayak ramai. Dihadapan milyaran penduduk dunia yang menyaksikan siaran langsung di depan TV. Dihadapan ratusan ribu tentaranya yang tengah bertugas di Timur Tengah.

Bahkan Al-Zaidi berani melempar Bush dihadapan pasukan paling elite di dunia seperti NEAVY SEAL, Green Barets, Delta Forces dan Army Rangers. Pasukan yang sangat ditakuti di dunia. Pasukan yang telah berhasil membunuh musuh-musuh penting Amerika seperti Saddam Husein dan Osama bin Laden.

Di belahan lain benua Amerika muncul juga reaksi. Di kota Montreal, Kanada, perangai Al-Zaidi ini telah memberikan inspirasi kepada sekelompok demonstran. Mereka memprotes kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat dengan melempar kedutaan Amerika itu dengan sepatu. Bahkan di negerinya sendiri di Washington DC di depan Gedung Putih sekelompok demonstran melakukan parodi melempari seseorang berpakaian nara pidana bertobeng Bush memakai sepatu.

Begitulah aksi sepatu Al-Zaidi telah mendunia. Sepatu yang semula jadi alas kaki kini menjadi alat perjuangan diplomasi. Menurut Norman dan Howard C Parkins (1957), Al-Zaidi telah menjalankan fungsi repsentasi diplomasi yaitu mewakili negaranya Irak dalam menunjukan eksistensinya. Ia memperlihatkan kepada dunia bahwa Irak sebuah negara yang saat ini berjuang melawan negara lain yang menindasnya. Ia juga memperlihatkan bahwa perjuangan tidak akan berhenti sampai mereka menjadi bangsa yang setara dengan bangsa lainnya di dunia.

Nah, bagaimana bila sepatu Al-Zaidi ini bila dibandingkan dengan sepatu kepala sekolah? Tentu tidak pas. Karena harga dan mereknya tidak sama. Apalagi ukurannya. Lebih besarlah milik orang Persia itu.

Kalau kepala sekolah sepatunya kecil dan pendek. Kepala sekolah itu nyalinya saja yang besar (atau mungkin dibesar-besarkan..hehe). Yang paling sering sepatunya terlihat kusam. Seperti kurang digosok pakai obat kilap. Kurang sip kalau dipandang.

Ataukah kondisi sepatu itu bentuk diplomasi pula? Entahlah. Sepatunya sih tidak dilemparkan. Tapi seakan ia mengatakan bahwa sepatu ini kumuh bukannya tidak disemir. Tapi berlepotan debu dan lumpur ketika setiap pagi keliling sekolah. Memeriksa kebersihan setiap sudut kelas dan memastikan got bersih dari sumbatan sampah. Atau memeriksa tanaman toga bersih dari gulma. Jadi seperti itulah kondisi sepatu kepala sekolah pada umumnya.

Tapi ada juga yang sepatu kepala sekolah sepatunya licin dan mengkilap. Bukan mereka tidak kerja lo. Saya yakin mereka tetaplah bekerja keras. Bekerja keras dan cerdas. Sehingga tak ada lumpur dan debu yang berserakan yang membekas di lingkungan sekolahnya.

Jadi wajar pula sepatunya bersih dan mengkilap. Bila berjalan terdengar suara halus sepatunya tik..tok..tik tok diteras sekolah yang dipasang granit putih dan bening. Di sekolah favorit di tengah kota. ***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kusam tak jadi soal Bu yang penting tidak dilemparkan... hehehe

04 Mar
Balas

Semoga untuk kedepannya, sepatu kepada sekolah tidak ada yg kusam lagi, dengan adanya kesadaran warga sekolah untuk peduli pada lingkungan nya

04 Mar
Balas



search

New Post