Santosa diam tak bergeming dari kegiatannya mengecat pintu pagar. Kedua balitanya pun seraya tak mau kalah ikut andil bermain kaleng dan ranting menirukan ulah Santosa. Istrinya yang dari tadi diam karena marah. Tiba-tiba berdiri meninggalkan Santosa dan kedua anaknya dengan mulut yang sudah manyun malah semakin manyun karena kesal.

Tak berapa lama dia kembali membawa mainan plastik imitasi ular. Dia mainkan imitasi ular dengan lidah yang dijulurkan dengan suara sat sut seakan desis ular yang sedang marah. Santosa memandangnya dari atas sambil senyam senyum sendiri. Santosa tak tau apa kemauan istrinya.

Selang beberapa menit, Bu Anik yang merupakan sahabat Santoso menghampiri mereka untuk menyampaikan pesan Bu Kasi agar Santosa memenuhi panggilan Bu Kasi keesokan hari. Santoso hanya menjawab dari tempat berpijaknya tanpa turun untuk sekedar menghormati ."wathooooo!" Teriakan Santosa begitu menggelegar membuat Bu Anik dan kedua anaknya melongo keheranan. Santosa meringis kesakitan,bukan peribahasa sudah jatuh ketiban tangga sih,ini nyata . Tanpa marah, ia berpesan agar istrinya tidak mengulang apa yang dilakukannya. Santosa tidak takut ular imitasi tapi kaget tiba-tiba ada yang jatuh di wajahnya plus desisan suara istrinya yang begitu mirip ular. Hhhhhhh dasar ular betina imitasi.