Pertengahan bulan Agustus lalu, saya mengalami kekecewaan nan mendalam. Saya tidak bisa menikmati pertunjukan air mancur di taman monumen nasional. Gara-gara salah parkir, saya dan sepupu tidak bisa lagi melewati pintu gerbang karena telah ditutup. Padahal saya sangat ingin sekali menyaksikan atraksi ini.

Sebagai warga negara indonesia dengan KTP bukan Jakarta, tentu saya tak setiap minggu mengunjungi monas. Jarak yang membentang jauh, dana yang sayup-sayup sampai, dan tenaga yang tak lagi powerfull. Tentu keinginan ini menjadi sangat istimewa.

Dan waktu itu saya terpaksa menelan kekecewaan, tak bisa masuk monas, meskipun samar terdengar alunan musik dibalik pagar teralis besi. Kekecewaan tersebut sangat mendalam hingga menjadi sebuah dendam.

Hari ini, dendam itu terbalaskan sudah. Usai penutupan kelas editor, saya langsung menuju rumah sepupu, mengajak setengah memaksa untuk segera berangkat menuju monas. Tak peduli meski hari ini dia dinas malam. Saya harus balas dendam. Begitu ngototnya saya memaksanya

Pukul 07.30, atraksi tersebut dimulai, alunan musik instrumental gubahan Adi MS, mengalun lembut. Ada enam plus satu tambahan musik yang diperdengarkan melalui pengeras suara dilapangan. Dimulai dengan padamu negeri, jali-jali, ampar-ampar pisang dan bebrapa beberapa lagu daerah yang saya lupa namanya.

Pun demikian, sungguh saya merasa terpukau dengan pertunjukan ini. Dan rasanya penat dua hari dua malam tergantikan dengan tiga puluh menit atraksi tarian air mancur ini.

Dan dendam saya terbalaskan sudah