Syamsul Bahri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cinta Berlandaskan Iman

Cinta sejati adalah cinta berlandaskan iman, untuk berbuat sepenuh kebaikan, kebenaran, dan tiada henti memfasilitasi kekasih melipatgandakan iman, serta sama-sama berjuang dalam mencintai Sang Maha Cinta.

Menikah perlu cinta, namun modal cinta saja belum cukup. Perlu diusahakan cinta berlandaskan iman. Seperti ungkapan Umar bin Khatab ra:

''Jika menikah hanya dilandasi oleh rasa saling mencintai, lalu dimana kedudukan Iman?''

Betapa banyak orang menikah karena cinta, tetapi pernikahannya kurang barokah, sering bertengkar, kurang harmonis, dan berakhir dengan perceraian.

Apakah dulu mereka menikah bukan karena cinta? Jawabannya, ada yang menikah karena cinta, setengah cinta, sedikit cinta, atau tidak ada cinta sama sekali.

Setiap pasangan menikah memliki latar belakang cinta yang berbeda dari segi bentuk, kapasitas, dan kualitas cintanya. Tidak persoalan berapapun modal cinta awal menikah, yang paling penting adalah cara dan strategi mengelola cinta dalam pernikahan.

Mengelola cinta dalam pernikahan tentu tidak boleh sembarangan, tetapi memperhatikan rambu-rambu dan ketentuan Allah dan Rasulullah dalam mengelolanya.

Salah satu caranya meletakkan cinta di atas iman. Sebab apappun perbuatan manusia harus terikat dengan hukum syarak, dan akan dipertanggungjawabkan di Yaumul hisab kelak. Maka cinta sebagai bentuk dari amal mesti berlandaskan iman. Iman akan mengarahkan bagaimana cara mengaplikasikan cinta sesuai syarak.

Karena Iman, Rasulullah sabar ketika di rumahnya hanya tersedia cuka lalu memakannya.

Karena iman, Ali bin Thalib sabar menjadi kuli, menimba air dengan upah segenggam kurma.

Karena iman, Fatimah Az-Zahra sabar menggiling gandum hingga tangannya melepuh.

Pernikahan, sungguh tak seindah apa yang dikatakan para motivator keluarga sakinah. Pernikahan tak seideal yang tertulis di buku-buku atau konten penasehatan pranikah.

Akan banyak cobaan dan ujian dalam pernikahan. Cobaan dan ujian itu tidak cukup dikelola dengan rasa cinta, sedalam atau sebesar apapun cinta yang dimiliki pasangan. Cinta adalah modal jika tidak dimenej bersama iman, akan mengalami kebangkrutan.

Apalagi salah dalam memahami cinta, kelihatan cinta padahal nafsu, inilah awal kerugian. Hingga ada yang menyalahkan cinta atas sembrawutan masalah rumah tangganya.

Perlu dipahami. Rasa cinta kadang tak bisa ikut berperang. Hanya iman yang kuat dengan pedang kesabaran diperlukan dikala susah, dan senjata syukur dikala senang, yang mampu menghadapi bala ujian dan cobaan.

Oleh karenanya, menikah karena saling mencintai itu perlu. Namun pastikan, cinta itu hanya makmum, dan imanlah yang harus menjadi Imamnya. Jangan terbalik. Tatkala iman menjadi makmum cinta, maka iman akan terpasung, pada akhirnya mati alias musnah.

Perlu juga dipahami, tak semua cinta melahirkan Iman. Tapi semua iman, Insyaallah akan melahirkan cinta.

Sungayang, 16 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap... Keren

16 Mar
Balas

Terima kasih Bu

16 Mar
Balas



search

New Post