Syahirul Alem

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MERDEKA BELAJAR, POLA PIKIR DAN TANTANGAN MASA DEPAN

Tahun ajaran baru ini merupakan tahun kedua penerapan kurikulum merdeka yang dilaksanakan secara masif di semua jenjang pendidikan mulai dari anak usia dini sampai pendidikan menengah. Kurikulum merdeka memberikan kebebasan dalam belajar. Merdeka belajar menurut Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang selalu fokus terhadap perubahan sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan masyarakat. Ini merupakan tantangan bagi para penyelenggara pendidikan khususnya para guru yang tiap hari bergelut dengan peserta didik. Penerapan kurikulum merdeka merupakan jawaban dari perkembangan zaman yang terus berubah secara drastis sehingga membutuhkan kualitas SDM yang mampu menjawab tantangan tersebut. Resolusi kehidupan yang sedang menghadapi berbagai problematika kehidupan mulai dari tantangan perubahan iklim, tantangan kesehatan global maupun juga tantangan ekonomi yang labil. Menghadapi berbagai tantangan tersebut membutuhkan sumberdaya yang benar-benar kompeten dalam menghadapinya karena dampaknya tidaklah sepele yang tidak bisa dipecahkan hanya oleh seorang jenius ataupun pakar di bidangnya tapi juga harus ada kesamaan pandangan dan pola pikir dalam bentuk kerja kolaboratif bagi semua warganya.

Diharapkan Pendidikan menjadi sarana untuk membentuk generasi yang memiliki cara berpikir yang unik & penuh terobosan dalam menghadapi tantangan masa depan yang makin rumit. Tantangan perubahan iklim misalnya dibutuhkan pola pikir atau cara pandang yang mampu menghadapi perubahan iklim serta berbagai dampaknya secara mikro maupun makro. Maka dari itu penerapan merdeka belajar berfungsi sebagai pembelajaran yang dinamis yang dikemas dalam suasana yang penuh kebebasan tanpa tekanan dari pihak manapun. Sinyalemen pembelajaran yang dinamis sudah terlihat sejak penerapan kurikulum merdeka belajar tahun lalu dimana gelar proyek senantiasa di sesuaikan pada berbagai isu strategis terutama isu lingkungan terkini seperti persoalan limbah sampah plastik yang sulit terurai.

Spirit dari penerapan kurikulum saat ini merupakan respon dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul dan dinamis. Awal dari penyelenggaraan pendidikan adalah upaya untuk memberantas kebodohan karena kunci ilmu pengatahuan adalah melek huruf dan angka sehingga pemerintah membuat kewajiban pendidikan dasar selama enam tahun yang kemudian di rubah menjadi sembilan tahun. Kini tantangannya bukan hanya sebatas kuantitas seberapa banyak yang harus melek huruf maupun angka saja namun juga harus cakap dalam berliterasi. Literasi disini bukan hanya membaca ilmu secara tektual namun juga kecakapan membaca fenomena dan solusinya. Membaca buku bagi kaum cendekia adalah kebiasaan namun kehidupan dan berbagai tantangannya bukan hanya urusan kaum cendekia semata atau menuntut orang untuk menjadi seorang cendikia karena sesungguhnya setiap individu memiliki minat, potensi serta bakat yang berbeda-beda. Itulah yang direspon dalam penerapan kurikulum merdeka melalui peneguhan karakter peserta didik dalam profil pelajar pancasila. Peneguhan karakter peserta didik akan berimbas pada jati diri bangsa saat ini dalam menyikapi pergaulan bangsa yang dinamis, tanpa sekat dengan beragam ras dan kemajemukannya di tengah pentingnya membangun karakter bangsa ini, agar tidak kehilangan arah pembangunan sumber daya manusia dalam menyongsong Indonesia emas tahun 2045. Potensi-potensi anak bangsa sejak dini sudah dipersiapkan sebaik mungkin dengan kurikulum yang memberikan kebebasan sehingga terbentuk individu yang mempunyai pola pikir yang dinamis, inovatif dan kreatif serta mandiri.

Penemuan teknologi telah merubah drastis berbagai kehidupan saat ini informasi begitu mudah di genggaman kita, kalau dulu orang ingin mengisi TTS (teka teki silang) di kolom harian surat kabar bukan sembarang orang dibutuhkan bermacam buku namun saat ini mudah saja tingal mencari di mesin google. Begitu mudahnya kehidupan ini bahkan kecerdasan buatan bisa dibuat untuk membuat mesin robot sebagai teman manusia dalam beraktivitas. Dibutuhkan pola pikir yang dinamis agar tidak gagap dengan berbagai perkembangan teknologi. Supaya tidak ada manusia yang tertinggal karena cara berpikirnya yang statis. Kalau dulu cara berpikir statis adalah orang–orang di pedesaan namun saat ini tidak bisa begitu saja dilihat dari stempel desa atau kota saja.

Di desa saat ini juga telah terambah internet, apalagi orang desa juga merupakan ujung tombak dari kerawanan pangan yang menjadi ancaman global. Bagaimana mampu menjaga kesinambungan pangan ditengah berbagai perubahan iklim yang tidak menentu. Jangan sampai para petani menjadi orang yang frustasi dengan perubahan iklim secara drastis sehingga dibutuhkan individu yang mempunyai pola pikir yang dinamis dan sehat. Pola pikir yang tidak hanya cari gampangnya mengubah lahan pertanian menjadi real estate yang di jual pada pihak developer sehingga menambah masalah karena lahan pangan menjadi makin sempit. Karakter profil pelajar Pancasila belajar bertujuan untuk membentuk karakter bangsa yang mempunyai idealisme yang tinggi bukan individu-individu yang pragmatis dan individualis. Sehingga mampu menjadi individu terus berproses hingga benar-benar mampu menghayati pesan pesan kehidupan.

Merajalelanya korupsi di negeri ini juga bagian dari respon penerapan kurikulum merdeka belajar melalui penguatan profil pelajar pancasila agar insan-insan sejak dini bukan menjadi individu yang hanya mementingkan diri sendiri. Melalui metode pembelajaran yang dinamis berbasis kolaboratif membuat pola pikirnya makin tergugah akan pentingnya lingkungan yang sehat. Sehat jasmani adalah sehat secara fisik dijauhkan dari wabah penyakit, sehat moral artinya menyadari bahwa korupsi adalah bentuk perbuatan tercela bahkan kejahatan yang keji karena akan membuat hidup ini menjadi penuh kegelisahan serta berdampak kemiskinan makin merajalela. Maka dari itu dibutuhkan terobosan pola pikir bagaimana membangun negeri ini menjadi negeri yang lebih demokratis serta tatanan politik yang jauh dari berbagai unsur manipulatif dimana gejalanya makin meningkat akhir-akhir ini.

Disaat yang sama proses penguatan pelajar Pancasila juga harus dikaitkan dengan sistem yang saat ini sedang dibangun yaitu sistem demokrasi, hajat pemilihan mulai dari pilkada sampai pilpres membutuhkan insan yang mampu menciptakan tatanan demokrasi yang sehat yaitu demokrasi yang jauh dari pesan politik uang yang biasanya makin merajalela dengan berbagai ekses atau dampaknya. Merdeka belajar adalah kesempatan bagi masyarakat untuk mampu membangun pola pikir tentang cara pandang kebangsaan bagaimana membangun pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Mereuke dengan 17 ribu pulau serta memanfaatkan sumberdaya yang ada baik di darat maupun di laut untuk menambah pemasukan devisa negeri, supaya negeri ini mampu menurunkan potensi hutang yang makin memperberat ruang anggaran negara. Proses pembangunan berbagai infrastruktur harus benar-benar dimanfaatkan sebagai kemudahan untuk membangun komunikasi antara daerah supaya terjadi pemerataan dalam pembangunan sehingga pusat-pusat pertumbuhan terjadi di mana-mana.

Fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini sebagian besar merupakan ulah para manusia yang serakah. Merdeka belajar merupakan mindset pentingnya keseimbangan dalam pembangunan tanpa harus merusak lingkungan. Bumi hijau sebagai konsensus global harus menjadi bagian dari kesadaran sejak dini akan pentingnya penurunan emisi karbon yang jelas pemicu kenaikan suhu termasuk juga dalam penggunaan plastik sebagai zat yang sulit terurai dengan pemberdayaan diri serta pembiasaan anak sejak dini. Terutama dengan memanfaatkan limbah sampah dalam sebuah karya seperti alat mainan, meja maupun kursi. Proses pembelajaran tersebut dilakukan secara bebas sehingga di sini juga tercapai unsur literasinya yaitu dalam hal manfaat lingkungan yang terbebas dari beban sampah plastik. Inilah yang jadi penekanan dalam merdeka belajar yaitu proses pembelajaran secara menyeluruh. Diharapkan publik akan makin terasa dengan kebebasan belajar sebagaimana di perguruan tinggi sebagai akselerasi program untuk lebih menekankan pada pengembangan potensi peserta didik. Dukungan media massa dalam mengekspos hasil-hasil proyek merdeka belajar sangat penting untuk menuai respon dan umpan balik dari masyarakat karena unsur terpenting dalam menguji kesuksesan merdeka belajar adalah respon positif masyarakat dan hasilnya dari pembelajaran merdeka. Akhirnya selamat datang kebebasan belajar sehingga mampu mendorong pola pikir untuk berlomba-lomba membangun generasi yang kreatif, inovatif penuh daya cipta sehingga mampu mendorong percepatan pembangunan di negeri ini. (Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post