Tantri Agustiningsih

Tantri Agustiningsih, mengajar di SMP Negeri 239 Jakarta. Tepatnya di sebelah gedung LPMP Jakarta dan bersebelahan dengan Kampus Universitas Indraprasta. Lahir ...

Selengkapnya
Navigasi Web

A R Y A

Hati ini sebenarnya menangis yang pedih sekali. Hati ini sedih sekali. Tapi semua aku tahan agar aku tak mengeluarkan airmataku ini. Aku tak tega untuk menyatakannya, terlalu pedih untuk diceritakan, terlalu nyeri untuk dirasa. Aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, tapi aku juga tak ingin menahannya di dasar hatiku yang paling dalam.

Betapa aku tak sedih melihat wajah pucat pasi setelah Arya mengalami goncangan mengetahui anak semata wayangnya pergi entah kemana tanpa pesan sedikitpun. Anak yang dijaga dan dirawatnya sendiri tanpa ada seorang wanita di sisinya, dan dia juga bertahan dengan kesendiriannya hanya karena anaknya tak setuju dia untuk menikah lagi setelah ditinggal oleh istrinya selamanya.

Arya mengikuti kemauan anaknya, karena anaknya takut dengan yang namanya ibu tiri, dan selalu membuat dia histeris bila Arya menyampaikan keinginannya untuk menikah lagi.

Sekarang Arya merasa hilang akal mengetahui anaknya hilang entah ke mana. Tak ada pesan sedikitpun. Arya sudah melaporkan hal ini ke kepolisian tapi belum ada kabar baik untuknya. Arya hanya bisa diam dan tak bisa berfikir dengan baik. Kondisinya semakin menurun dan dia tak ingin merepotkan orang lain. Dia kerjakan apa yang dia mampu.

Dia merasa bersalah karena merasa gagal menjaga anaknya yang semsta wayang hilang. Semua sudah dihubungi satu persatu tapi belum membawa hasil. Arya menangis, aku yang dekat di situ tidak tega melihatnya. Aku bantu Arya dengan sepenuh hatiku. Aku tak taga melihat dia seperti itu.

Arya memandangku dengan tajam. "Kamu ngapain di sini!"teriak Arya tanpa aku duga. ""Akuvtak butuh orang lain di sini, aku masih bisa urus diriku sendiri!"

"Jangan kau berharap cinta dari aku, atau kau memberikan cinta kepadaku,"teriaknya lagi. "Tak ada yang bisa mengalahkan cinta Mela kepadaku, aku tak akan berpaling dari dia sampai aku sendiri pergi menyusul dia."

"Maaf, aku hanya membantu Mas Arya, aku juga tak ingin memmberikan atau mengharapkan cinta Mas Arya,"kataku dengan suara gemetar.

"Pergi dan ke luar dari sini sekarang juga dan tak usah kembali lagi!"teriakknya lagi dengan kencang.

Aku pergi melangkah dengan hati yang hancur, aku melangkah tanpa menoleh lagi dan kulihat diujung rumah itu anak semata wayangnya muncul dengan wajah tersenyum penuh kemenangan.

Selamat jalan Arya, semoga kau tenang di sana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap..keren

30 Oct
Balas

Terimaksih, Pak Ali

30 Oct



search

New Post