Tantangan menulis hari ke-24

Matahari kembali lembut menyapa dunia. Kehangatannya ikut membakar semangat memulai hari, mengiringi kesibukan setiap insan, salah satunya Iman. Sebagai seorang mahasiswa yang tinggal di rumah kos, rutinitas paginya diawali dengan mencari sarapan. Pilihannya pun monoton, seporsi nasi kuning seharga lima ribu yang bisa ia tebus pada salah seorang pedagang yang mangkal tepat di seberang jalan depan kosannya.

Dua tahun menjadi langganan setia, obrolan antara Iman dengan penjual pun tak pernah jauh dari topik nasi kuning. Mulai dari nasinya minta ditambahin, minta bonus lauk, sampai masalah kerupuk yang terkadang ia comot sendiri. Kali ini, otak penasaranya lagi aktif, entah kenapa tiba-tiba ia menanyakan tentang asal usul nasi kuning. Si penjual pun dengan polos menjelaskan kalau nasi kuning berasal dari nasi dan kunyit. Dalam hati Iman kecewa, karena jawaban tidak sesuai harapan. Ia berpikir, daripada tanya panjang lebar sama si penjual, biarkan nanti tante Google yang ia todong jawaban.

Sampai di kamar, dengan mantra sakti “Oke Google”, Iman melampiaskan rasa penasarannya yang belum tuntas. Sesuai harapan, tante Google memberikan jawaban yang lebih sesuai. Penjelasannya, nasi kuning merupakan salah satu tradisi Jawa yang telah ada sejak zaman Hindu, dan memiliki filosofi kekayaan dan kemakmuran yang dilambangkan warna kuning yang identik dengan emas.

Probolinggo, 24 Januari 2022