Jalan Hidup Sumi
Part 1
Digembolnya tas berisi baju yang dimasukkan tanpa dilipat dalam tas lusuh miliknya. Sumi tak peduli apa pun yang akan menimpa dirinya. Bayi laki-laki kecil yang sudah dua tahun dirawatnya, begitu saja dipisahkan tanpa ada aba-aba ataupun kata-kata yang dapat menentramkan hatinya. Sumi tak peduli mau dibawa kemana hidupnya? Dia hanya diam ketika kakak sulungnya menanyakan kelengkapan barang-barang miliknya. Dirogohnya bagian pakaian yang berantakan dalam tasnya. Tangan mulusnya meyentuh buku harian yang tak pernah lepas dr harinya. Ketenangan merasuki qolbu.
"Ojo kwatir, Mak. Nang Kono Sumi iso seneng. Wong didadekne kasir kok. Pindhone Ben oleh kenalan Joko mapan Nang Kono. Semarang iku kota gedhe kan akeh wong mapan nang kono." (Jangan khawatir, Mak. di sana Sumi dijadikan kasir. Kedua, dia bisa saja berjodoh dengan jejaka mapan. Semarang kota besar banyak orang mapan di sana) celoteh saudara sulung Sumi tidak membuat wanita paroh baya itu tenang. Sorot matanya nanar memandang Sumi yang hanya diam tak peduli keadaan sekeliling dengan mendekap tas lusuhnya. " Kowe wes mantep tenan to, Sum? Semarang Kuwi adoh lho, Sum. Sing ngati-ati. Kowe ra iso langsung nangis nang Mak Yen Kowe sumpek. Dimantepne disek atine."( Kamu sudah berpikir matang to,Sum? Dipikir matang-matang. Semarang itu jauh. Kamu tidak akan bisa langsung mengadu ke Nak jika sednag gunda) Nasehat Mbok Temi dengan suara agak gemetar menahan tangis. Seakan weruh sak durunge winarah apa yang bakal terjadi pada anak kedelapannya itu."Pun, pangestune ae."(sudah,. Minta restunya saja) Jawab Sumi sinis dalam hatinya ia melontarkan marah besar pada Si Mak yang mengembalikan bayi kecil momongannya itu kepada orang tuanya. Sumi merasa hidupnya dipermainkan. Mengapa dulu kerja disuruh keluar merawat keponakan kembarnya, kini setelah ia nyaman dan merasa bahagia dengan hari-harinya, begitu saja dipethal tanpa basa basi. Sumi marah besar, karena tak sepeser pun ia minta bantuan dana untuk memenuhi kebutuhan keponakannya itu. Dengan menggendong ala Oshin, ia menjadi buruh cuci piring di warung agar dapat upah untuk membelikan susu keponakannya. Sesen demi sesen dikumpulkan agar dia bisa menghidupi keponakanya dengan layak. Ia tak pernah mengeluh. Menjadi buruh cuci baju adik bungsunya pun dilakoni dengan ikhlas tanpa malu ataupun mengeluh.
Sumi belum paham apa yang ada dalam benak Maknya, karena ia tak pernah mengerti apa arti cinta pada lawan jenisnya…...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren.. mbak Golang mana mbk
Hehehehe Sik ora mentolo e mbak