Syukurku
Hari ini, aku bersyukur sekali. Ketika aku di meja kerjaku untuk bersiap-siap berangkat ke kantor putra kecilku mendekatiku dan berkata, " Bun, kalau hari ini aku mau mencoba tilawah satu juz boleh?" dengan tersenyum malu-malu. Aku terkejut dan bahagia, langsung aku menghentikan aktivitas beberes dan memperhatikan putraku. "Hah, tentu saja boleh nak. Hebat luar biasa itu. Bagus sekali." Jawabku spontan, semangat dan antusias sekali. Tak lupa aku peluk dan cium putraku.
"Kalau habis sholat subuh dua lembar, habis sholat dhuhur dua lembar, habis sholat asyar dua lembar, habis sholat magrib dua lembar dan habis shoat isya' dua lembar, nanti kan sepuluh lembar berarti kan sudah satu Juz ya Bun?" tanyanya dengan polos.
"Iya bagus itu, hebat Nak," jawabku. Meski sebenarnya aku tahu bahwa dia belum lancar membaca Al Qur'an. Aku tidak tahu bagaimana kualitas nanti dia membaca sehari menyelesaikan satu juz. Tapi paling tidak ada keinginan yang muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa aku menyuruhnya. Paling tidak, ada keinginan dan kemauan untuk lebih dekat dengan Al Qur'an. Selanjutnya aku berangkat ke kantor dan tenggelam berbagai pekerjaan di sana.
Ketika sore aku pulang kerja, sambil istirahat aku memanggil putra kecilku untuk menanyakan kabarnya hari ini.
"Bagaimana tadi sekolah (on line) nya hari ini?" tanyaku sambil memeluk dan menciumnya.
"Bisa Bun, sudah aku kerjakan tugas Bahasa Arabnya." jawabnya. "Tadi apa Bunda di-wa ustadzah?"
"Ngga tuh. Ada Apa?" jawabku agak heran.
"Aku loh mendadak disuruh memimpin muraja'ah. Aku yo.. kaget to bun, sampai aku bingung. Lha ustadzah bilangnya Faris kelas 3A, padahal aku kan kelas 3B." terangnya padaku sambil menjauh dan melepas pelukanku karena ingin bercerita lebih detail.
"Lha terus bagaimana?" jawabku khawatir.
"Yah, aku terus maju. Muraja'ah," jawabnya sambil tersenyum malu.
"Lalu kamu muraja'ah surat apa Nak?" tanyaku semakin khawatir, karena aku tahu dia kurang begitu menghafal.
"Yah, karena Ustadzah bilang, "Mas Faris mau muraja'ah surat apa?" Yah, aku jawab yang aku hafal." jelasnya padaku.
Aku semakin deg-degan, " Terus kamu jawab apa?"
"Ya, Surat An Naba'." jawabnya. Aku lega mendengarnya karena memang setiap pagi selepas sholat subuh dia aku ajak muraja'ah Surat An Naba'.
"Oh ya.Terus bagaimana, lancar?" tanyaku.
"Alhamdulillah lancar, ada yang lupa sedikiiit," jawabnya dengan senyum bangga.
"Alhamdulillah, bagus Nak. Hebat." lega aku mendengarnya, tak lupa sambil aku peluk dan ciumin putraku. Dalam hati aku pun bersyukur dan bangga sambil berdo'a, "Semoga Engkau istiqomah dan bisa menjadi hafidz , Nak."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah, betapa bahagianya mendengar tekad dan semangatnya. Semoga istiqomah
Aamiiin, terima kasih do'anya