'BUKU' masih menjadi pilihan
Banyak orang berpendapat bahwa di era digital media cetak mulai ditanggalkan karena tergantikan dengan informasi online. Sehingga banyak situs web bersaing demi menjawab kebutuhan publik melalui tautan menarik dan beraneka ragam. Tak hanya media cetak, bahkan hubungan 'buku' dengan aktivitas manusia dikabarkan mulai renggang. Kini sebagian orang sudah mulai luwes dengan aktivitas menekan tombol, tinggal scroll atas scroll bawah, terbukalah laman informasi yang dibutuhkan. Informasi terkait privasi, pendidikan, sampai pemerintahan bebas diakses secara online. Bahkan untuk mencari judul buku, membacanya sekaligus sampai tamat cukup dengan yang namanya e-book.
Jika kenyataannya demikian, bagaimana nasib buku? apa juga akan tergerus zaman digital? Pertanyaan ini muncul bersamaan dengan perkembangan anak muda sekarang yang sepertinya lebih gemar memainkan gadget daripada membaca buku.
Tak perlu khawatir bahwa 'buku' akan tergerus era digital.
Mungkin sebagian besar orang berpendapat bahwa 'buku' suatu saat akan tergerus zaman, karena memang mereka belum memandang sebagian besar yang lain.
Sebetulnya, di tengah 'bling-bling' dunia digital ternyata masih banyak orang lebih memilih buku sebagai penghibur di waktu senggang. Tak hanya dipilih sebagai penghibur, tapi sekaligus dicari sebagai referensi menemukan solusi di setiap persoalan.
Tak sedikit juga perusahaan bersaing melibatkan sekelompok publik figur, mulai dari psikolog, profesor, guru, bahkan orang tua demi melakukan inovasi-inovasi per-buku-an di tengah zaman digital. Dengan tujuan kehadiran 'buku' masih menjadi hal penting dalam hidup demi generasi bangsa yang literat dan bermartabat.
Sekarang ini banyak orang tua yang rela rogoh kocek dalam-dalam, menyisihkan uang belanja demi menghadirkan buku edukasi untuk buah hati, tak peduli puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan pun mereka beli. Entah itu tunai atau cicil, yang penting mereka dapat produk bukunya. Karena mereka yakin bahwa buku itu jajanan awet, manfaatnya sepanjang hayat, investasi dunia akhirat. Jadi jelaslah buku masih tetap menjadi pilihan.
"Buku adalah jendela dunia," pernyataan ini harus menjadi prinsip agar jangan sampai menanggalkan 'buku'.
Intinya, untuk menangkis kekhawatiran bahwa 'buku' akan tergerus zaman, sebetulnya jawabannya ada pada pribadi masing-masing. Seberapa besar usaha kita membuat anak-anak cinta buku sejak dini, itu yang terpenting. Pepatah Jawa mengatakan 'witing trisna jalaran saka kulina' cinta itu tumbuh karena terbiasa. Seperti menumbuhkan kebiasaan membaca buku, kalau tidak dikenalkan sejak kecil bagaimana besar nanti bisa cinta? _fie'
#salamliterasi#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Suuipp Dzah Alfi... Kita giatkan program Literasi Mulai dari diri sendiri, keluarga, teman, anak didik, dllSemoga ke depan lebih banyak lagi karyakarya dari para guru
Siap mba'q..
Mantab....lanjut karya berikutnya
insyaAllah siap Pak Guru..
Luar biasa, dan sesuai harapan. Ada yang merespons dengan tulisan juga. Seniorku memang peka. Namun intinya buku cetak maupun ebook samasam memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun masih lebih unggul keberadaan buku cetak. insyaallah saya lanjut menulis analisis kekurangan dan kelebihannya.
Siap mantap, lanjut, Pak Bro..
insyaAllah siap Pak Guru..
jamilah ustadzah. ...insyaAllah semoga bersama beliau para senior bisa terus belajar n belajar menjadi pendidik yg Amanah. Aamiiinnn...
Aamiin,.. samasama belajar ustadzah..