Penggunaan Media Cerdas
Abstrak
Rendahnya kreatifitas siswa dalam proses belajar IPA karena siswa tidak pernah dilibatkan membuat produk dalam pembelajaran. Kreatifitas dapat di tingkatkan melalui model PjBL karena model pembelajaran lebih mengutamakan keaktifan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati peningkatan nilai kreatifitas siswa dalam menyelesaikan produk pelat tetes melalui pembelajarn IPA konsep uji makanan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk diperoleh kesimpulan. Hasil penelitian pada penelitian ini ada peningkatan dari siklus I ke siklus II nilai kreatifitas siswa meningkat dari siklus I (68,89%) dan pada siklus II (84,44%) sehingga terjadi peningkatan sebesar (15,55%) artinya ada peningkatan yang signifikan secara kelasikal pada siswa kelas VIII. Hal ini terjadi karena siswa sudah mampu membangun pengetahuannya sendiri dan akan menumbuhkan kreatifitas. Belajar yang tidak lagi hanya dibatasi tempat dan terpaku pada guru di sekolah, namun dapat melakukan ekplorasi pengetahuan di mana saja.
Keywords: PJBL, Kreatifitas, Pembelajaran IPA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SMP Negeri 38 Takengon merupakan salah satu lembaga formal yang memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan atas apa yang diselenggarakan, oleh sebab itu sekolah memiliki kewajiban untuk selalu meningkatkan layanan kepada peserta didik. Salah satu bentuk layanan yang wajib diberikan sekolah adalah meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk meningkatkan keterampilan (skill) dari yang dilakukan oleh sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Beragam model, metode serta pendekatan yang diterapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas bukanlah cukup untuk meningkatkan hasil belajar, baik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan sikap maupun nilai relijgius. Guru yang sukses adalah guru yang tepat dalam memilih model dalam pembelajaran, dalam pembelajaran ini model yang dipilih adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) karena model PjBl dapat mengarahkan peserta didik belajar aktif dan menghasilkan produk. Hal ini sejalan dengan prinsip dari konstruktivisme, bahwa peserta didiklah yang aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Jadi, guru tidak perlu khawatir kekurangan waktu untuk menyelesaikan materi yang menjadi tuntutan kurikulum, karena dengan kemampuan ilmiah yang dimiliki, peserta didik mampu membangun pengetahuannya sendiri dan akan menumbuhkan karakter peserta didk. Belajar tidak lagi hanya dibatasi tempat dan terpaku pada guru di sekolah, namun peserta didik dapat melakukan ekplorasi pengetahuan di mana saja (Zuhdan, 2013).
Pembelajaran model PjBL adalah model pembelajaran yang menggunakan produk sebagai inti pembelajaran (permendikbud, 2014). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja produk dimana peserta didik bekerja secara mandiri maupun dalam diskusi kelompok mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, (2009). Adapun produk yang dirancang siswa melalui bimbingan guru adalah pelat tetes yang terbuat dari limbah organik dan an-organik yang terdapat di lingkungan sekolah, bertujuan untuk mengamati zat-zat yang terkandung pada makanan dari hasil tani orang tuanya.
Langkah-langkah pembelajaran PjBL adalah pertanyaan mendasar, mendesain perencanaan produk, menyusun jadwal pembuatan, memonitor keaktifan dan perkembangan produk. Menguji hasil, evaluasi pengalaman belajar, (Liliasari, 2009). Keterampilan peserta didik sangat penting diterapkan pada proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA, karena pada abad 21 siswa dilatih mandiri dan harus mampu mencipta dalam bentuk produk dan bernilai jual.
Dari penjabaran diatas jelas muara pendidikan diarahkan kepembelajaran yang memprioritaskan keterampilan peserta didik, selain itu nilai karakter peserta didik sangat mempengaruhi nilai keterampilan dalam menghasilkan produk. Selama ini guru belum pernah mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran yang menghasilkan produk melalui model dalam pembelajaran IPA khususnya pada metari uji makanan. Guru selama ini hanya pokus terhadap pasilitas yang dimiliki oleh sekolah misalnya kelengkapan buku, dan alat laboraturium, jika alat penunjang tersebut tidak ada maka guru akan menerapkan pembelajaran seadanya,.
Pembelajaran abad 21 telah mengalami banyak pergeseran, diantaranya dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Tidak dipungkiri pada pembelajaran konvensional, tahun-tahun sebelumnya lebih berpusat pada guru. Gurulah yang aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik hanya menyimak dan mendengarkan saja. Kalau di dalam bahasa jawa istilahnya “ anteng sedheku “. Peserta didik harus duduk tenang , tangan dilipat di atas meja. Metode yang digunakan gurupun cenderung untuk metode ceramah. Mengajar IPA pun seolah-olah menjadi pelajaran sejarah IPA. Hal ini tentu banyak kelemahannya, karena kemampuan peserta didik untuk mendengar dan menyimak tentu berbeda-beda.
Dalam rangka meningkatkan kualitas keterampilan dan hasil pembelajaran, seorang guru perlu melakukan upaya kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik yaitu dengan membuat media yang terbuat dari bahan bekas organik maupun an-organik, pemanfaatan sampah menjadi bahan yang bermanfat merupakan suatu keunggulan bagi guru, peserta didik dan sekolah.
Oleh karena dalam proram peningkatan nilai keterampilan serta kreativitas peserta didik dalam pembelajaran IPA konsep uji makanan menggunakan model PjBL yang di tuangkan dalam Best Practice dengan judul “Penggunaan Media cerdas” untuk membuktikan manfaat dari hasil produk peserta didik yang menciptakan pelat tetes sebagan media praktikum uji makanan.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practice ini adalah kegiatan pembelajaran IPA kelas VIII semester ganjil dalam pokok bahasan system pencernaan pada materi uji makanan dengan judul “Penggunaan Media Cerdas“ .
C. Manfaat Kegiatan
Ø Manfaat penulisan Best Practice adalah meningkatkan kompetensi peserta didik dalam Kompetensi Dasar Mendiskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Adapun tujuan dari pembelajaran praktikum adalah
Ø Peserta didik dapat mengetahui adanya amilum, glukosa, lemak, dan protein dalam bahan makanan.
Ø Peserta dapat melakukan praktikum uji makanan untuk membuktikan kandunagn pada tiap makanan.
Ø Setelah melakukan praktikum peserta didik dapat memahami ciri makanan yang mengandung amilum, glukosa, lemak, dan protein dalam bahan makanan.
Ø Setelah melakukan praktikum peserta didik dapat mengetahui adanya perubahan warna yang terjadi setelah ditetesi larutan indicator pada uji makanan.
Ø Peserta didik dapat merancang pelat tetes menggunakan bahan bekas organik maupun an-organik
Melalui penggunaan media cerdas peserta didik dapat meningkatkan nilai keterampilan peserta didik, serta dapat mengeksplorasi dan kraetivitas penggunaan media yang diciptakan.
BAB II
Pelaksanaan Kegiatan
A. Tujuan dan sasaran
Tujuan penulisan best praktis ini adalah untuk meningkatkan nilai keterampilan dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran IPA, praktik baik penulis dalam menerapkan model pembelajaran PjBL pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 38 Takengon.
Sasaran pelaksanan best practice ini adalah siswa kelas VIII pada SMP Negeri 38 Takengon berjumlah 28 peserta didik.
B. Bahan/materi kegiatan
Ø Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah bahan organik maupun an-organik yang sudah tidak terpakai atau terbuang di linkungan sekolah, berupa : Botol Aqua gelas, bola mainan bekas yang berukuran kecil, pipet bekas, kertas kulit berwarna, papan bekas, cat, dan kuas.
Ø Pelajaran IPA konsep uji makanan kelas VIII, dengan KD. 1.4 Mendeskrifsikan sistem pecernaan pada manusia dan hubungan dengan kesehatan.
Ø Merancang pelat tetes yang terbuat dari limbah organik maupun an-organik, untuk di gunakan sebagai alat praktikum uji makanan, mengamati uji amilum atau karbohidrat.
Ø Menyedikan indikator buatan seperti, lugol, benedict serta biuret.
Ø Buah-buahan yang dihasilkan, dari hasil tani orang tua peserta didik dilingkungan sekolah, yang belum diketahui kandungan zatnya.
C. Metode/cara melaksanakan kegiatan
Adapun cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan model pembelajaran Project based Learning (PjBL). Membagikan LKPD yang telah dirancang oleh guru kepada eserta didik, mengontrol kegiatan diskusi kelompok dalam menyelesaikan pelat tetes, melakukan literasi melalui media bungkus jajanan yang ada dipasaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui diskusi kelompok, mengamati zat yang terkandung pada makanan,
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis. (lihat lampiran RPP)
a. Kompetensi Inti (KI)
KI.3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI.4
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
b. Kompetensi Dasar
Ø 1.4 Mendeskrifsikan sistem pecernaan pada manusia dan hubungan dengan kesehatan.
D. Media dan Alat Instrument
a. Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah
Ø Buku guru dan buku siswa.
Ø Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang berjudul “Uji Makanan”.
Ø Membuat pelat tetes yang dirancang dari limbah organik maupun an-organik.
b. Instrumen yang digunakan dalam praktik terbaik ini ada 2 yaitu :
Ø Lembar observasi aktivitas kegiatan praktikum
Ø Lembar instrument kreativitas kegiatan merancang pelat tetes.
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktik terbaik ini dilaksanakan pada tanggal, 18 Agustus s/d 31 Oktober 2019
BAB III
Hasil Kegiatan
A. Gambaran Hasil Kegiatan yang diperoleh
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran pada materi konsep uji makanan menggunakan model Projct Basel Learning (PjBL) berlangsung sangat baik dan peserta didk aktif, dapat dibuktikan melalui hasil produk yan telah dapat digunakan.
2. Peserta didk aktif dalam berdiskusi untuk menyelesaikan produk berupa pelat tetes yang terbuat dari bahan bekas organik maupun an-organik.
3. Peserta didik mampu mengamati kandungan zat yang terdapat pada makanan hasil tani orang tuanya, melalui indicator bienedict, biuret, dan lugol.
4. Peserta didik mampu mempresentasikan hasil diskusi bersama teman kelompoknya di depan kelas.
B. Masalah yang dihadapi dalam kegiatan
Ø Sebagian guru belum mampu mengembangkan media belajar yang sederhana, namun memiliki pengaruh besar terhadap keterampilan kreativitas peserta didik.
Ø Kurangnya minat baca/literasi peserta didik terhadap LKPD dan reprensi lainya, sehingga kreativitas peserta didik rendah.
Ø Peserta didik belum terbiasa dengan model PjBL yang bertujuan belajar mandiri dengan menggunakan LKPD yang telah dirancang oleh guru.
Ø Peserta didik kurang menguasai materi uji makanan, karena selama ini guru hanya menggunakan metode konvensional, guru belajar aktif sementara peserta didik pasif.
Ø Masalah lainya masih terdapat beberapa peserta didik yang bermalas-malasan dalam menyelesaikan produk melalui diskusi dalam kelompoknya, sehingga produk yang dihasilkan tidak memuaskan dan kurang sesuai dengan harapan namun penulis terus mengarahkan demi meningkatnya nilai keterampilan peserta didik.
C. Solusi permasalahan
Agar peserta didik yakin bahwa model pembelajaran PjBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran,.
Ø Guru membagikan LKPD yang sudah dirancang terlebih dahulu.
Ø Mengarahkan peserta didik dalam menyelesaikan produk yang akan digunakan dalam pembelajaran praktikum uji makanan sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan untuk menyesuaikan alat sesuai ketentuan dan manfaatnya.
Ø Melaksanakan pembelajaran langsung/praktikum di kelas bersama teman diskusinya.
Ø Memberi motivasi, kelompok yang terbaik akan mendapat hadiah dari penulis.
BAB IV
Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran dengan penggunakan media cerdas dapat simpulkan :
1. Pembelajaran IPA konsep uji makanan menggunakan model PjBL dapat digunakan untuk meningkatkan nilai keterampilan pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 38 Takengon.
2. Terdapat peningkatan nilai kreativitas produk peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran project based learning (PjBL) artinya pada pembelajaran IPA konsep uji makanan peserta didik kelas VIII mengalami peningkatan.
B. Lesson learner
Ø Peserta didik dapat meningkatkan kreativitas dalam mengolah limbah organik dan an-organik mejadi pelat tetes yang bermanfaat melalui model pembelajaran PjBL.
Ø Peserta didik dapat mendesain fungsi pelat tetes dalam pembelajaran IPA menggunakan limbah organik dan an-organik, diantranya uji kapilaritas, dan praktikum asam basa.
C. Rekomendasi
Ø Diharapkan peserta didik dapat mengembangkan diri dalam pembelajaran baik melalui literasi, media, moedel dll, agar dapat meningkatkan hasil belajar, kreativitas, motivasi dll.
Ø Diharapkan guru mampu menyesuaikan diri sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga dapat melakukan pengembangan diri dengan membuat media, bahan ajar, perangkat, agar ilmu yang akan diajarkan tersampaikan dengan baik.
Ø Kepada pihak sekolah agar mepasilitasi kebutuhan guru maupun peserta didik, dalam melaksanakan pembelajaran di kelas maupun di laboraturium.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Liliasari., A. Rusli, & Bruce Waldrip. (2011). Implementasi pembelajaran berbasis multi representasi untuk peningkatan penguasaan konsep fisika kuantum. Jurnal Pendidikan Cakrawala. Yogyakarta: LPM UNY
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:Refika Aditama
Permendikbud (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 pasal 2 ayat 7 dan 8 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Zuhdan, dkk. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Program Pascasarjana UNY
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan keren. Salam literasi.