Oleh : Dr. Syamsul Yakin, MA. & Syifa Hanina

(Selaku Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dalam diskusi tentang dakwah, terdapat enam unsur yang penting dan saling terkait satu sama lain.

Unsur pertama adalah dai, yang harus memiliki kecakapan intelektual dan spiritual. Lebih dari sekadar berbicara, dai harus menjadi teladan bagi mad'u. Dai berperan sebagai pembawa misi suci untuk mengajak manusia berbuat baik dan menjauhi dosa, yang berbeda dengan orator atau motivator.

Seorang dai diharapkan tampil dengan baik. Untuk itu, dia perlu memilih pendekatan, strategi, dan metode dakwah yang sesuai. Selain itu, pengetahuan yang luas di luar bidang agama juga diperlukan bagi seorang dai.

Unsur kedua yaitu mad'u atau objek dakwah, yang juga disebut sebagai mitra dakwah bagi dai. Secara sosial, mad'u dapat berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk kelas atas, menengah, dan bawah.

Secara geografis, mad'u dapat tinggal di perkotaan dengan beragam tingkat pendidikan, pekerjaan, serta latar belakang suku, bahasa, dan budaya. Mad'u perkotaan cenderung heterogen, berbeda dengan mad'u perdesaan yang lebih homogen.

Unsur ketiga yaitu materi dakwah, juga dikenal sebagai maddah. Materi dakwah biasanya mencakup akidah, syariah, dan akhlak. Sumbernya adalah al-Qur'an, hadits Nabi, serta karya-karya ulama dari berbagai periode, termasuk klasik, pertengahan, dan kontemporer.

Materi dakwah mencakup berbagai bidang seperti ilmu kalam, fikih, filsafat, logika, dan tasawuf. Lebih jauh, itu juga terkait dengan pendidikan, ekonomi, seni, budaya, dan politik. Bahkan lebih luas, mencakup isu-isu seperti gender, toleransi, dan multikulturalisme.

Unsur keempat yaitu media dakwah, yang terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Awalnya, terdapat media dakwah tradisional, kemudian diikuti oleh media konvensional (lama), dan saat ini, terdapat media baru.

Dampak media dakwah dari masa ke masa semakin meluas. Saat ini, melalui media sosial, informasi dakwah dapat diakses oleh jutaan orang dalam waktu singkat. Oleh karena itu, dakwah melalui media sosial memiliki potensi besar untuk memengaruhi mad'u.

Unsur kelima yaitu metode dakwah, yang bertujuan untuk memilih cara atau jalur yang tepat agar pesan dakwah dapat tersampaikan kepada mad'u yang beragam. Metode dakwah terkenal mencakup bilhikmah, ceramah, dan diskusi.

Terkadang metode dakwah disertai dengan bentuk dakwah seperti dakwah bilisan, bilhal, dan bilqalam. Baik metode dakwah maupun bentuknya memiliki teknik dakwah yang beragam, yaitu cara yang digunakan untuk menerapkan metode atau bentuk dakwah tersebut.

Unsur keenam yaitu hasil atau pengaruh dari dakwah. Secara sederhana, efek dakwah merupakan hasil yang tercapai melalui penyampaian dakwah dengan berbagai teknik, metode, strategi, dan pendekatan yang digunakan.

Evaluasi dakwah memungkinkan untuk mengetahui dampak dari dakwah yang telah disampaikan. Melalui evaluasi, program dakwah dapat diukur apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau mengalami penyimpangan.

Keenam unsur dakwah ini membentuk pengetahuan yang saling terkait yang seharusnya dimiliki oleh seorang dai. Penting bagi mad'u untuk memahami unsur-unsur ini agar dapat mendukung kerja dai. Sama-sama sebagai manusia yang memiliki budaya dan pengetahuan, dai dan mad'u memiliki kesamaan yang penting.