Syarif Firdaus

Saya seorang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SENI DALAM MENDIDIK

SENI DALAM MENDIDIK

Dahulu, mendidik bisa dilakukan oleh siapa saja.

Maka siapa saja bisa menjadi pendidik/guru.

Kualitas siswa ditentukan oleh guru???

Saya tak sependapat karena siswa datang dari rumahnya.

Maka kualitas siswa ditentukan oleh rumahnya.

Saat ini guru/pendidik sudah menjadi profesi.

Maka ini membuat siapa pun yang berencana menggeluti profesi ini harus terseleksi.

Bagi mereka yang tak mengerti, mengajar itu semudah menjentikkan jemari.

Bagi kami yang berkubang dalam dunia ini, mengajar itu seni yang hasilnya tak bisa langsung dinikmati.

Seniman lukis bisa menjadi kaya raya seketika dengan hasil karyanya yang diminati dunia.

Seorang guru tetap saja berjalan ke sekolah lalu pulang ke rumah hingga hari tua meskipun para anak didiknya sudah keliling Eropa dan berkali-kali mencium Ka'bah.

Mengajar itu seni yang belum kalian pahami.

Di dalam kelas seorang guru bisa menjadi malaikat berhati mulia akan tetapi seketika bisa menjadi makhluk menyeramkan hanya dalam hitungan detik.

Artis di TV cuma jago membaca lalu menghafal script kemudian diatur sutradara akhirnya dibantu proses editor (gajinya, ah sudahlah).

Kami di depan kelas berimprovisasi menghadapi 32 orang generasi bangsa yang imut-imut lugu bak kelinci namun berpotensi membahayakan jiwa kami (terbukti dgn adanya kasus terhadap penusukan rekan kami hingga mati).

Kami di depan kelas gak boleh pukul rata memperlakukan siswa (karena sejatinya mereka memang berbeda sekalipun warna seragamnya sama), ada beragam potensi kejeniusan anak.

Menurut saya ada 5 tipe siswa di kelas:

1. Raja/Sultan : Siswa berlatar belakang mapan bahkan kaya cenderung selow tanpa beban jarang mendapat masalah.

2. Jawara : Biasanya postur tubuh paling besar. Biang kerok keributan dan penindasan. Tak mau diatur sukanya mengatur.

3. Moderat + : Cari aman dengan bersikap cenderung manis.

4. Moderat - : Sering cari gara-gara dan berkomplot dengan jawara mengacau suasana.

5. Minoritas : Rajin belajar, santun akan tetapi rentan di bully dan ditindas.

Bagi kami guru yang berkesan cuma 2 tipe, yaitu jawara dan minoritas.

Dan biasanya ketika sudah lulus, jawara cenderung lebih ramah dan hangat kepada kami daripada minoritas.

Seni mengajar bukan sekedar memejamkan mata menemukan inspirasi lalu membuat kuas menari diatas kanvas. Karena kanvas yang tercoret tak akan pernah menuntut si seniman.

Guru tentu punya pendekatan yang berbeda satu sama lain dalam berkesenian di kelas.

Namun satu tujuan yaitu agar siswa mengalami apa yang akan dialami kelak dimasa depan (bahasa kerennya: belajar untuk kemudian diaplikasikan).

Guru tak bisa menuntut siswa untuk mengingat jasanya. Karena mengajar adalah kewajiban tanpa syarat kepada siswa.

Lalu apakah orangtua berhak mengatur guru dalam berkesenian dengan anak-anak mereka di sekolah???

Orangtua bukan hanya berhak akan tetapi wajib bersinergi dengan para guru.

Karena mereka tak tahu bagaimana tingkah/watak buah hati mereka di sekolah.

Plaaakkk!!! seorang guru mendaratkan telapak tangannya di pipi siswanya karena terlambat masuk sekolah. Lalu muncullah karya seni mahal berupa tanda merah melintang di pipi.

Bisa jadi masa depan siswa ini adalah tentara yang kelak akan dididik jauh lebih keras dari ini.

Namun bagi siswa yang tidak berkualitas karya seni ini adalah tiket untuk membalas sang guru dengan merengek mengadu kepada orangtua yang tentu saja juga tak berkualitas (lalu viral lah, menenggelamkan kasus narkoba Lucinta Luna yang diputuskan ditahan di tanahan wanita)

Coba terangkan bagaimana seniman besi mengubah sebongkah besi menjadi pisau yang tajam??? Apakah dengan hanya 3x kedipan mata? Atau dengan hanya 5x belaian tangan?

Jawabnya tentu dengan hantaman demi hantaman yang berkali-kali banyaknya.

Seni mengajar adalah seni yang paling mahal.

Kanvasnya aktif bergerak kesana kemari.

Kuasnya perasaan dan cinta kasih.

Warna-warninya adalah pengalaman dan kedisiplinan.

Kami guru tak pernah menanti karya seni kami datang menghampiri dihari tua kami nanti.

Kami guru adalah yang paling berbahagia ketika karya seni kami diminati dunia.

Kami guru adalah yang paling gelisah ketika karya seni kami berlomba.

Kami guru adalah yang paling kecewa dikala karya seni kami kalah.

Kami guru adalah yang paling bangga ketika karya seni kami membesarkan hati kami dengan berkata "BAPAK/IBU GURU, AKU SUDAH BERUSAHA."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post