syarifah nihayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PANTAI DAN ASMA

Waktu baru menunjukkan pukul 11.50 Waktu Indonesia Barat saat si sulung terbangun dari tidurnya karena terusik udara dingin dan irama “harmonika” yang menyeruak melalui rongga dadanya disertai nafas yang terasa berat dihela. Ia menghampiri peraduan tempat aku dan si bungsu tidur. Irama nafasnya langsung kupahami sebagai sesuatu yang harus segera disikapi dengan satu setengah sendok takar setara 7,5 mililiter sirup bermuatan terbutaline sulfat 1,5 miligram di tiap 5 mililiternya.

Lampu belajar dengan bola lampu pijar 100 watt yang menemaninya sejak tadi tak mampu mengalahkan dinginnya udara malam ini. Segera ia kuajak berbaring di sisiku dan kuselimutinya dengan selembar kain. Irama nafasnya masih terdengar berat dan “ramai”. Mungkin di benak pembaca mulai terbentuk satu kosakata, asma. Ya, asma. Salah satu penampilan dari alergi ini mulai mengakrabi ia sejak usia 3 tahun. Saat usianya baru beranjak 22 bulan, Allah mengaruniaiku anak kedua. Rejeki itu membuatnya harus berhenti mengkonsumsi ASI. Untuk mengalihkan perhatiannya, aku mengenalkannya pada sesuatu yang kukira lebih mampu mengalihkan perhatiannya dari itu, es krim. Ia memang mulai suka dengan es krim. Dan beberapa waktu setelah itu, aku mulai mengunjungi dokter spesialis anak untuk membantunya mengurai penyempitan jalan nafasnya dengan cara menguapkan salbutamol ke rute oksigennya.

Di usianya yang ke 4, dari informasi sesama “asmanese”, aku mulai mengajaknya ke pantai. Ekosistem alami ciptaan Allah ini amat menakjubkan. Udaranya yang hangat kering sangat bermanfaat baginya. Oksigen yang mengandung garam di sana mampu merontokkan lendir—lendir yang mendekap erat dinding—dinding bronkusnya, membuatnya kembali lega untuk hilir mudik oksigen dan karbondioksida. Hampir tiap hari Ahad kami ke sana seharian. Berterapi sembari menyegarkan kembali suasana hati.

Menanjak ke usia 5 tahun, serangan asmanya menanjak pula levelnya. Beberapa makanan yang menjadi pantangannya memang terlalu cantik untuk dilupakan oleh anak seusianya. Permen, Coklat, Es Krim, selalu menari—nari di pelupuk matanya. Semakin dilarang, semakin menarik untuk dilahap. Semakin sering pula datang serangan dari respon hipersensitif itu. Kalau sudah begini, meluncur ke Unit Gawat Darurat menjadi pilihan yang harus dilakoni dengan dingin hati. Dijalani saja episode ini, tak perlu merana. Demikian batinku menghibur dan menguatkan diri ini. Para perawat di sana menjadi hapal dengan kehadiran kami tengah malam. Sungkup berekor selang langsung ditangkupkan ke hidungnya. Uap yang mengepul dari mesin penguap sudah menjadi karibnya untuk melegakan nafasnya. Beruntung rumah kami hanya 7 kilometer dari sebuah rumah sakit umum daerah di kabupaten Banyumas dengan akses jalan yang sangat bagus, sehingga perjalanan ke UGD relatif mudah.

Sekarang di usianya yang ke 9, mungkin dengan kemampuan tubuhnya untuk membantah efek hipersensitifnya yang membaik, ketinggian level asmanya menurun. “Irama harmonikanya” sudah cukup jinak dengan satu setengah sendok takar sirup berterbutalin sulfat atau 2 semprotan fenoterol hydrobromyde 100 miligram. Dan kondisi ini menjadi penanda bahwa akhir pekan ini aku harus mengajaknya ke pantai terdekat, menguras pekat lendirnya sembari bermain pasir dan ombak dengan ceria. Pantai, pasir, ombak, ceria menjadi obat tak ternilai dari—Nya.

Somakaton, 10 Nopember 2017. 02.10 WIB.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa

10 Nov
Balas

Pengalaman yang luar biasa. Mantap bu.

10 Nov
Balas

Hebat Bun...selain terapi udara pantai bisa bunda bisa coba sugesti agar memilki self image yang lebih memberdayakan...coba saja ikut besok tgl 19 bun...

10 Nov
Balas

Hebat ibu, menampilkan para pejuang kehidupan. Semangat, itulah cara Allah membelejari kita.

10 Nov
Balas



search

New Post