Syeha Ramadan

SYEHA RAMADAN, Guru MTsN 5 Jombang. Loyalitas, tekad dan dedikasi terhadap amanah yang penuh tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa menjadi tujuan sebaga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maaf Nak...

Maaf Nak...

Semenjak pindah ke kampung halaman, semua kebiasaan dan rutinitas mulai berubah. Beradaptasi dengan lingkungan baru tidaklah mudah, tapi harus bisa. Waktu terus berjalan, sebelum memutuskan untuk menitipkan anak ketigaku yang masih berusia 3 tahun di baby and kids daycare. Tak begitu jauh dari rumah orang tuaku yang sekarang aku tempati. Karena ingin hati tidak mau merepotkan "mbahnya" dengan usia yang mulai menua, maka keputusan untuk menitipkan anakku di TPA semakin yakin. Hari pertama masih aku antar dan ayahnya, sampai menunggu dia bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya. Rengekan dan celetukannya yang membuat gak tega untuk meninggalkannya, "Gak mau sekolah, maunya sama ayah bunda" katanya sambil memeluk kami berdua. "Adek katanya mau bikin robot?mau gak?", bujukku dengan memotivasi dia agar mau ditinggal.Tapi sampai akhirpun tak kunjung mau bergabung dengan temannya. Okelah gakpapa karena masih hari pertama dan suatu kewajaran bagi dia untuk mengenal dunia barunya.

Keesokan harinya, "Bunda adek gak mau sekolah, gak mau bikin robot, maunya sama ayah bunda", rengekannya pada saat dibangunin. Andalan bujuk rayuku sambil bersandar dalam pelukanku,"kalo adek gak sekolah nanti gak bisa bikinin robot bunda, katanya mau bikin robot Arpho (robot serba bisa)?". Mimpinya dia adalah kelak dia bisa bikinin robot buat bunda yang bisa mengerjakan semua kerjaan rumah. Diam sejenak sambil menatapku, "Mas iqy sama kakak sekolah gak?",tanyanya seolah-olah mencari alasan untuk tidak mau berangkat. "Iya mas sama kakak sekolah, nanti bikin robot bareng-bareng", rayuku meyakinkannya. Pada akhirnya dia mau berangkat tetapi dengan syarat yang jemput ayah bunda. Bergegaslah aku mandikan dan menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berubah pikiran.

Akhirnya berangkatlah, hari ini ayahnya yang ngantar karena aku harus masuk kerja. Sesampainya disana dia gak mau turun, dan mulai memasang muka manyun, sambil merengek-rengek ke ayahnya. Diajak salaman guru-gurunya tidak mau bahkan semakin merengek dan sembunyi dibelakang ayahnya. Berulang-ulang gurunya mengajak "Ayo dek ehan kita main yuk, tuh ada balok-balok, kita susun yuk" ajak gurunya. Tapi tetap saja gak mempan. Sambil digendong ayahnya menujulah ke tempat balok-balok itu tersusun. Akhirnya dia mau tapi tangannya tak lepas dari ayahnya. Ketika lengah asyik bermain balok, ayahnya mencoba menyelinap meninggalkannya dengan bu guru. Tapi dia menyadari hal itu akhirnya menggelegar tangisnya teriak ayah. Ayahnya mengurungkan niatnya, sambil dipeluk dan digendong. Cukuplah untuk hari ini.

Keesokannya dengan hal yang sama, tetapi mau gak mau harus tega untuk melepaskannya. "Udah pak tinggal aja, nanti biar kami yang menangani" celetuk salah satu guru yang sangat memahami bagaimana menangani anak yang seperti itu. Hari itu juga ayahnya harus ke Jakarta untuk suatu pekerjaan. Hari ini dengan tangisan yang meledak-ledak tetap harus ditinggal di TPA. Kerelaan hati kita karena kondisi yang tak lagi bisa dihindari. Suatu pilihan buat kami berdua, tidak ingin merepotkan kedua orang tua dengan menitipkan anak di TPA karena kami berdua bekerja. Ini bukanlah yang pertama, kedua kakaknya dari bayi 3 bulan pun sudah di baby daycare, karena dulu waktu tinggal di ibu kota sangat susah mencari pembantu. Ini Pilihan yang sangat berat, rasa bersalah selalu menghantui pikiran kami berdua. Tidak mampu menjadi seorang ibu dan ayah yang baik yang selalu ada buat mereka. Disaat tumbuh berkembangnya usia mereka, kami hanya mampu sesaat bersamanya. Rengekan-rengekan mereka yang selalu membuat hati kita semakin bersalah. Apakah kita termasuk orang tua yang tidak mampu mengemban amanah ? Apakah ada yang mengalami hal yang sama ?Lalu apa yang harus kami tebus untuk meringankan dosa-dosa kami?

Pertanyaan-pertanyaan itu masih bergelayut dalam benakku. Disaat aku diam membisu, suamiku menepuk bahuku membubarkan pikiranku. " Sudahlah bun, gak usah terlalu dipikir, Insya Allah Allah lebih tau tentang kita yang penting kita tidak menyia-nyiakan anak kita", bisik suamiku sambil meyakinkanku. Aku tak mampu berkata apa-apa, hanya tangis yang ada. Sambil memelukku, suamiku terus meyakinkanku," Sabar ya bun kita lagi dalam ujian, kita termasuk orang-orang pilihan karena ujian-Nya, kita akan naik level jika kita ikhlas menerimanya dan mampu melewatinya". Semakin meledak tangisku. "Maaf nak...ayah dan bunda belum bisa jadi orang tua yang baik." Hanya doa yang ayah bunda panjatkan semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kwantitas kebersamaan dengan anak tidak menjadi jaminan, dengan kondisi yang Bunda jalani, Kwalitas kebersamaan salah satu trik bukti kasih sayang. Setiap orang lakukan sesuatu, pasti ada alasannya, dan biasa dihadapkan pada pilihan yang berat. Dalam kondisi, cari risiko yang paling ringan sesuai kaidah دفع المفاسد مقدم على جلب المصالح Sukses selalu dan barakallah

14 Dec
Balas

Iya bun memanfaatkan kualitas bersama mereka yang bisa kami lakukan. Dan doa yg kami panjatkan untuk mereka. Baarakallah bun..

15 Dec

Sabar Bunda, semuanya butuh proses..Insya Allah de Ehan akan baik-baik saja..Sering meluangkan waktu bersama anak-anak tetap dilakukan untuk membuktikan bahwa ayah bundanya tetap menyayangi mereka...Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah..

14 Dec
Balas

Betul bun..setiap detik diwaktu luang bersama mereka sangat berharga..Aamiin..Barakallah

14 Dec

cerpennya mantap

14 Dec
Balas

Makasih bun..salam sukses dan barakallah.

14 Dec



search

New Post