SYAIFUL FADRI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

LEMBAH HARAU DI UJUNG SENJA

Syaiful Fadri, Spd ( SDN 02 Sungai Kamuyang )

Sore ini terasa indah. Suasana alam sekeliling sangat mempesona. Udara segar yang ku hirup membuat aku semakin nyaman. Akupun duduk di hamparan rerumputan nan hijau. Bak permadani alam yang terkembang , menyambut ramah kedatangan peserta MWC XV Lima Puluh Kota , yang akan menulis karangan tentang Lembah Harau. Menunggu datangnya inspirasi, ku layangkan pandangan ke arah kanan. Tampak bebatuan cadas yang tersusun indah membentuk tebing-tebing terjal dengan ketinggian hampir 100 m. Tebing –tebing yang terjal itu ada yang ditumbuhi lumut- lumut liar dan beberapa tumbuhan belukar yang menambah keindahan alam nyata. Seakan –akan mengucapkan selamat datang kepada pendatang

Ku arahkan pandanganku lurus ke depan. Dari ke jauhan terlihat tebing-tebing. Yang lebih menakjubkan lagi, di tebing batu yang terjal itu terlihat sebuah air terjun nan indah bagaikan mutiara yang jatuh ke bumi. Lama ku pandangi air terjun itu. Seakan-akan ada suatu pesan yang ingin disampaikannya kepada semua orang. Dalam hatiku timbul rasa kagum dan bersyukur atas keindahan Alam ciptaan Alah. Betapa besarnya kekuasaan Illahi.

Lama aku menatap alam sekeliling. Tebing-tebing terjal dengan bebatuan cadas berwarna warni seakan tersenyum melihat aku yang terpesona memandangnya. Ingin rasanya aku untuk memanjat tebing-tebing yang terjal itu. Lama aku melamun memikirkan “ Ada apa gerangan di balik tebing –tebing yang terjal itu?”

Lamunanku pun buyar ketika Ibu Cantik dan rekan-rekannya minta aku untuk mengambil foto dengan kameranya. Akupun berdiri dan menjadi fotografer dadakan. Akupun memotretnya. “satu, dua, tiga .” klik. “satu, dua, tiga .” klik. “ Atur posisinya. Satu, dua, tiga, klik,klik,klik. Atur gayanya, klik, lagi klik” . mereka melakukan saja apa yang saya suruh. Setelah merasa puas berpose di depan kamera, Ibu Cantik dan teman-temannya mengucapkan terimakasih .

Akupun kembali ke tempat duduk semula untuk menulis. Tanpa aku sadari punggungku terasa panas. Lalu temanku Dian, mengajak untuk pindah tempat duduk. Dan memilih tempat di pinggir sungai. Kamipun duduk di pinggir sungai.

Ku buka kembali buku catatan untuk menulis dan merangkai kata demi kata. Ku pandangi sungai yang tak begitu panjang . Di sana bermain anak-anak sambil mendayung sampan yang mereka sewa. Kiranya bukan anak-anak saja yang naik sampan itu. Tua, muda, besar, kecil juga naik sampan. Lama aku perhatikan mereka. Beberapa menit kemudian, bapak-bapak dengan seragam olahraga berwarna merah hati dan kuning, berlomba mendayung sampan. Sementara salah seorang temannya merekamnya dengan kamera. Mereka tertawa lepas dan mencurahkan segala kebahagiaan hati yang mereka miliki.

Kupandagi lagi air sungai yang beriak. Ada warna merah bergerak-gerak di dalam air. Kupandangi lagi. Rupanya segerombolan ikan emas besar. Badannya meliuk,liuk, turun-naik dan melompat-lompat di permukaan air. Ikan –ikan itu mendekati aku. Seakan-akan mereka bertanya “ Apa yang sedang ibu tulis? Kemudian melompat lagi . berkejar-kejaran lagi. Ikan–ikan itupun sangat bahagia melihat aku mulai menulis .

Mentaripun mulai condong ke arah barat. Pengunjung Lembah Harau Semakin ramai. Ada yang pergi ke Kampung Eropa, ada yang pergi ke Kampung Negara Ginseng, ada yang pergi ke Kampung Jepang. Oh ya, hampir lupa. Ini hanya ada di Lembah Harau.

Di Kampung Eropa banyak yang berfoto di sana. Ada yang berfoto di dekat Menara Eifel . Ada yang berfoto di Kampung Negara Gingseng atau Korea . Di Kampung Korea ini pengunjung bisa menyewa baju seperti orang Korea untuk berfoto. Jadi, kesan di foto ini seperti aslinya kita berada di luar negeri. Lama aku perhatikan pengunjung sore ini.

Akupun berjalan kaki menuju air terjun yang ada di Sarasa Bunta. Memasuki kawasan air terjun, udaranya terasa segar dan hatiku terasa damai. Angin sepoi yang berhembus dan gemerisik air yang mengalir membuatku berdecak kagum dengan keindahan alamnya. Dalam hati bertanya-tanya "Dari manakah asal air terjun ini?. Di sana juga ku lihat anak-anak mandi dengan riang gembira.

Tanpa terasa waktu sholat Asharpun tiba. Alunan suara Azan nan merdu terdengar menggema di antara dinding-dinding tebing yang terjal . Aku semakin merinding dan takjub dengan Kebesaran Illahi . Akupun kemudian pergi untuk menunaikan kewajiban sebagai umat Islam. Aku menuju mesjid yang terletak dekat perkampungan Eropa.

Selesai sholat ashar, kamipun pulang menompang mobil salah seorang Bapak Kepala Sekolah SMP. Sangat nyaman rasanya naik mobil Bapak itu. Dalam perjalan pulang, jalanan agak sedikit macet karena banyaknya pengunjung yang baru datang dari luar daerah. Dalam hati saya berkata, “ sungguh indah Lembah Harau ini. Sudah hampir senja, masih banyak pengunjung yang baru datang “ .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post